•Fourty-Eight•

107 5 0
                                    

Rey duduk di atas sofa sambil memandangi layar ponselnya, dirinya tidak bisa berhenti tersenyum melihat ke layar ponselnya.

Dia senang.

Karna bisa melihat senyuman itu lagi.

Well, Shierra memang setiap hari tersenyum karena dirinya. Tapi menurutnya di foto ini Shierra berbeda, dia tampak sangat senang dengan seulas senyum lebarnya dan juga di foto itu dia sangat cantik.

Tentu saja, Rey memotretnya diam diam. Kalau tidak begitu, dia pasti sudah mengamuk.

Aktivitas kemarin, mereka tidak jadi bertemu Karen. Karna Karen tiba tiba menelepon berbicara ada urusan mendadak jadi kami berdua memutuskan untuk jalan jalan.

Karena besoknya adalah Hari Natal.

Jadi, kita berdua memutuskan untuk pergi ke Milan. Rumah orang tua Shierra

Ralat, itu sudah menjadi rumah Shierra.

Ayahnya yang gila kekuasaan itu memberikan harta rumahnya kepada putrinya, dan Ayahnya membeli rumah baru untuk istri barunya dan anak anaknya.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana Ayahnya nanti kehilangan kekuasaan nya, atau mungkin bangkrut.

Sepertinya dia akan meminta bantuan putrinya.

Dan putrinya mungkin tidak sebaik yang dia harapkan.

Dan aku juga tidak mudah membantu orang lain, aku membantu orang yang ingin ku bantu, aku juga tidak akan membantu orang yang sudah menghancurkan kebahagiaan orang yang kusayangi.

Aku tidak pernah membicarakan orang tuanya didepan dia. Aku tau sifatnya. Dia terlalu sensitif kalau sudah membahas tentang orang tuanya.

Di lanjut dengan aku kerumahnya yang berada di Milan. Kami berdua memutuskan merangkai pohon natal bersama sama. Setiap kali dia merangkai pohon natal sesekali dia melamun.

Dan jawaban nya adalah, dia rindu ibunya.

Lalu dia bercerita merangkai pohon natal kali ini makna nya sungguh berbeda, karena kali ini dia merangkai pohon natal bersamaku bukan dengan ibunya.

Padahal dulu saat ada ibunya, dia selalu merangkai pohon natal berdua dengan ibunya.

Itulah ceritanya.

Well, aku tidak bisa berkomentar apapun karena dia rindu dengan ibunya. Kupeluk dirinya sambil menepuk punggungnya pelan lalu Aku memberi saran besok pergi ke makamnya saja dan dia menyetujuinya.

Malam natal itu terasa hangat, kami berdua duduk di dekat perapian bercerita sedikit tentang kehidupan kami berdua sambil sesekali membereskan kekacuan kami setelah menghias pohon natal.

"Kau terlihat baik baik saja tanpaku selama 10 tahun ini."

Aku tersenyum kecil.

"Kau tidak tau saja, bagaimana rasanya menunggu orang yang kau harapkan selama 10 tahun."

"itu cukup melelahkan." lanjutku.

"Tapi terlihat sekarang kau baik-baik saja. Apa saat aku pergi kau langsung punya teman?"

"Ya, maksudku tidak. Aku tidak bisa langsung akrab dengan orang lain saat itu sangat susah beradaptasi, tapi aku punya 1 teman yang orangtua ku sarankan tapi yah seperti yang ku katakan tadi. Aku tidak bisa berbaur dengan dia."

"Kenapa tidak?"

"Mana ada yang mau berteman dengan orang aneh."

"Jadi kau menganggap dia aneh?"

"Tentu saja, sifatnya sangat aneh. Seperti dia suka menjilat ingusnya sendiri."

"Ew, itu menjijikan bukan aneh." ujar Shierra.

"Ya, seperti itulah."

"Bagaimana dengan Sheriel?" Shierra tersenyum sambil memandang Rey namun hal itu membuat Rey diam.

Menit demi menit berlalu Rey tetap saja diam.

"kupikir kau punya penggantiku, tau saat ku kembali Sheriel sudah dinyatakan tunangan mu." Shierra berbicara dengan lancar sedangkan Rey tidak tau ingin merespon apa.

Dia takut, dia salah Respon dan membuat mood Shierra berubah.

Ternyata benar, Rey tidak tau bagaimana caranya memperlakukan wanita.

"Kau tau... Jadi begini, kedua orangtua ku mengundang tamu. Yah, tamu itu adalah teman ibuku tapi mereka datang sekeluarga. Membawa anak perempuan mereka. Disitu kami memang terlihat seumuran jadi ibuku dengan sangat kekeh ingin menjodohkan kami berdua. Memang kalau tidak dilihat dengan jeli kau hampir mirip dengan nya."

"What's?! Aku mirip dengan Sheriel?!" komentar Shierra dengan nada terkejutnya.

"Bahkan bongkahan batupun lebih cantik daripada Sheriel." Ucap Shierra sebal lantaran dibilang mukanya mirip dengan Sheriel.

"Tapi dari hari ke hari, aku sadar. Kau dan dia memang berbeda. Dia bukan wanita blonde kecoklatan dengan mata birunya. Rambut kalian sama, tapi aku sadar yang membedakan kalian adalah kedua mata kalian dan satu lagi sifat kalian."

"Aw, kau bisa sangat romantis. Sini kupeluk."

Shierra menaruh barang-barang yang sedang dia bereskan lalu memeluk Rey dengan sangat erat. Rey balas memeluknya sambil menutup mata, merasakan sensasi kehangatannya. Berpelukan saat musim salju.

Well, itu terdengar romantis.

"Maafkan diriku, hampir melupakanmu. Karena kukira kau mirip dengannya, namun hari demi hari aku sadar. kalian sungguh berbeda."

Bisik Rey ditelinga Shierra.

Shierra hanya tersenyum dan mengusap punggung Rey dengan lembut.

Dalam hatinya, dia bersyukur masih memiliki Rey yang bahkan sama sekali tidak berniat untuk meninggalkan nya.

"Boleh aku minta satu kecupan?"

Shierra kaget dan langsung berhenti mengusap punggung Rey.

"Apa katamu?!" Ucapnya sambil melepaskan pelukannya.

"Ayolah, satu kecupan saja memangnya terasa berat?" Rey terus membujuk seperti anak kecil.

"Tidak-tidak! Aku mau menaruh barang barang itu dulu." Tolak Shierra mentah mentah.

"Kalau begitu, tak kubiarkan kau pergi." Rey menahan pinggang Shierra dengan kedua tangannya.

Shierra menghembuskan nafas panjang sambil memutar kedua bola matanya malas.

"Rey! Kenapa kau seperti anak kecil sih?! Lepaskan!" Omel Shierra yang malah membuat Rey semakin tidak ingin melepaskannya.

Lalu perlahan Rey mendorong punggung Shierra yang membuat badan Shierra kembali mendekat pada Rey.

"Tu-Tunggu!" Ucap Shierra terbata-bata sambil menahan kedua tangan nya di atas pundak Rey. Terlihat wajahnya memerah sekarang.

"Tunggu apa?" Goda Rey.

"Rey! Kau jangan macam ma--- uhmm..."

Rey mendorong punggung Shierra dengan sekali hentakan dan melumat bibir manis itu.

"Bu-bukan begini... Uhmm." Rey terus melumat bibir Shierra tidak memberikan jeda sedikitpun membuat Shierra kehabisan nafas.

Lalu Rey melepaskan ciuman nya dan melihat wajah Shierra yang sudah sangat merah dan memanas. Terlihat dia sedang mengatur nafasnya yang di ambil semua oleh Rey.

Rey terkekeh melihat wajah Shierra yang masih bersemburat merah.

"Kau lucu."

"Lucu palamu!" Shierra langsung bangkit berdiri membawa barang-barang yang telah ia rapihkan bersama Rey tadi, lalu pergi menuju kamar gudang.

Rey yang masih duduk di lantai hanya tersenyum karena hari ini dirinya merasa bahagia, tapi sejenak dia juga merasa sedih atas perlakuan ibunya kepada Shierra.

Between You And Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang