"Selamat siang dok." Resepsionis membungkuk menyapa kami.
Mata semua orang melihat kearah kami yang bergandengan berjalan. Sora juga sesekali menatap mereka. Gadis kecil itu tau bahwa kami sedang jadi pusat perhatian sekarang. Ada rasa tak nyaman yang tertangkap dari gelagat Sora.
"Sora-ya, mian. Ibu membuat mu malu." Ku buka percakapan ketika kami sudah didalam lift.
"Ani, aku tak apa. Apa ibu baik-baik saja? Mereka benar-benar jahat."
"Ibu harap kau tak perlu terganggu dengan sikap mereka pada ibu. Ibu masih bisa bertahan."
"Aku harap adik bayi tak kenapa-kenapa."
Sesaat aku melupakan nyawa dalam perut ku. Hanya karena belum kentara, aku malah melupakannya.
"Terima kasih kakak Sora, adik bayi baik-baik saja."
Senyumnya merekah bersamaan dengan pintu lift terbuka.
Sekretaris ku sudah didepan pintu lift. Wajahnya khawatir terarah pada kami.
"Dok, anda tak apa?"
"Tidak, aku tak apa." Sekretaris ku menyodorkan ponselnya.
Aku mendahuluinya disusul Sora berjalan diantara kami berdua. Sebuah vidio memperlihatkan peristiwa yang baru saja terjadi pada ku. Dari sudut pandangnya, vidio itu di ambil agak jauh dari tempat peristiwa terjadi. Vidio itu tanpa suara.
"Dok, maaf. Saya akan belikan dokter baju baru."
"Terimakasih nona Oh. Pakailah kartu ini. Terima kasih untuk infonya. Tolong jangan khawatir. Dan, berkas yang harus ku tanda tangani sudah siap semua?"
"Sudah dok, termasuk list alat yang di minta untuk klinik agensi Bighit. Semua sudah diatas meja. Oh iya dok, ada yang menunggu dokter didalam."
"Oke, ini ponsel mu. Sora, ayo."
"Boraaaaamm!" Teriakan memekakkan telinga, menyambut kami. Sora bahkan beringsut kebelakang badan ku.
"Hyak! Yura-ya, kau membuat anak ku takut." Pelukannya mendarat di tubuh ku.
"Sora, mian. Bibi membuat mu terkejut." Yura menggendong Sora yang melihat kearahnya terdiam.
"Sora-ya, namaku Yura. Kau bisa panggil aku bibi Yura. Aku sahabat ibu mu satu-satunya." Ucapnya melirik ku sinis.
"Ada apa dengan mata itu?" Tanyaku sambil melepaskan blus menyisakan tank top yang kemudian ku susun dengan snaelli ku.
"Apa yang terjadi? Baju mu kenapa amis?" Sora telah sibuk dengan buku mewarnainya di sofa.
"Biasalah, calon istri artis." Aku hanya nyengir.
"Yakin kau tak apa?"
"Jangan khawatir, aku pernah lebih mengkhawatirkan dari ini bukan?" Yura terkekeh.
"Baiklah wonder woman. Terserah lah! Bagaimana kabar calon keponakan ku?" Telunjuk berkuteks itu mengarah pada ku.
"Kau tau?" Kepalaku miring menatapnya.
"Apa yang tak ku tau? Bahkan dari mana kau dan Sora aku tau."
"Kau kan dapat info dari sekretaris ku."
Tangan ku sudah bergerak diatas sebuah map yang tertumpuk di atas mejaku. Map berisi list permintaan alat untuk klinik di agensi Suga membuatku melotot.
"Awas matamu lepas." Tatapan sinis ku membuatnya tersenyum. Yura melangkah menuju meja yang di rajai Sora.
"Sora-ya, apa kau tau? Dulu ibu mu pernah tinggal di flat kecil. Lalu ayah dan ibu mu bertemu tanpa sengaja kemudian mereka saling jatuh cinta." Sora bahkan berhenti karena memperhatikan cerita Yura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Cold : Di Pacari Artis
FanficKetidaksengajaan membuat segalanya berubah dalam hitungan hari.