Tiga hari setelah kejadian dramatis itu, aku "dikurung" keadaan dalam apartemen ku. Tetangga-tetangga ku mengeluh mengenai privasi. Wartawan, paparazi atau apapun itu namanya masih mondar mandir 24 jam disekitar gedung apartemen kami.
Aku sih yakin, mereka sudah tau gosip mengenai ku dan Suga. Aku sendiri tak pernah kepikiran akan sampai sedemikian hebohnya. Pintu apartemen ku diketuk. Agaknya banyak orang yang lupa soal bel pintu.
"Boram, ini pemilik apartemen. Buka pintunya."
Door eye membantuku lagi. Tuan pemilik apartemen berdiri didepan pintu ku. Wajahnya membuatku meng-aduh!
"Selamat pagi ahjushi."
"Bahkan waktu kau lupa?!" Gerutunya.
Gorden jendela tak berani ku buka memang, karena akan tampak jelas dari atap gedung sebelah. Hanya takut privasi ku terganggu, jangan tanya! Aku juga tau bahwa aku sekarang tak punya privasi. Hanya saja...masih aneh.
"Maaf ahjushi."
"Sudahlah. Kemasi barang-barang mu lalu pindahkan dari sini. Aku lelah mendengar keluhan penghuni lain mengenai wartawan didepan."
"Tapi ahjushi, aku bahkan tak bisa keluar gedung." Aku mulai panik.
"Mintalah kekasih mu untuk menjemput. Kau ini bodoh atau dungu? Kekasih mu idol aset negara. Tak bisakah dia membantu wanita yang disembunyikannya disini? Apartemen ku sudah cukup ramai dan beberapa penghuni telah pindah karena kalian. Kau ingin usahaku bangkrut?" Ahjushi itu berbicara dengan sangat cepat seperti SeokJin ketika ngomel. Jangan lupakan tangannya yang bergerak kesana-kemari.
Aku bersembunyi dibalik pintu. Pikiran ku kalut. Kemana aku harus pergi? Uang tabungan ku bahkan belum cukup untuk uang muka apartemen lain.
"Iya ahjushi, aku mohon beri aku waktu untuk berkemas. Aku bahkan tak tau harus kemana. Aku minta maaf karena menimbulkan kegaduhan. Maaf." Aku keluar pintu dan membungkuk pada mereka semua."Aigoo...gadis muda seperti mu sanggup membuat Korea guncang hanya dengan gosip. Kau beruntung nona. Semoga kalian langgeng." Ahjushi sebelah kamar ku menutup pintu setelah memberi dukungan padaku.
"Terima kasih ahjushi, maaf." Ucapku sambil membungkuk.
"Aku beri 3 hari. Pindahlah!" Pemilik apartemen memberi ultimatum.
Semua penghuni lantai tiga kembali masuk ke apartemen mereka masing-masing, termasuk aku. Air mataku tak bisa berhenti mengalir. Aku tersedu-sedu. Apa yang ku tangisi, tentu saja semua ini.
Mulut ku bilang aku seperti mendapat lotere, Suga bilang aku beruntung. Nyatanya buntung! Aku dipecat, diusir, tak punya cukup uang. Ku kemas barang-barang yang mampu ku bawa sendiri. Yang lainnya ku masukkan dalam kardus.
Betapa miskinnya aku, bahkan barang-barang ku hanya 2 kardus dan 2 koper pakaian saja. Itu juga banyak buku-buku pelajaran ku. Selepas mengemasi barang-barang, ku buka laptop ku untuk mencari rumah baru.
Rata-rata depositnya di atas 10 juta, itu juga hanya untuk sebuah one room apartemen. Harganya naik tinggi dibanding 4 tahun lalu. Jika 10 juta untuk deposit, maka tabungan ku sisa 2 juta saja.
Deposit apartemen ini juga harus di klaim, dan butuh waktu sekitar 1 Minggu. Eotteoke?! Keluhku dalam hati. Aku menyerah! 3 hari waktu yang terlalu mendadak.
Bel pintuku berbunyi. Dari door eye tampak haelmeoni yang tinggal di unit 5.
"Haelmeoni, ada yang bisa ku bantu?" Tanyaku lirih."Apa kau baik-baik saja? Kau menangis?"
"Huuaa...." Ku tumpahkan sesak dadaku dalam pelukan haelmeoni unit 5.
"Sabar, tenang...semua akan baik-baik saja." Tangan keriputnya menepuk-nepuk punggung ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Cold : Di Pacari Artis
FanfictionKetidaksengajaan membuat segalanya berubah dalam hitungan hari.