27. Consideration

996 141 7
                                    




Mungkin dengan diamnya Shin Yuri manjadi bukti bahwa saat ini ia masih berkecamuk dalam pikirannya, kening yang menkerut samar, bibir yang terkatup seperti cangkang kerang di pinggir pantai, dan pandangan kosong menatap lurus kedepan.

Sebagian Kaca-kaca gedung nampak berkilat karena pantulan cahaya matahari di atas sana. Mobil Jungkook bersama Yuri yang berada di dalamnya, mereka terbelenggu keheningan muram. Yuri tidak membuka suara, Jungkook nampak sibuk dengan dunianya sendiri, sembari tangan sibuk memegangangi stir mobil, melaju dengan kecepatan normal.

Mendengar percakapan Hyun-joo dan Yuri beberapa jam yang lalu, membuat Jungkook berpikir, bibir manisnya nampak menghembuskan napas beberapa kali. Apa selama ini ia salah? apa keputusan yang ambilnya sudah benar? apa Yuri merasa tersiksa karena di pisahkan dari putranya?
pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di dalam kepala, bersamaan rasa bersalah yang mulai mengetuk hatinya.

"Aku takut......" Yuri melirih, bibir tipisnya berucap sembari memperat gendongan tangannya pada Yo Han.

Jungkook tampak menoleh sekilas, ia melihat Yuri masih fokus menatap jalanan depan. "Apa yang kau takutkan?"

"Cerita Hyun-joo, aku takut hal yang sama juga menimpa putraku" Yuri merunduk, menatap Yo Han yang tertidur dengan tenang, bayi kecil itu sangat damai saat berada dalam dekapannya, bibir kecilnya terbuka membentuk celah kecil, pipinya merah saat di terpa cahaya matahari. Yuri tersenyum hangat, dan menghalangi cahaya itu menggunakan telapak tangan agar tidak mengganggu anaknya.

"Apakah aku sudah berlebihan Yu?" Jungkook melambatkan laju mobilnya.

"Aku merasa bersalah karena menjauhkan seorang ibu dari anaknya,"

"Tidak, Tuan. Kau tidak salah, sedari awal akulah yang salah. Tidak seharusnya aku datang dalam kehidupan kalian. Aku yang merasa bersalah setiap kali mengingat hal itu"

"Tolong..... Yu jangan panggil aku Tuan saat kita sedang berdua." Sejemang Jungkook mengeratkan pegangannya pada stir mobil, panggilan itu, cukup mengingatkan Jungkook pada malam awal pertemuan mereka.

Yuri tidak menggubris, ia lebih memilih membungkam suaranya. Jika Jungkook kembali memancing tentang bagaimana hubungan mereka mereka dulu.

"Aku akan meninggalkan kalian, mungkin sekitar tiga bulan lagi les bahasa ku selesai. Aku akan pergi ke Australia, aku tidak akan mengganggu kalian, aku mohon setelah itu rawat Yo Han dengan baik." Mata Yuri mulai berkaca-kaca, dan hangat. Ia sangat ingin pergi dari kehidupan Eunji dan Jungkook, tapi begitu banyak pertimbangan sebelum ia benar-benar pergi, ia ingin membawa Yo Han tapi jika melakukan itu ia takut hubungannya dengan Eunji semakin retak dan Yuri kehilangan keluarga satu-satunya. Tapi jika ia pergi, meninggalkan putranya, ia takut Yo Han menerima hal serupa seperti yang terjadi pada putri Hyun-joo. Ia melihat Yo Han akhir-akhir ini sering menangis di tengah malam, tidak ingin meminum susu, bayi mungil tersebut juga muntah-muntah. Yuri diam-diam tidak bisa tertidur dan mengawasi Yo Han dari kejauhan  memandangi Jungkook dan Eunji yang sedang menenangkan tangisan Yo Han. Dari pemeriksaan Hyun-joo Yo Han tidak mengalami masalah pencernaan atau alergi dan semacamnya. Itulah yang membuat Yuri khawatir.

"Jangan pergi Yu, Eunji mengirimu ke luar negeri hanya semata-mata ingin mengasingkanmu,"

"Lalu aku harus apa!"

Jungkook mendesah berat, tidak di sangka hubungannya dengan Yuri akan serumit ini. "Aku akan mengantarmu ke apartemenmu yang dulu. Kau bisa menghabiskan waktumu bersama Yo Han disana. Nanti sore aku akan menjemputmu, aku akan memberikan alasan yang bagus pada Eunji nanti, kau tenang saja."

Memilih melupakan masalah mereka, Jungkookpun membelokan stirnya ke arah hunian yang pernah Yuri tempati dulu, apartemen itu selalu dalam keadaan bersih dan terawat. Jungkook selalu mengirim pengurus setiap minggunya, untuk membersihkan dan memperbaiki segala sesuatunya disana.

THE PAIN [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang