19. Cemburu

226 19 0
                                    

Suga tentu saja sudah sampai di apartemen sekarang. Kakinya bergerak kesana dan kemari dengan gelisah. Sudah tiga kali dia ke apartemen mu, tapi kau belum pulang. Ponsel mu pun mati.

Pikirannya sudah penuh dengan hal buruk dan kotor. Kau pergi dengan pria yang berstatus kakak tiri dan bos mu di klinik. Hingga jam 21.32 belum ada kabar dari mu. Suga bahkan sudah mengangkut barang-barang mu dari lantai 5 pindah ke lantai 6 sendirian.

Suga berdiri di balkon kamar menatap jalan utama dan berharap mobil yang kau tumpangi segera masuk area gedung. Nyatanya keinginannya masih jauh di awang-awang.
.
.
.
Kau duduk di restoran di atap gedung tinggi. View dari tempat mu duduk sangat indah. Kerlip lampu kota Seoul begitu indah dan kecil-kecil seperti lampu natal, dari tempat mu duduk.

"Indah bukan?" Tanya Mac yang sedang menikmati winenya.

"Indah. Terima kasih."

Mac tersenyum kemudian meneguk habis wine ditangannya. Mac memberi isyarat untuk bill.

"Aku harap, kau tak canggung lagi pada ku."

"Kau tetap bos ku. Rasanya tetap aneh, karyawan baru makan ditempat elit bersama bos nya." Ungkap mu jujur.

"Tapi aku kakak mu."

"Itu malah makin jadi aneh jadinya." Kau dan Mac tertawa bersama.

"Aku harus pulang, ponsel ku kehabisan daya." Mac mengangguk.

Kalian sudah didalam lift untuk turun ke parkiran. Namun tiba-tiba Mac menerima panggilan. Wajahnya berubah raut yang membuat mu takut.

"Kau, pulanglah sendiri. Aku ada urusan mendadak."

Mac meninggalkan mu di lobby dengan kebingungan. Kau menatap punggung Mac yang menghilang dibalik pintu. Mata mu mencari bantuan dan berhenti pada counter resepsionis.

Beruntung kau diajak makan ditempat semewah ini. Jadi, memesan taksi tanpa aplikasi sangat mudah.
.
.
.
Suga masih berdiri di balkon, matanya masih menatap kearah jalanan. Mug kopinya sudah dua kali ia refill tapi kau belum juga muncul.

Bel pintu apartemen berbunyi. Suga dengan langkah gontai menuju pintu. Wajahnya berubah saat mendapatimu dibalik pintu. Wajah lelah dan kuyu nampak disana.

"Kau baik-baik saja?" Suga mendudukkan mu di sofa.

"Mac memintaku menemaninya makan malam." Jawab mu lesu. Badan Suga mendekap mu. Menyalurkan rasa khawatir dan lega, membiarkan hidungnya menikmati wangi vanila dari tubuh mu.

"Mandilah." Suga mengurai pelukannya. Kau masih lelah dan sangat malas.

"Sebentar lagi." Jawab mu sambil merebahkan diri di sofa.

"Kau bau." Pancing Suga.

Tak perlu dua diperintah lagi, kau menuju pintu keluar. Membuat Suga terkekeh geli sambil malu. Perbuatannya sendiri membuatnya bangga.

Suga mengikuti beberapa saat kemudian. Membawa dua mug ditangannya dan sesachet hot coklat.

"Chagiaaaa." Suara dan tangannya bersamaan mengetuk pintu kamar mandi dalam kamar mu.

"Oppaaaaaa." Jawab mu.

"Jangan lama-lama, hot coklat mu akan dingin."

"Oke! Gumawo."

Suga menghidupkan tv sambil menunggu mu. Seperti gadis penurut, kau tak berapa lama keluar kamar dan duduk di samping Suga yang serius menonton tv.

Setelah menyesap hot coklat mu, kau menyandarkan kepala mu di bahunya. Menatap wajah seputih beras yang bersinar dari jarak dekat.

"Mian."

Mr. Cold : Di Pacari ArtisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang