Gerakan cepat Mac membuat Suga terhuyung. Bahu kanannya terkena pintu lift yang hampir tertutup. Aku menjerit melihat peristiwa itu.
Mac akhirnya mundur dengan kedua tangan terangkat. Wajahnya menyeringai remeh kearah Suga yang sedang bersusah payah menahan kepalan tangannya yang memutih karena amarah.
Ku tau, jika aku hanya diam saja maka sesuatu yang buruk yang tak ku harapkan akan terjadi. Aku berdiri ditengah-tengah mereka berdua. Menjadikan diriku pemisah atas murka mereka berdua.
Mereka tak akan berani menyakiti ku, sekalipun hanya sehelai rambut. Aku yakin itu. Benar saja, tatapan keduanya meneduh, tak lagi saling ingin menerkam. Suga menarik lengan ku supaya mendekat.
"Kami tak ada urusan dengan mu." Suga lagi-lagi menarik lengan ku menuju lift.
"Aku pernah tidur dengan Suran." Kalimat Mac membuat kami berhenti.
"Kami tak punya urusan dengan itu." Teriak ku kesal.
"Dia hamil." Kata Mac kemudian.
"Apa mau mu? Sudah ku katakan, kami tak peduli." Kekesalan ku makin memuncak.
"Dia akan minta pertanggungjawaban Suga."
Seperti disiram air es, sekujur menjadi dingin seketika. Ku gerakkan tangan kanan ku memberi isyarat supaya dia tak bicara hal lain lagi. Langkah ku gontai masuk lift untuk kesekian kalinya. Bagusnya, kali ini tanpa ditahan oleh siapapun juga. Suga membeku didepan pintu lift yang akhirnya tertutup.
"Dia akan minta pertanggungjawaban Suga." Sepenggal kalimat itu terngiang-ngiang ditelingaku.
Suga menghamili Suran? Bagaimana aku bisa naif seperti ini? Terbuai semua pesona yang Suga berikan secara pribadi. Masuk dalam perangkap yang dia buat dengan kesadaran penuh diri ku sendiri.
Akulah yang menghancurkan semuanya. Akulah yang menghancurkan harapan hidup ku sendiri. Aku terlalu polos juga bodoh. Ku kunci apartemen yang.... Suga beri untuk ku. Ruangan ini, adalah salah satu alatnya untuk memerangkap ku.
Senyum manisnya, tatapan dingin mempesonanya, perlakuan manisnya adalah trik untuk menjebak ku. Ironisnya, aku masuk sendiri didalamnya. Saat aku merasa dipuncak, dia menjatuhkan ku seketika itu juga.
Sakit rasanya, mendengar kabar itu. Pedih dan perih terasa di hati ku. Biasanya aku hanya melihatnya di tv, di sosial media. Tapi saat aku bisa merasakan secara nyata kehadirannya di samping ku, sedekat ini, semua harus berakhir.
Bunyi tombol password pintu ditekan, itu pasti Suga. Lalu bunyi bel pintu kemudian gedoran sambil namaku dipanggil. Tak lama kemudian, ponselku berdering. Suga!
Tak ku hiraukan. Tak ku pedulikan. Hingga dia berhenti dan mungkin saja pergi. Selimut sudah membungkus ku. Bau Suga tercium disana. Satu hal yang ku sadari.
"Apakah aku akan percaya begitu saja pada Mac?" Ucap ku sambil terduduk.
Panggilan ku berbunyi nada tunggu. Mataku melirik, pukul 20.47. ku yakin dia masih belum tidur.
"Boram? Ada yang bisa ku bantu?"
"Megumi, aku boleh minta bantuan mu?"
Ku ceritakan semua hal terjadi hari ini hingga kalimat Mac yang membuat ku over thinking. Megumi menanggapi dengan seksama.
"Aku sudah perkiraan Mac akan memberitahu mu. Tapi aku tak menyangka akan secepat ini."
"Jadi itu benar? Kabar yang dia bilang itu benar?" Aku menuntut kejelasan. Herannya mengapa aku terpikir untuk menelpon Megumi? Aku sendiri tak habis pikir.
"Aku sendiri tak tau, anak siapa itu, atau dia jujur soal kehamilannya atau pun tidak. Tapi...."
"Apa?" Aku tak sabar.
"Yang membuat Suga memutuskan hubungannya karena dia melihat Suran dan Mac bercinta di apartemen Suran." Suara Megumi tercekat.
Ku sadari, aku telah menambah satu orang lagi terluka. Rasa sesal mendera ku, melibatkan Megumi soal hal ini.
"Lalu apa rencana mu?"
"Aku belum tau. Semuanya terlalu mendadak."
"Jangan mengambil keputusan saat kau marah. Kau pasti akan menyesalinya kemudian."
"Aku tau. Terima kasih."
Ponsel ku matikan. Tapi mataku tak bisa terpejam, rasanya mengantuk terlalu sulit didapatkan. Satu hal yang terpikir oleh ku, Menganti password pintu. Aku butuh ketenangan untuk saat ini. Ku dekati pintu untuk mereset password.
Mataku hampir saja melompat dari ceruknya ketika kulihat Suga duduk dilantai bersandar dinding. Kepalanya tersembunyi oleh kedua lengannya. Selama itukah dia menunggu respons ku? Bunyi pintu terbuka membuatnya menoleh.
Mata kami bertemu, dia bergegas berdiri menahan pintu yang hampir saja membuat jarinya terjepit. Wajahnya mengiba meminta ijin padaku.
"Chagi, kita harus bicara."
Aku tak lagi bisa mengelak. Ku biarkan dia masuk. Semenit kemudian kami masih diam. Tangannya terulur menyentuh jemariku, membuat ku menatapnya.
"Aku tak akan minta maaf pada mu karena aku tak bersalah." Ucapnya kemudian.
"Aku tak pernah menyentuhnya. Kami hanya pacaran supaya tak ada gosip. Ku akui, bahwa aku mungkin ada rasa padanya. Tapi aku tau, dia hanya butuh kepopuleran ku."
Ya dosaaaaa! Terdengar sangat klise untuk ku. Numpang tenar maksudnya? Aku seperti sedang nonton acara gosip. Suga tau aku tak percaya ucapannya.
"Aku bersumpah. Aku tak pernah menyentuhnya. Bahkan sekalipun aku tak pernah menciumnya."
Senyum sinis ku spontan muncul. Tak bisa ku percayai, manusia ini sedang membual dihadapan ku sekarang. Dia? Tak pernah mencium kekasihnya? Bualan macam apa yang sedang dia utarakan sekarang? Kami sudah lebih dari itu bahkan hanya perlu beberapa bulan saja. Aku terlalu lugu dalam hal ini.
"Aku tau kau tak percaya. Jika kau tak percaya, silahkan! Tapi aku mengatakan yang sebenarnya. Aku hanya mencintai mu." Suga meminta ku untuk percaya dengan tatapan matanya itu.
Namun aku tak bisa memilah siapa yang berkata jujur sekarang. Mereka sepertinya sedang memainkan peran yang tak bisa ku tebak endingnya.
"Aku lelah, aku ingin istirahat. Oppa pulanglah."
Dua hari setelahnya.....
Baekhyun berlari tergopoh-gopoh kearah ku yang sedang menikmati kopi dan roti di roof top klinik. Tempat ini akan sangat indah jika sore tiba. Aku dan Baekhyun sering menghabiskan waktu istirahat sore kami disini."Boram-aa!" Teriaknya sambil berlari-lari.
"Weo?" Ucapku setelah menyesap kopi panas ku.
Baekhyun menyodorkan ponselnya. Headline berita itu memukul dadaku.
"Suga-Suran kembali bersama.
Keduanya terlihat kamera di basemen parkiran sebuah pusat perbelanjaan di Gangnam, sore kemarin. Suran yang menenteng tas berlogo sebuah toko perhiasan ternama, mengandeng Suga disebelahnya. Keduanya nampak tersenyum bahagia sambil berbincang.Apakah ini artinya akan ada kelanjutan kisah asmara mereka yang tertunda? Bolehkah kita semua menabrak isi dari paper bag yang dibawa Suran adalah sebuah kabar gembira untuk penggemar sang penyanyi dan raper itu?
Baekhyun menoleh tegang menunggu rekasi ku. Ku kembalikan ponselnya lalu melanjutkan makan roti ku. Baekhyun menutup portal berita itu. Tapi...
"Suga-Suran terlihat keluar dari klinik kandungan lewat pintu belakang."
Baekhyun menarik ponselnya setelah ku putuskan mataku untuk tak membaca artikelnya. Wajahnya meneliti raut mukaku. Ku tau dia khawatir, ku tau dia ingin mendengar penjelasan ku. Tapi aku terlalu lelah dan banyak pikiran.
"Aku akan cerita nanti." Ucapku tanpa menatapnya.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya malah membuatku makin berat untuk menjawab dengan jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Cold : Di Pacari Artis
FanfictionKetidaksengajaan membuat segalanya berubah dalam hitungan hari.