25. Kediaman Min PDnim

204 19 0
                                    

Aku merasa ditinggalkan! Kemarin dia bersama ku tanpa jeda. Menaburkan benihnya dalam masa subur ku. Lalu hingga hari ini, dia tak mengangkat telpon ku, membalas pesan ku, bahkan apartemennya kosong. Ingat, bahwa kami "bertetangga". Aku tau password pintunya. Aku juga yang membersihkan rumahnya dari kemarin.

Seperti istrinya saja! Jika mengingat semua hal dua hari yang lalu, aku merasa kami seperti pasangan yang baru saja menikah. Kemudian suami ku ditugaskan oleh negara setelah kami menikah. Anggaplah dia seperti Kapten Yo di drama DOTs. Bahkan Yo Si Jin berpamitan pada kekasihnya, dokter Kang. Namun pria itu seperti hilang ditelan bumi dan meninggalkan warisan 2 buah kartu. Aku sedang menghibur diri sendiri.

Aku masih berada di apartemennya, membuka kulkasnya dan ternyata kosong. Hanya 4 botol air mineral disana. Oke! Karena tuan Min sedang dalam tugas negara maka ku putuskan untuk berbelanja supaya kulkasnya terisi.
.
.
.
"Hyung, kau tak pulang dua malam ini?" Jimin duduk di samping Suga. Pria itu hanya tersenyum.

"Mwo? Kau tersenyum?" Jimin kaget.

"Aku sedang menghukum kekasih ku, ahh bukan! Calon istri ku." Ujarnya malu.

"Kau serius? Kau akan menikahinya?" Jimin mendesaknya.

"Aku mencintainya, kami saling mencintai. Mungkin sekarang dia sedang berbelanja kebutuhan kami." Jawab Suga membuat JiMin menoleh intens kearahnya.

"Kalian serumah?"

"Kami memang sudah lama serumah. Apartemen itu aku pemiliknya, dia tinggal dirumah ku bukan? Jangan terlalu berlebihan." JiMin surut. Dia malu telah berpikiran liar tentang Hyungnya.

"Lalu mengapa kau menghukum Boram? Tadi malam ponsel mu bergetar terus."

"Gadis itu pikirannya selalu buruk pada ku."

"Wajar saja! Kau juga tak bisa lembut padanya. Ekspresi mu itu lebih menakutkan dibandingkan zombie." JiMin mengeratkan bibirnya setelah sadar dia terlalu jujur soal hyungnya.

"Gumawo, JiMin-aa sudah jujur. Aku pulang! Lagian lagu baru ku sudah selesai." Jimin mengikuti gerak badan hyungnya yang meninggalkannya sendirian dengan penuh tanda tanya.

"Sepertinya Boram sanggup membuat ya sedikit mencair." SeokJin ikut duduk di samping JiMin, ternyata dia mendengar semua percakapan mereka berdua.

"Ku lihat semalam, Suga mencari cincin couple di internet. Sepertinya dia akan mengantikan cincin mainan di jari Boram secepatnya." Pernyataan SeokJin membuat RM yang baru masuk ruang santai tertegun.

"Jinjja? Dia seserius itu? Wuahh! Daebak!" Leader kekar itu menutup mulutnya tak percaya.
.
.
.
Suga sampai ke apartemennya. Merasakan perubahan bau yang lebih positif sesaat setelah dia membuka pintu. Lavender! Aroma yang disukai kekasihnya. Dia melepaskan sepatunya kemudian sibuk mencari sandal ruangan yang biasa dia pakai. Sandal itu lenyap! Tapi dia tau, bahwa ada campur tangan wanita di rumahnya sekarang.

Baru saja dia meletakkan tubuhnya di sofa, bel pintu berbunyi. Matanya mengunci sosok yang dia kenal. Tamu yang tak ingin dia sambut. Bel berbunyi lagi. Sepertinya sang tamu sudah tak sabar.

"Yoon! Yoon!" Bunyi gedor terdengar. Suga menghela nafas lelah. Dia membukakan pintu dengan terpaksa.

"Apa kau sibuk? Apa kau sedang tidur?" Tanyanya sambil menyeruak masuk. Suga menatapnya dingin.

"Aku mencoba menghubungi mu, tapi tak kau hiraukan. Apa kau benar-benar tak mau mengenal ku lagi?"

"Aku sibuk." Suran mendekatinya, tapi Suga menghindar dengan apik.

Wanita itu tau, bahwa alasan Suga hanya supaya tak menyakiti hatinya saja. Alasannya tak menjadi soal, tapi gesturnya yang terang-terangan enggan membuat wanita itu sakit hati.

"Sepertinya hati mu sudah di invasi oleh sesuatu atau seseorang?"

Suga hanya menatapnya dingin.

"Apa aku sudah tak senikmat dulu?" Suga tak bergeming. Senyumnya sinis dan kepalanya mengangguk-angguk.

"Begitu ya? Dia bisa membuat mu puas?" Suran melayangkan tatapan tajam.

"Noona, aku harap kau tak lagi datang ke sini. Akan susah bagi kita dan agensi jika muncul berita soal kita."

"Kau tak mau? Ahh, begitu rupanya. Kau bukan lagi Min Yoongi yang ku kenal dulu."

Suasana menjadi makin dingin karena keduanya memilih membisu. Kedua manusia berbeda tujuan itu hanya saling menatap.

"Jika sudah selesai Noona boleh pergi, aku mengantuk." Ucap Suga tanpa mau mengerti rasa sakit yang mendera hati Suran.

Wanita itu menuju pintu. Luka hati dan luka harga dirinya membuatnya pulang dengan pipi basah air mata. Sebelum masuk mobil yang menunggunya di lobby, dia menyembunyikan matanya yang merah dalam kaca mata hitamnya.

SUV hitam dan mini Cooper berpapasan di portal masuk apartemen. Penjaga gerbang membungkuk hormat. Kedua wanita dalam mobil itu tak saling memperhatikan. Mini Cooper menuju parkir basemen sedangkan SUV hitam melesat meninggalkan area apartemen.
.
.
.
"Chagia, apa kau memperhatikan sesuatu soal Suga oppa?" Yura duduk dihadapan Taehyung di sebuah cafe.

"Ani, weo?"

"Mungkin aku terlalu memikirkan Boram dan Suga oppa."

"Apa yang kau lihat? Jangan bilang kau oleng ke Suga hyung. Aku tak akan merelakan mu, awas saja!" Taehyung kembali sibuk dengan ponselnya.

"Apa yang kau katakan?" Yura merona merah karena malu. Wajahnya berubah kesal saat sadar kekasihnya sibuk dengan ponsel dari tadi.

"Oppa, kita kencan atau apa ini? Kau sibuk dengan ponsel mu." Kekesalan Yura membuat Tae tertawa geli.

"Anii, jangan kesal. Aku sibuk membalas grup chat. Jhope Hyung mengajak kami makan diluar, aku bilang aku kan pergi setelah aku mendapat ijin dari mu." Wajah tampan Tae mendekat kearah wajah Yura. Rona merah makin tampak karena kekagetan dan gerak spontan tua alien itu.

"Apa aku harus mencium mu supaya aku mendapatkan ijin kekasih ku?" Gumamnya sambil melirik kearah kekasihnya yang masih tertegun didepan hidungnya.

"Oppa!" Pekik Yura manja. Tae makin terkekeh karena gemas. Kekasihnya begitu menggemaskan.

"Tadi kau ingin bilang apa soal Suga hyung?"

"Suga oppa sekarang banyak tertawa dan bertingkah lucu jika di depan kamera. Apa oppa juga memperhatikannya?"

"Jinjjayo? Ku pikir hanya kami yang memperhatikan."

"Mungkin karena hubungannya dengan Boram berjalan baik. Aku senang, semoga kita juga baik-baik terus." Yura menyembunyikan rona merah dari hadapan Taehyung. Pria itu memperhatikan raut wajah gadisnya dengan seksama.

"Agensi memanggil Suga hyung berapa waktu lalu, sudah agak lama. Kira-kira sebelum kalian wisuda. Kemudian Boram bilang kalau dia dapat cincin dari Suga hyung. Lalu perubahan signifikan pada suasana hatinya. Ku rasa kau benar! Suga berubah karena Boram." Taehyung menyurutkan tubuhnya bersandar di kursi.

"Apalagi mereka tinggal di gedung yang sama. Mereka sangat aman bukan?"

"Apa itu kode dari mu?" Kejahilan Tae muncul.

"Molla!" Jawab Yura tak bisa meredakan degup jantungnya yang meronta-ronta.

Hingga....
Mata Yura melotot dan dia membatu, seolah tersihir akan sesuatu. Tae menoleh kearah belakangnya. Kali ini giliran dia yang tertegun. Sepasang insan yang menatap mereka berdua ikut terdiam karena kaget. Mereka juga berdiri ditempatnya memandang kearah Tae dan Yura.

"Hyung?" Panggil Tae canggung.

Jhope terkekeh mendekati adiknya.

Mr. Cold : Di Pacari ArtisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang