46. Aku vs Suga? Mengalah!

147 19 0
                                    

Aku yang sudah sangat lelah memilih meninggalkannya sendiri di ruang tamu. Kaki ku sejalan dengan otak ku, mandi kemudian tidur. Maka aku telah sampai didalam kamar mandi. Duduk disisi bathtub menunggu terisi air hangat.

Terdengar Suga membuka pintu agak kasar. Kekesalannya jelas dua kali lipat. Berita aku makan, berpelukan, juga bergandengan tangan di restoran tadi sudah muncul. Pasti banyak spekulasi mengenai itu. Sudahlah! Aku menentramkan diri dengan berpendapat bahwa selama aku bersama Suga maka tak akan bisa punya privasi. Harga mati!

Pintu kamar mandi di buka dari luar. Aku yang termenung kaget melihat kepala Suga menyembul melongok mencari ku. Tubuhnya ikut masuk, tangannya menutup daun pintu dari belakang punggungnya.

"Jika memang tak ada maaf tak apa, tapi jangan abaikan oppa."

Jarak kami hanya 3 langkah. Tapi rasanya aku duduk dalam lubang gelap sendirian. Dia mendekatiku, kedua tangannya menyentuh pundak ku.

"Ingatlah, jika ada bukti cintaku disini."

Usap lembut tangan besarnya memenuhi perut ku. Ku palingkan wajah! Aku terlalu sakit untuk menganggap itu serius, bukankah ada bukti lain didalam perut wanita itu?

"Oppa keluarlah, aku mau mandi."

Tangannya cekatan membantuku melucuti baju yang kupakai. Pikiran kotor mulai meracuni ku. Akan terjadi sesuatu tentunya di kamar mandi ini yang berakhir dengan urusan ranjang, seperti biasanya.

Ku marahi diriku sendiri yang begitu polos tanpa perlawanan. Menyerah seperti kalah tak ada harapan, ketika dia dengan sengaja merayu ku. Tangannya membantuku masuk dalam bathtub.

Busa sabun menutupi permukaan air dan tubuh ku. Suga duduk dilantai disamping ku tak bergerak, kecuali tangannya yang berada diatas perut ku.

"Jisoo adalah teman SMA ku, aku tak pernah tau jika dia masuk dalam industri ini juga. Kami bertemu lagi ketika Suran dan aku...."

Aku diam, mendengarkan ceritanya.

"Kami bahkan hampir tak pernah bertegur sapa setiap ada Suran. Suran seorang yang posesif. Jika dia tiba-tiba mengaku hamil putri ku, apakah itu masuk akal?"

"Bukankah hamil terjadi karena ada dua benda bergesekan dan membuahkan hasil?" Lanjutnya.

Kepalaku menoleh cepat kearahnya yang menatapku teduh. Pembuahan yang dia paparkan dengan pilihan kata aneh itu membuat ku cukup tertarik.

"Jika dia hamil dan akan segera melahirkan, artinya aku menyelingkuhi Suran. Apakah hamil menjadikan seorang dokter hilang penilaian objektifnya?"

Kali ini aku tak mau menatapnya. Ku tepis tangannya yang masih bertengger diatas perut ku. Tawa kecilnya terdengar. Dia mengeri jika aku marah. Tanpa berucap dia mencari tangan ku lalu menggenggamnya.

"Aku bahkan menculik mu malam-malam. Menyembunyikan mu dalam apartemen ku. Meniduri mu, hingga ada nyawa dalam perut mu. Apakah semua bukti itu tak cukup? Apa aku harus selalu mengatakan jika aku mencintai mu? Itu menggelikan sayang."

"Jadi mengucap cinta pada kekasih mu itu menggelikan?" Debat ku mulai naik pitam.

"Ahh, bukan begitu. Aku bukan pria romantis, sedang ku usahakan. Ayolah, apa kau mau kita berakhir di ranjang dan kau lelah seperti sebelumnya?"

"Mengancam ku?" Mataku melotot.

"Anii, tak berani! Dokter Han, untuk kau ketahui bahwa hanya kau satu-satunya gadis yang ku buat hamil. Semua kulakukan hanya untuk mencegah mu, mengikat mu untuk tak pergi dari ku karena aku sangat mencintai mu."

Mr. Cold : Di Pacari ArtisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang