Hari ini aku bangun kesiangan, makanya aku mandi secepat kilat. Berpakaian seadanya, bahkan mematut diri di cermin pun tidak. Untungnya aku selalu menyiapkan segala sesuatu sebelumnya.
Ada apa hari ini? Semalam Yura membuat huru-hara dengan muncul tengah malam, ribut sampai diri hari di apartemen ku. Gilanya, dia pamit pulang jam 5 pagi.
Harusnya aku sudah di mini market sekitar 10 menit lalu, tapi nyatanya aku masih berlarian turun tangga sekarang. Lirikan tak sengaja ku saat melintas di depan kaca jendela apartemen orang lain ini, membuatku kesal. Bagiamana tidak? Aku bahkan lupa menyisir rambut. Acak-acakan rambutku pagi ini.
"Yura!!!!" Aku mengeram menyebut nama gadis itu. Sambil terus memacu kakiku menuruni tangga kearah pintu depan.
Tak ku sadari ada seseorang yang berdiri dengan gelisah didepan pintu kaca. Pakaiannya serba hitam. Topi, masker dan mantelnya berwarna hitam. Dia mondar-mandir tampak gelisah.
"Astaga, disaat seperti ini, haruskah?!" Aku mengeluh. Kakiku melambat karena takut.
Siapa yang tidak? Situasi sepi, apartemen sepi seperti tak berpenghuni di jam hampir 10 pagi. Semua sudah beraktifitas, kecuali aku tentunya.
Tampaknya dia menyadari aku sedang bergerak slow motion kearah pintu. Dia melambaikan tangan. Memberi kode untuk membuka pintu depan. Gerakan tangannya makin cepat menyuruhku.
Dibelakangnya beberapa orang nampak sedang mencari sesuatu. Siapa mereka? Tergantung Kamera DSLR dengan moncong panjang bak paparazi. What?!!! Benarkah? Itu wartawan?
Orang yang berdiri didepan pintu itu sudah tak sabar. Tangannya menunjuk-nunjuk mengarah handel pintu. Aku mencoba mencerna situasi. Bodo amatlah! Aku juga harus keluar. Ku dorong tuas pintu dari dalam.
Begitulah pintu ini bekerja. Tak bisa dibuka dari luar tanpa password tapi bisa dibuka dari dalam dengan mudah. Sistem yang aneh, awalnya pikir ku. Nyatanya gunanya kulihat sekarang.
"Tangannya mendorong kasar pintu dengan tergesa-gesa. Tak hanya pintu itu, tapi dia pun meraih tanganku membalikkan tubuhku lalu dia mendekap ku.
Tubuh kami benar-benar bersentuhan. Tak secara langsung sih, tapi baju dan mantel menghalangi. Itu cukup membuatku shock dan mencium aroma parfum maskulin dari lehernya. Hidung ku dilehernya. Daguku setengah menengadah karena tubuhnya lebih tinggi dari ku.
"Maaf, biarkan begini sejenak." Bisiknya sambil mengeratkan pelukannya.
"Tapi maaf.."
"Hanya sampai mereka pergi." Jawabnya lagi.
Aku diam membatu mengikuti keinginannya. Ku biarkan orang asing memelukku sembarangan. Apa yang kau lakukan Boram!! Aku hanya bisa memekik dalam hati.
"Sudah?" Tanyaku dengan pelan.
"Kau hangat!"
Ku lepaskan pelukan dengan kasar. Bagaimana tidak? Jawabannya seperti melecehkan ku.
"Siapa kau?"
"Aku minta maaf, aku melibatkan mu. Aku harap ini jadi yang pertama dan terakhir. Maaf. Maaf telah mengagetkan mu dan memeluk mu." Dia membungkuk 90 derajat dihadapan ku.
"Ohh sial!! Aku makin terlambat!" Aku berbalik kearah pintu tapi....
Tanganku tertahan sesuatu. Dia menarik tanganku tiba-tiba. Membuat tubuhku terdorong kebelakang. Dia lagi-lagi memelukku, kali ini dari belakang.
Blitz membuat mataku terpejam sejenak. Aku melotot kearah pintu. Moncong panjang kamera terarah kearah ku. Kilau sinar kilat berterbaran membuat mata ku sakit. Bunyi klik kamera tak hanya sekali tapi berkali-kali ku dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Cold : Di Pacari Artis
FanfictionKetidaksengajaan membuat segalanya berubah dalam hitungan hari.