.
.
.
.
.
.
.Yuri meremas bolpoin yang terselip apik diantara jemarinya, beberapa buku terbuka lebar menampilkan sederet tulisan yang berbaris rapi, yang serasa enggan Yuri lihat, pikirannnya kacau. Di tengah penjelasan meteri yang Taehyung bahas bukannya mencerna setiap bait kalimat yang terucap, kepala Yuri malah terisi oleh kecamuk lain yang sejak pagi seperti menghantuinya. Dirinya dirundung gelisa kini, beberapa kali Taehyung sempat menegurnya karena kedapatan melamun. Padahal baru beberapa detik yang lalu, Taehyung menyuruhnya untuk fokus, tapi lamunannya kembali datang dengan sendirinnya.
"Yu?" suara berat itu kembali menyapa perungu Yuri. Mendorong Yuri agar segera sadar dari lamunannya.
"Ya?" lantas Yuri menyahut, panggilan Taehyung barusan.
"Kau mengertikan? dengan penjelasanku, sekarang kau kerjakan 10 soal ini." Taehyung pun menunjuk beberapa soal, yang dintunjukan untuk Yuri.
"Ah baiklah." dengan percaya dirinya Yuri melihat soal tersebut, merasa mudah untuk di kerjakan, walaupun ia tidak menyimak panjelasannya.
Tapi saat Yuri melihat tiap bait rentetan pertanyaan tersebut dirinya terbelenggu heran, diam. Tidak mengerti sama sekali dengan tiap angka, yang berpangkat-pangat rumitnya, dan semua rumus yang terdapat di samping soal.
Jadi ini pelajaran matematika yah? ia pikir ini bukannya jadwal pelajaran tersebut.
"Maaf, aku kira ini pelajaran biologi." Yuri melayangkan cicitan pelan yang terdengar takut-takut.
"Serius Yu. Aku sudah menjelaskan mulutku serasa hampir berbusa sekarang. 2 jam aku membahas soal matematika, tapi kau mengira ini biologi?!"
"Ahhhh, jika begini caranya aku akan meminta gaji lebih pada Jungkook." gerutunya.
Taehyung tahu jika pikiran Yuri tidak pada tempatnnya, ia sedari memperhatikan jika ada sesuatu yang membuat fokus Yuri terganggu, biasannya Yuri tidak seperti. Biasanya Yuri dengan mudah menjawab soal-soal serumit apapun dengan mudah, tapi sekarang?
Lalu dengan tiba-tiba suara isakkan melesak dari bibir tipis Yuri, wanita tersebut menutup kedua wajahnya dengan telapak tangan, bahunya bergertar pelan. Bagian bawah dagunya terlihat sedikit bawah, air mata mulai mengintip malu dari sela-sela jemari merengang yang menutupi mata Yuri.
Heol? apa Taehyung salah? padahal ia tidak memarahi Yuri, tapi wanita tersebut malah menangis. Wanita itu benar-benar cengeng fikir Taehyung, untung saja cantik.
"Yak? aku tidak memarahimu, kenapa kau manangis? kau sudah besar, kau tidak malu menangis di depanku? aigoo dasar cengeng ...." geleng Taehyung heran.
Bukan, Yuri menangis bukan karena gerutuan Taehyung tadi, ia cukup tua jika manangis karena hal itu. Sebab tangisannya sekarang adalah tak lain adalah karena kehamilannya sendiri, ia bingung. Sungguh, ia tidak tahu apa yang ia lakukannya untuk kedepannya. Pikirannya masih polos untuk ukuran gadis kampung seperti dirinya.
Baginya fakta yang baru saja ia ketahui tadi pagi, serasa seperti langit jatuh menimpannya. Seperti sebuah hukuman atas hubungannya gelapnya bersama Jungkook, sebuah fakta yang berhasil menohok dadanya. Kehamilannya adalah buah dari dosannya bersama Jungkook.
Saking kalutnya, di tengah lamunannya beberapa menit yang lalu ia sampai berfikir untuk meluruhkan janinnya, ini masih sangat muda tidak terlalu sulit untuk melenyapkan benih yang belum lama tumbuh. Tapi dirinya bagaikan tertampar, di kepalanya seolah-olah ada suara tangisan bayi yang keras. Yuri lantas buru-buru menggelengkan kapalanya, berusaha menepis pikiran yang teramat bodoh yang sempat singgah di kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PAIN [√]
FanfictionMengeja sakit yang berbaris pada riwayat, lalu beritahu di mana titik akhir itu? Bukan seperti daun maple yang bertabur karena arah angin, lalu menemui akhir. Ini lebih pelik daripada itu. Tapi, sejauh mana Shin Yuri mengeja langkah, untuk mencari p...