°Thirty-three°

147 10 0
                                    

"Heyo! Shierra!!" Reese dengan suara nyaringnya merangkul bahuku sambil meneriaki namaku di kantin.

"Astaga, kupingku akan Tuli sebentar lagi." Ucapku melirik Reese sinis yang di lirik hanya terkekeh ringan.

Aku melihat ke belakang Reese, ingin tau seseorang di belakangnya yang ikut ke kantin bersamanya.

"Kau bersama Fiona ke kantin?" Tanyaku saat berhasil melihat wajah Fiona di belakang Reese.

"Yup! Aku kebetulan ketemu dia di depan pintu kelas dan dia bertanya kau dimana, karena ingin mengembalikan buku catatan mu. Jadinya aku ajak saja dia, agar bersama sama mencarimu." Jelasnya.

Aku hanya mengangguk paham dan kembali meminum Frapucinno yang ku pesan.

"Ini buku catatan mu, terima kasih Shierra." Ucap Fiona sambil tersenyum manis.

"Sama sama." Respon ku membalas senyuman nya.

"Kenapa kau disini sendirian?" Reese mulai membuka percakapan tapi aku hanya diam masih sambil menyeruput Frapucinno ku.

Reese terus saja mengoceh di hadapanku bertanya, kenapa aku sendirian disini. Astaga anak ini.

"Diamlah." Ucapku melirik sinis ke arahnya.

"Apa? Apa aku salah bertanya seperti itu?" Protesnya di hadapanku.

Aku memutar kedua bola mataku malas, jelas-jelas aku disini karena ingin menghindari orang orang yang sedari tadi membicarakanku.

Aku sudah hampir menutupi identitasku dengan rambutku yang menjuntai menutupi wajahku.

Tapi Sialnya mulut mercon Reese tidak berhenti memanggil namaku, alhasil aku ketahuan.

"Kenapa kau tidak memesan makanan atau minuman?" Ucapku mengalihkan topik.

"Benar juga." Ucapnya yang Akhirnya dia mengajak Fiona memesan makanan.

Dua gadis itu sekarang sudah pergi dari hadapanku dan aku dengan tenang bisa menyembunyikan identitasku lagi.

Walaupun aku tau beberapa ada yang sudah tau bahwa itu adalah aku.

15 menit berlalu mereka telah kembali dari memesan makanan nya.

Reese menyengir lebar di hadapanku sambil menaruh baki makanan nya di atas meja.

Kulihat baki makanan yang ia bawa, benar saja. Ia memesan banyak sekali makanan.

Ku alihkan pandanganku menuju Fiona yang hanya memesan Spagetti dan Coca cola.

"Apa porsi makan mu segini?" Tanyaku pada Fiona.

Yang di tanya kaget sambil menoleh ke arahku.

"Uhm... Aku harus banyak menabung lagipula aku tidak begitu lapar." Jelasnya yang membuatku mengangguk paham.

"Tidak bisakah kau mencontoh dia?" Ucapku pada Reese.

"Apa?" Jawabnya dengan tampang tidak bersalah.

"Makanan nya."

"Dia beda, dia tidak seperti aku dan aku bukan lah dia jadi hentikan omongan mu jika aku harus mencontoh dia." Ucapnya dengan raut wajahnya yang mulai masam.

"Setidaknya." Gumamku pelan.

"Oyya, kau belum menjawab pertanyaanku tadi." Ucap Reese kembali membuka topik.

"Yang mana?"

"Kenapa kau ke kantin sendirian?" Dia mengulang pertanyaan nya tadi.

"Ah itu..." Aku memutar mataku ke atas berusaha mencari alasan.

"Jadi apa?" Tanya nya memajukan badan nya terlihat sangat penasaran.

"Bisakah kau berhenti bertanya soal ini?" Ucapku tak nyaman.

"Mengapa?" Dia menaiki kedua alisnya pura pura terkejut.

"Hey, bukan kah itu perempuan yang di antar Rey?"

"Benar!"

"Omong omong katanya dia pacar Rey."

"Apa maksudmu? Rey sudah punya tunangan?"

"Oh benarkah?! Jadi gadis itu bukan pacarnya?"

"Kalau bukan pacarnya kenapa Rey terlihat sangat peduli saat mengantarkan dia?"

"Benar! Dia sampai membukakan pintu mobil! Terlihat sangat Gentlemen dan dia sangat Cool saat itu!"

"Jika benar gadis itu pacarnya di pastikan dia wanita tidak tau diri."

"Tapi sangat beruntung Gadis itu bisa menjadi pacar seorang jutawan tampan muda berbakat seperti Rey."

"Iya dia sangat beruntung!"

"Apa?! Kau berpacaran dengan Rey?!" Teriak Reese tak sengaja sehabis mendengar Gosipan Siswi di kantin ini.

"Tutup mulutmu!" Ucapku menahan agar suaraku tidak berteriak.

"Apa kau tidak punya malu Reese? Apa muka mu sudah tidak ada huh?" tanyaku pelan melirik tajam ke arahnya sambil menunduk.

"Maafkan aku." Ucapnya dengan tampang bersalah.

"Sekarang cepat bungkus makanan mu kita pergi dari sini." Bisik ku, Reese mengangguk dan Fiona beruntungnya sudah selesai dengan makanan nya, jadi kami bertiga pergi dari kantin.

•••

"Jadi benar kau berpacaran dengan Rey?" Tanya Reese penasaran.

Kami bertiga mengobrol sambil berjalan di koridor menuju Lobby sekolah.

Aku menghela nafas dan menunduk sambil menggeleng.

"Aku tidak tau." Jawabku menoleh ke arah Reese.

"Kenapa kau bisa menjawab tidak tau?" Tanya Reese lagi alis sebelahnya naik ke atas.

Aku menoleh ke arah Reese dan menoleh lagi ke arah Fiona, kedua-dua nya memasang muka sangat penasaran.

Aku menghela nafas dan hendak menunduk lagi tapi tidak jadi karena suara nyaring berasal dari Reese.

"Eh itu Rey!" Tunjuknya tepat pada Rey yang sedang berjalan menuju ke arahku.

Aku tersadar kami hampir sampai menuju Lobby sekolah.

Kulihat Rey yang tersenyum lebar berjalan ke arahku, ku lihat di belakangnya ada mobil Sport putihnya bertengger apik disana.

"Apa dia berniat menjemputku?" Batinku bertanya tanya pada diriku sendiri.

"Ayo pulang." dengan lancang Rey menarik tanganku begitu saja, aku menghentak kan tanganku kasar.

"Bisakah kau menjaga perilakumu?" Ucapku menahan amarahku.

"Kenapa?" Tanya Rey alisnya naik sebelah.

"Karena--"

Perkataanku terhenti karena Pertanyaan bodoh yang Reese lontarkan.

"Rey! Apa kau berpacaran dengan Shierra?"

Aku menepuk wajahku, pertanyaan yang benar benar bodoh.

Tiba tiba Rey menarik pundakku keras, jadi aku berada di sampingnya dan dia merangkul bahuku.

"Ya, dia adalah pacarku." Jawab Rey sambil tersenyum, tampangnya seperti tak ada dosa sama sekali.

Dan aku sangat kaget saat dia berkata seperti itu, begitu pula Reese dan Fiona.

Aku menoleh ke arahnya masih dengan wajah kagetku dan aku hendak memprotes ucapan nya tapi tidak jadi karena banyak tatapan nyalang dari para Siswi yang berlalu lalang di Lobby sekolah ini.

Aku bersusah payah meneguk salivaku.

"Mati aku." Ucapku dalam hati.

Between You And Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang