29. Peristiwa di Itaewon

153 19 0
                                    

Siapa yang menyangka jika 2 anggota BTS muncul bersama manager mereka tengah hari bolong seperti ini. Semua histeris, termasuk para pegawai yang di tenda hari ini. Aku berdiri di sisi Mac dengan mata melotot kearah mereka.

Suran menoleh kearah ku, senyumnya seperti mengejekku. Manager BTS menyelami Mac. Mereka berbincang sejenak kemudian masuk ke dalam kafe. Baekhyun masih ternganga melihat punggung 2 pria Bangtan itu.

"Mereka juga manusia, sama seperti mu dokter baek." Baekhyun kembali duduk di kursinya dengan manyun.

Pikiran ku berputar, aku tak percaya ini semua kebetulan terjadi. Tapi bagaimana bisa pria itu muncul secepat ini dan disaat seperti ini? Siapa yang memberitahunya? Terserahlah, aku kembali melanjutkan tugas ku.

Beberapa orang mampir bukan untuk pemeriksaan kesehatannya, tapi hanya ingin melihat lebih dekat 2 dua pria dibelakang ku itu. Apalagi para wanita-wanita ini, mereka bahkan tak mendengarkan hampir semua pertanyaan kami sebagai tenaga medis.

Normal, tapi itu membuat ku kesal. Seperti diabaikan rasanya. Tapi kami tak boleh marah dan harus terus tersenyum ramah. Baekhyun sepertinya menyadari bahwa aku juga sama kesalnya dengan dirinya sekarang.

Break makan siang membuat kami bisa bernafas lega. Aku melupakan Suran yang ikut masuk ke kafe itu dan bahkan aku baru menyadari mereka semeja termasuk Mac. Lucu melihat mereka bertiga semeja, namun ada Jhope dan manager BTS disana.

"Bagaimana kabar mu?" Baekhyun duduk disamping ku yang sedang melihat kearah mereka. Sesekali mata ku dan Suga bertemu.

"Maksud mu?"

"Sedekat ini, tapi terasa harus beli tiket untuk kesana." Hiperbola kalimatnya membuat ku tertawa.

"Begitulah, resiko. Aku lajang terikat, dia juga lajang terikat. Itu status kami untuk sekarang. Betapa rumitnya hubungan kami." Jawab ku. Aku dan. Baekhyun sama-sama tersenyum.

"Dokter Han, ayo makan." Ajak dokter Choi kearah ku. Dokter bedah itu berdiri menghalangi pandangan ku kearah Suga dan sebaliknya.

Kami disediakan meja panjang di tenda. Dia membawakan ku kotak makan siang. Semua pegawai duduk bersama untuk makan siang. Dari meja kami makan, terlihat jelas ke arah kafe. Suga bisa melihat apa yang ku makan dari tempatnya duduk.

"Selamat makan." Teriak kami hampir bersamaan.

Dokter Choi yang duduk dihadapan ku menyerahkan sepotong daging dari kotak makannya. Aku yang duduk bersebelahan dengan Baekhyun hanya bisa mengucap terima kasih. Pria di dalam kafe pasti merekam semuanya. Ini tak bagus untuk obrolan kami nanti malam.

Aku makan dengan tak nyaman. Bukan hanya karena perlakuan manis dokter Choi, tapi karena ada sepasang mata yang selalu melayangkan pandangan tak suka kearah ku. Dokter Choi memperlakukan ku dengan baik dihadapan semua orang. Mengambilkan minuman, membukakan tutup air mineral, mengajakku ngobrol, mengambilkan tisu bahkan tersenyum manis dihadapan ku.

Baekhyun berkali-kali mengedipkan mata, dia tau bahwa pria diseberang kami sedang menatap tak suka. Bagaimana cara ku menolak kebaikan dokter Choi? Aku pikir wajar dia melakukan itu apa lagi didepan umum. Seharusnya tak ada yang dipermasalahkan bukan?

Ponsel di kantong snaelli ku bergetar. Tuan manusia salju pasti mengirimkan ku pesan.

"Menyenangkan melihat mu tersenyum manis pada pria itu. Selamat menikmati makan siang dokter Han."

Nada cemburu tersurat jelas bukan? Ku kembalikan ponselku lagi ditempatnya. Mata kami bertemu. Termasuk tatapan sadis Suran yang bergantian mengarah pada ku dan Suga.

Mereka yang didalam kafe saling bersalaman dan meninggalkan meja. Termasuk Mac juga Suran. 2 anggota BTS dan managernya masuk ke mobil meninggalkan. Begitu juga Suran yang masuk ke mobilnya bersama sang manager.

"Dokter Han, bisa kita bicara sebentar?" Mac meninggalkan meja kami masuk lagi ke kafe. Mata banyak orang mengiringi langkah ku.

"Suran bicara apa pada mu tadi?" Pertanyaan to the points Mac membuat ku takjub. Ini adalah kali pertama kami berbicara berdua lagi setelah sekian lama di apartemen waktu itu.

"Hanya tentang Suga."

"Kau yakin hanya itu?" Mac meminta penjelasan lebih lanjut.

"Apa yang kau sembunyikan selain Sora?" Mac mencengkeram lengan ku kasar.

"Jangan sebut namanya disini. Kau mengerti!?"

"Jadi ada yang lain yang kau sembunyikan? Tapi...itu urusan mu. Aku bukan siapa-siapa mu selain adik tiri mu, jadi aku tak mau mencampuri apapun soal pribadi mu."

"Kau pacaran dengan Suga?"

"Apa urusan mu?"

"Mereka pernah bersama!" Jelas aku tau maksudnya siapa.

"Lalu kau datang mengacaukan hubungan mereka bukan?"

Mac mengeratkan rahangnya marah. Tebakan ku ternyata benar. Wajahnya merah menahan kesal. Bukan salah ku bukan jika dia marah? Aku kan hanya bertanya.

"Aku tak akan datang jika tak diundang." Ucapnya kemudian.

"Aku tak perlu penjelasan mu itu. Mereka sudah berpisah saat dia bersama ku. Jelaskan saja pada ibunya Sora." Ku tinggalkan Mac yang sedang berusaha meredakan ledakan amarah dalam dadanya.

Aku terlalu lelah dan banyak pikiran untuk sekedar memikirkan tatapan orang-orang kearah ku. Baekhyun pun hanya menyentuh bahu ku. Sikap ramah dokter Choi juga berubah 360⁰. Terserahlah!

Mobil ku jalankan pulang. Hari ini begitu berat. Kesialan belum mau pergi dari hidupku. Semua yang awalnya terlihat baik dan beruntung ternyata hanya kelihatannya saja.

"Dimana?"

"Dijalan pulang, dimana oppa?"

"Senang? Dapat perhatian dari pria ganteng, gagah, dokter."

"Terdengar cemburu."

"Siapa? Aku? Tidak dokter Han, aku kan hanya bertanya."

"Dokter Choi memang ganteng, spesialis bedah. Aku rasa kami akan cocok. Dia juga manis dan perhatian."

"Hyak!" Jhope yang duduk di sampingnya terkejut. Bahkan tatapan manager mereka juga tertuju padanya. Jhope menutup mulutnya meredam tawanya yang hampir saja meledak.

"Aku kan hanya menanggapi mu, chagia."

"Sampai ketemu di rumah."

Yakin 100% dia pasti melayang mendengar rayuan ku. Jangan melawan ku tuan idol, kau yang akan menyerah kalah, seperti biasanya.

"Wuahh Hyung, wajah mu memerah. Kau dirayu Boram?" Suga memperbaiki letak jaketnya. Dia salah tingkah.

Aku lebih dulu sampai di apartemen. Ternyata Mac menunggu ku di lobby. Wajahnya tak bisa ditebak. Dia duduk dengan tenang dan menakutkan.

"Aku ingin bicara." Langkah ku terhenti tepat didepan lift. Ku putar badan ku menatapnya dengan tetap berdiri dan menjaga jarak.

"Apa kau pacaran dengan Suga?"

"Bukan urusan mu."

"Ku ulangi lagi." Mac menatapku yg memandangnya dingin. "Kau berhubungan dengannya?"

"Kami bersama." Suara berwibawa Suga membuat kami menoleh.

Pria itu melewati pintu kemudian mendekap bahu ku didepan Mac. Wajah kakak tiri ku menegang, kilat matanya terpancar garang menatap kearah tangan Suga yang berada dipundak ku.

"Pertama kau invasi apartemennya, lalu kau juga akan intervensi kehidupannya? Aku tak akan membiarkan itu terjadi sekalipun kau kakak tirinya." Telunjuk Suga menekan tombol lift.

Namun, cengkeraman tangan Mac menariknya hingga Suga terhuyung kebelakang.

Mr. Cold : Di Pacari ArtisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang