Aku masuk ke apartemen Suga membawa 2 plastik besar berisi belanjaan. Ku pikir akan cukup untuk tiga atau empat hari saja. Toh jika kurang aku bisa membelinya lagi nanti. Berbelanja sekaligus sendirian sangat merepotkan.
Tujuan ku adalah dapur, menata dan menyimpan bahan makan yang ku beli kemudian menjemur baju. Apa begini rasanya punya pasangan? Sedikit merepotkan, tapi masalahnya ini adalah Suga. Pria dambaan semua gadis dan aku yang mendapatkannya.
Tak sampai 20 menit semua selesai, saatnya menonton RUN BTS. Snack sudah diatas pangkuan ku ketika RUN BTS sudah mulai. Seperti biasanya, mereka selalu bisa membuat tertawa karena tingkah konyol dan random. Siapa yang tak akan tertawa saat melihat ulah mereka?
"Chagia." Panggilan suara yang sangat ku kenal membuat ku berhenti mengunyah dan menoleh.
"Oh?" Reaksi tak terduga ku melihatnya kucel bangun tidur. Kaos hitam gombrang dan celana pendek. Terlihat seperti manusia pada umumnya, tapi mampu membuatku ambyar.
"Chagi, lapar."
"Oh?" Ucap ku lagi. Dia menuju dapur, menyalakan mesin kopi dan membuka freezer. Matanya bergantian menatap kulkas dan kearah ku.
"Ini kulkas ku bukan?" Ucapnya random.
"Kau di rumah mu oppa." Aku berdiri dan menuju kearahnya. Membuka kulkas di sisi sebelahnya, mengeluarkan bahan makanan untuk ku masak.
"Kapan kau ada waktu?" Tanyanya sedingin es batu yang dia tuang dalam gelas.
"Untuk?"
"Kita harus fitting baju pengantin secepatnya." Suara seruput kopi menjadi backsound.
Aku diam. Tapi aku tau bahwa wajahku merah sekarang. Hidung ku kelihatan begitu soalnya. Entah karena ucapannya membuat ku malu atau karena bau bawang merah yang ku potong ini. Pokoknya ada ledakan besar kembang api dalam diri ku. Bahagia!
"Tak mau? Kenapa diam?"
Jika sudah begitu nada yang terlontar dari tuan es batu ini, maka aku harus cepat-cepat memutar badan. Supaya tak terjadi keributan seperti yang sudah-sudah. Dia terkekeh melihat wajah merah ku.
"Apa kau tau?"
"Ani." Jawab spontan ku membuatnya mendengus kesal.
"Kau ini!"
"Mian, apa yang oppa ingin bilang?"
"Rasanya kita seperti sudah menikah ya?"
"Jangan bicara macam-macam atau akan ku tinggalkan kau karena terus membuat wajah ku mati rasa karena malu."
"Artinya kau mencintai ku, tak ingin meninggalkan ku dan setuju hidup bersama ku. Ya kan?"
Pria ini sepertinya menambah hobi, omong kosong dan merayu. Tapi aku suka.
"Oppa, kemari lah." Pintaku.
"Apa?"
"Sini, lebih dekat."
Suga menempelkan sisi tubuhnya pada sisi tubuh ku.
Cup!
"Ahh wei?" Wajahnya imut karena terkejut. Kami berdua terkekeh. Memasak kali ini terasa lain karena polah tingkah kami yang receh. Aku melupakan pertanyaan tentang "hilangnya" dia dua hari lalu. Semua terkubur karena dia bisa membuat ku memaafkan nya tanpa harus ada kata maaf.
Apakah yang kulakukan ini sudah benar dan wajar? Bukan kah sepertinya aku membutakan hati dan pikiran ku karena takut kehilangannya? Bukankah seharusnya aku harus menanyakan padanya? Seharusnya ada penjelasan darinya bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Cold : Di Pacari Artis
FanfictionKetidaksengajaan membuat segalanya berubah dalam hitungan hari.