22. My Son

1.1K 153 13
                                    




Orang bilang jika waktu itu sangat cepat berlalu, dengan beberapa cerita kecil yang menghiasi hari. Begitulah Yuri sekarang, menghadapi hari bersama gangguan Jungkook, yang sering menyelinap dikala ia sedang tertidur, lalu saat paginya ia kejutkan oleh presensi pria itu yang tengah memeluknya. Lalu berakhir dengan usiran kasar yang ia lakukan.

Ya, selama hampir dua bulan ini. Yuri sering menghadapi sikap Jungkook. Berusaha menghindari Jungkook dengan mengunci pintunya, yang berhasil Jungkook buka dengan kunci cadangan yang pria itu pegang.

Dan malam ini. Seperti biasa.

Di antara malam yang berteman dengan gelap pekat tanpa taburan bintang atau bulan di atas sana. Pastinya ada sebuah awan gelap yang menutupi cahaya-cahaya itu bagai karakter antagonis dalam sebuah cerita, awan gelap itu siap mengamuk, mengundang angin kencang, dan melahirkan petir dan kilat. Yang akan mengejutkan beberapa orang dalam tidurnya.

Yuri menekan power ponselnya-- pemberian dari Eunji satu bulan yang lalu, sabagai ganti karena Eunji sudah merusak ponsel Yuri waktu itu. Melihat jam, pukul dua dini hari tepat tanggal 14 februari. Hari velentine ternyata, hari yang tepat untuk berbagi pelukan. Tapi entah kenapa, malam ini seperti ada badai yang akan datang. Seolah-olah pelukanpun tidak akan mampu mengahangatkan tubuh.

Yuri gelisah malam ini.

Angin yang berhembus kuat terasa mengetuk-ngetuk jendela kamar Yuri yang telah di tutupi oleh gorden berwarna kelabu. Kilatan yang kemudian di susul oleh suara gemuruh kencang terasa memekakkan di telinga Yuri. Hingga Yuri meringkukkan tubuhnya memeluk selimut.

Rintikan air hujan, mulai turun dengan ganasnya. Jendela kacanya terasa sangat berisik karena tertabrak air hujan yang terhembus karena angin kencang. Apakah Yuri sudah mengunci jendelanya? seingatnya ia sudah menutup dan menguncinya. Tidak bagus juga, jika jantungnya tiba-tiba terkejut karena jendela yang terbuka oleh angin, sebab lupa di kunci.

BRAK!

Baru saja Yuri memikirkannya, kini pertanyaan itu sudah terjawab dengan jendela yang terbuka dengan kencang. Gordennya mengembang seperti parasut yang menggembung, angin masuk bersamaan percikan air hujan. Membuat Yuri cepat beranjak dari tidur dengan kesusahan, bersamaan rasa nyeri di perutnya. Biasa, Hyun--joo bilang ini hari menuju persalinan. Rasa Nyeri saat Yuri berjalan sering ia rasakan.

"Astaga!" Yuri menjerit terkejut, saat suara petir menggelegar di atas sana. Buru-buru Yuri mengunci jendelanya.

Saat ia telah selesai mengunci jendela. Nyeri tadi semakin kuat ia rasakan. Yuri sampai meringis pelan dan mendudukkan tubuhnya di pinggiran ranjang.

"Kenapa perutku bertambah sakit? Nyerinya tidak seperti biasanya....." Yuri mengelus perutnya, beberapa kali ia merasakan tendangan dari sana.

"Aw...." Yuri jelas memejamkan matanya, ia merasa bagian bawahnya basah. Yuri semakin, dilanda khawatir, apa ia akan melahirkan? ia tidak tahu hal itu, karena belum pernah merasakannya.

Maka Yuripun berdiri. Menekan saklar lampu untuk menerangi ruangannya. Yuri ingin melihat, cairan apa yang baru saja keluar dari kewanitaannya. Yuri mengangkat dress longgarnya, melepas celana dalam dan ia melihat bercak disana. Cairan lendir seperti keputihan, tapi ini warnanya lebih kental dan agak kemerah-merahan. Ini biasa terjadi, semenjak bulan tua kehamilannya, cairan ini biasa keluar hingga melembapi celana dalamnya.

"Aw... shhhhh" Yuri mencengkram dressnya, baru saja ia hendak menunju lemari, ingin mengganti dalaman. Tapi nyerinya kembali datang jauh lebih sakit.

"EONNIE TOLONG!" Yuri menjerit keras, tidak salah lagi seperti yang Hyun--joo katakan, jika nyerinya bertambah semakin sakit. Persalinan akan segara terjadi.

THE PAIN [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang