"Apa? Kau yang tanggung semua?" Aku melihat lelaki di depanku dengan tatapan tak percaya.
"Ya." Ucapnya tersenyum Dan kelihatan sangat tenang.
Aku tercenung sesaat, masih tidak percaya kenapa ia bisa tiba tiba sebaik ini.
"Kenapa kau berubah sebaik ini?" Ucapku dan di balas dengan wajah bingung darinya.
"Kenapa kau jadi semanis ini?" Lanjutku bertanya padanya.
"Maksudmu?" Tanya nya balik tidak mengerti.
"Kenapa?!" Tanyaku setengah berteriak bingung akan pemikiran nya saat ini.
Aku tidak ingin uangnya. Aku bersyukur ia bisa mendaftarkan diriku di Universitas yang ku mau tapi soal pembayaran aku tidak ingin ia menanggung juga.
Aku benci merasa di kasihani..
Aku benci terlihat lemah...
"Apa wajahku seperti perempuan jalanan yang meminta minta?! Apa wajahku terlihat sangat mengenaskan? sampai kau sebaik ini padaku!" Ucapku setengah berteriak di hadapan nya.
"Aku bilang, aku tidak butuh di kasihani. Untuk apa aku bekerja dirumah mu jika ujung ujungnya segala fasilitas kau yang menanggung?" Ucapku kesal dengan pikiran lelaki yang umurnya 2 tahun lebih tua dari ku
Aku berdiri sambil membawa tas kecilku.
"Aku mungkin akan berterima kasih jika kau bisa mendaftarkanku di Universitas yang ku mau, Tapi tentang Semua pembayaran yang akan kau tanggung aku tidak membutuhkan itu." Ucapku pelan dan meninggalkan dirinya sendirian di dalam Restoran.
Aku sudah cukup kesal dengan pemikirannya, membuat darah di sekitar otakku mendidih.
Tanpa disadar Jesen yang berada di sebrang jalan melihat pertengkaran Kecil Boss nya dengan teman kecilnya yang katanya pernah ia sukai.
Jesen menekan Dial telepon dan tersambung dengan lelaki disebrang sana yang berada di dalam Restoran.
"Hallo?" Suara di sebrang sana menjawab.
"Sepertinya tidak berhasil heh?" Jawab Jesen dan di balas kekehan kecil di sebrang sana.
"Kau melihat semuanya huh?" Jawab lelaki di dalam restoran itu.
"Tentu saja." Jawab Jesen sambil tertawa.
"Sialan kau, jangan menertawai aku!" Ucap lelaki disebelah sana merasa sangat kesal.
"Bagaimana tidak tertawa? Melihat dirimu yang hanya mematung saat perempuan itu menyemburkan segala amarah ke arahmu. Kau terlihat bodoh dengan wajah mematung itu." Ucap Jesen dan kembali Tertawa.
"Sialan kau jesen! Dimana kau huh? Akan ku beri tau bagaimana caranya menyemburkan Amarah dengan benar." Omel Lelaki itu di sebrang sana.
"Kau terdengar sangat marah tenanglah, aku melihat dirimu dari sebrang sini kau melihat mobil putihku?" Jawab jesen berusaha meredakan tawa nya.
"Sial. Kemarilah, dan temani aku sekarang." Ucapnya di sebrang sana.
"Okay, tapi kau harus menenangkan dirimu dulu." Ucap Jesen dan di balas helaan nafas disebrang sana.
"Cepatlah." dan sambungan pun tertutup.
Jesen menggeleng-gelengkan kepalanya sambil memasang wajah heran.
Heran pada boss nya yang tidak pernah bisa memahami wanita.
•••
"Jadi, untuk apa kau berada di sebrang sana heh? Kau memata-matai kami?" Tuduh Rey langsung saat Jesen sudah duduk di depan nya, tempat yang Shierra duduki sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You And Me [END]
Teen FictionShierra kembali setelah 10 tahun, ia meninggalkan rumah yang dahulu ibunya bekerja disana, sampai dia punya sahabat Laki-laki. Namun Shierra sadar 10 tahun tidaklah cepat. Ia sadar banyak yang berubah. Semuanya berubah, tak terkecuali lelaki itu. Ia...