24. Dia pulang karena marah

199 20 0
                                    

🔞🔞
Mata kami beradu pandang, jarinya memainkan surai rambut ku. Keringat masih tertinggal di dahi kami masing-masing. Pagi yang gila! Hatiku berkecamuk tapi wajah ku menunjukkan sebaliknya. Tatapan malu ku tak bisa ku sembunyikan. Makin lama, pria itu menatapku makin dalam dan intens.

"Weo?" Tanyanya, mungkin dia bisa membaca isi hati ku. Dia memang begitu bukan? Bisa membaca masa depan.

"Ani."

"Malu? Atau mau lagi?"

Pertanyaannya tak bisa ku jawab. Ku tutup wajah ku dengan selimut yang menutupi tubuh kami. Kemudian aku menyadari sesuatu, tangan kanannya ku apit dengan kedua paha ku. OHH shit!

Dia hanya tersenyum begitu tau aku menyadari sesuatu. Sebuah jarinya menyeruak diantara belahan pahaku. Berusaha keras untuk masuk kedalam sana dan....

"Ahhhhhhh." Ku gigit bibir bawah ku merasakan benda asing masuk kembali dan mengoyak kedalamannya.

Suga menatap ku sayu, menikmati sensasi jarinya bergerak diapit paha ku. Aku sendiri pun tak bisa menolak kenikmatan yang dia beri lagi. Keringat ku mulai bermunculan karena aku berusaha menahan gelora yang akan hadir lagi.

"Jangan ditahan, keluarkan sayang. Banjiri saja...." Bisiknya sambil mengulum dagu ku.

Suaranya yang dalam dan mendayu, makin membuat ku tak bisa menahan lahar panas yang akan keluar lagi. Ku cengkeraman tangannya dan seprei ketika orgasme ku yang kesekian kali muncul.

Dering ponsel ku membuat kami bertukar pandangan. Senyumnya muncul, antara malu dan bangga membuat ku tunduk pagi ini. Nama Baekhyun dilayar. Masih ku cari alasan yang pas untuk kukatakan pada teman probation ku itu.

"Hallo, maafkan aku. Aku tunangan dokter Han. Apakah anda mencari dokter Han?"

"Ahh, iya...seharusnya dokter Han sudah hadir di rapat medis pagi ini, tapi dia belum ada kabar."

"Maafkan aku dokter...." Suga menoleh meminta nama keluarga Baekhyun.

"Dokter Baek, aku mewakili dokter Han ingin memintakan dia ijin untuk tak hadir hari ini. Dia sedang tak enak badan."

"Baiklah aku akan sampaikan ke bagian HRD. Maaf aku harus tau siapa nama anda, jika nanti mereka bertanya."

"Aku Min Yoongi. Tapi ku mohon kau jangan katakan pada siapapun tentang kami." Pintanya sambil menoleh kearah ku.

Selamat datang di dunia nyata, kawan! Pasti besok aku akan di interogasi oleh pria itu di klinik. Suga meletakkan lagi ponsel ku di meja lampu samping ranjang. Bibinya menipis karena tersenyum. Wajahnya nyengir ketika menempatkan badannya diatas badan ku.

Kulit kami menempel, benar-benar menempel. Kedua sikunya menopang badannya. Manik matanya bergantian menatap bola mata ku.

"Apa kau tau artinya ini?"

"Ani. Mwo?"

"Kau milikku dan aku milik mu."

"Apa yang kau bicarakan?"

"Shiro?"

"Ahhh, oppa membuat ku malu."

"Jangan! Tak perlu lagi ada yang ditutupi diantara kita. Hanya saja, kita tak bisa publikasi sekarang."

"Aku tau, aku mengerti." Bibirnya mencium ku. Mencium leher ku. Menimbulkan rasa tak terkira dan geli yang candu.

Kami berdua bangun saat lampu taman sudah menyala. Aku bangun lebih dulu dan pangkal paha ku pedih. Kaki ku sudah menjuntai saat Suga terusik. Suga ikut duduk di belakang ku. Dagunya berada dipundak ku, tangannya melingkar di pinggang ku.

"Oppa, aku lapar."

"Oppa juga, ayo mandi lalu kita makan." Perintahnya. Suga bergegas berdiri dan tau bahwa aku butuh pertolongan hanya dari tatapan mata ku.

"Mian, semua akan begitu saat pertama kali." Tangannya menyibak selimut yang menutup tubuh ku. Membuat bercak merah di ranjang ikut muncul.

"Aku benar-benar memberikannya pada mu."

"Terima kasih." Suga menggendong ku hingga kamar mandi. Menidurkan ku di bath up kemudian mengalirkan air hangat. Aku sadar bagaimana bentuk wajah ku sekarang. Merah dan panas yang kurasakan. Bagaimana tidak? Pria putih pucat itu, naked tepat didepan mata ku. Dia sibuk memanjakan ku yang menerima keromantisannya.

Omo! Dia bisa romantis juga ternyata. Seharusnya memang begitu bukan? Setelah dia membuat ku sakit dan menerima hadiah terbesar ku, hal seperti ini patut ku dapatkan. Bahkan seharusnya lebih.

Kami makan malam dengan delivery. Menghindari kekacauan karena paparazi atau mungkin sasaeng. Pria itu sekarang tenggelam dengan pulpen dan kertasnya. Kami duduk berhadapan, tapi terasa begitu berjauhan. Kekesalan ku muncul. Dia melupakan kejadian hari ini dengan begitu saja?

Betapa bodohnya aku! Menjebak diri ku sendiri pada pesona tak berkesudahan miliknya, yang ternyata hanya sesaat. Pikiran kacau nan buruk mulai meracuni ku. Wanita mana yang tak ingin di belai, dimanja setelah menyerahkan keperawanannya pada pria yang dia cintai? Ternyata sedingin ini pria yang ku cintai.

"Weo? Muka mu masam begitu? Makanannya tak enak?" Aku menggeleng cepat. Dengusannya membuat ku melirik kesal kearahnya.

"Araseo, nyonya Min. Aku tiba-tiba ingin menulis lagu tentang kita. Aku bukan orang yang romantis, tapi...aku rasa kau membuat ku jadi makin sempurna."

"Mwo?"

"Bagaimana jika judulnya, blanket kick?" Dia menyodorkan kertas berisi tulisannya pada ku.

Tak bisa ku cegah rasa yang membuncah dalam hati ku. Rasa bangga dan terpesona membuat hilang pikiran kotor ku tadi. Suga sepertinya punya pesona lain, hingga membuat ku menjadi plin plan.

"Chagi." Panggilnya lirih. Tangannya menyodorkan dua buah kartu kearah ku.

"Apa ini?"

"Itu kartu kredit dan debit ku."

"Lalu?"

"Aku menyerahkan diri ku mulai dari hal terkecil yang bisa ku serahkan. Uang ku."

"Kau mencoba membayar ku setelah kita tidur bersama tadi? Wuahhh, kau merendahkan ku tuan Min."

"Pikiran mu itu selalu buruk terhadap ku. Bahkan setelah ku kerahkan seluruh tenaga ku membuat mu orgasme berkali-kali tadi?" Balasannya sangat menyakitkan.

"Tak bisakah kau sedikit punya positif thinking pada ku? Ku serahkan diri ku pada mu, ku serahkan uang ku pada mu. Aku sedang menjadikan mu wanita spesial nona blasteran." Nadanya satu oktaf lebih tinggi dan kalimatnya panjang.

"Mian. Aku kacau! Mianeo oppa."

"Seharusnya memang begitu. Aku akan pulang ke sebelah." Ucapnya kemudian.

Yes! Pandai sekali kau Boram! Setelah kalian tenggelam dalam lautan asmara, bahkan dia membuatkan mu lagu. Kau berani sekali membuatnya kesal. Sebuah kartu hitam dan sebuah kartu gold masih diatas meja makan ketika mata mu menatap punggung Suga menghilang dibalik pintu.

Menyesal dan bersalah! Mengutuk diri sendiri setelah aku sadar bahwa aku melakukan hal tak terpuji. Hari ini memang sangat aneh! Semua seperti ramalannya. Dia pernah bilang akan membuat ku jatuh cinta dengan caranya. Inikah caranya itu? Cara paling jitu supaya aku tak bisa melepaskannya begitu saja.

Bagaimana jika aku hamil? Kami bahkan tak menggunakan alat kontrasepsi. Memang alat itu tak ada di rumah ku ini. Aku berlari kembali ke kamar lagi. Menatap kalender yang berdiri tegak menempel di atas meja kerja ku. Tinta merah ku lingkari pada sebuah angka yang terdiri dari dua digit. Artinya sebentar lagi aku akan datang bulan.

"Demi apapun, tolong jangan dalam waktu dekat ini!" Seruku menarik rambut ku sendiri karena kacau.

Mr. Cold : Di Pacari ArtisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang