Pesan singkat itu tak ku hiraukan. Dia hanya salah satu wanita yang iri dan belum bisa beranjak dari masa lalu. Ku pakai snaelli ku kemudian turun untuk morning breffing. Pertemuan pagi yang selalu kami lakukan dengan seluruh pejabat departemen.
Kami masih berjalan di koridor menuju lift untuk kembali ke lantai atas saat ponselku berbunyi. Tak ada nama pemanggil. Aku tau itu adalah panggilan yang sama dengan pengirim pesan singkat tadi. Kegiatan ku terlalu padat hingga tak ada waktu tersisip hanya untuk menanggapi hal tak penting lain.
"Direktur, sepertinya panggilan itu penting." Dokter Oh berkomentar setelah tiga kali dering panjang.
"Aku sering mendapat panggilan dan pesan singkat dari orang tak di kenal. Ini adalah salah satunya." Jawabanku membuat mereka mengerti.
"Apa tidak sebaiknya anda mengganti nomor ponsel direktur?" Yang lain memberikan ide.
"Mungkin selama aku menjalin hubungan dengan kekasih ku, hal seperti ini akan terus terjadi. Aku pikir percuma melakukan itu dokter Bi."
Dering ke lima ku matikan seiring tatapan mereka pada ku. Kami berpisah untuk kembali ke ruangan kami masing-masing. Seperti jadwal yang nona Oh bacakan, aku bersiap menuju ke gedung Big Hit untuk makan siang bersama direksi mereka.
"Oppa, aku on the way agensi."
Dibalas atau tidak pokoknya pemberitahuan saja.
Mobil berhenti di lobby. Kami makan siang siang di dalam agensi. Pembicaraan hanya mengenai kerja sama. Setelah makan siang, kami meninjau klinik di lantai 3. Jalan menuju ke klinik melewati studio dance.
Terdengar lagu Bangtan di putar di dalam. Beberapa gadis keluar dan masuk studio itu. Pintu studio terbuka dan terlihat Jhope dan JiMin sedang berkaca. Melihat pantulan kami di cermin, mereka melongo.
"Hai dokter Han. Bang PD." Jungkook menyapa dari arah belakang.
"Halo tuan Jeon, senang bertemu anda disini." Sapa ku.
"Ahh nde. Kalau begitu sampai nanti." Jungkook masuk ke studio.
Jadwal ku dan tim marketing lumayan padat. Setelah dari sini kami masih harus menemui beberapa klien lagi.
"Masih di agensi?"
"Nde."
"Bisa temui aku sebentar?"
"Jangan aneh-aneh."
"Jungkook, akan menjemput mu."
Pintu klinik di ketuk. Jungkook berdiri didepan pintu menghadap kearah kami yang menoleh.
"Maafkan aku menggangu. Dokter Han jika anda sudah selesai bisakah aku bicara tentang...." Jungkook memicingkan matanya memberi isyarat.
"Ahhh iya. Baiklah tuan Jeon. Bisakah anda menunggu?" Jungkook mengangguk.
"Aku akan di studio." Jungkook menunjuk ruangan di belakangnya. Dia membungkuk kemudian pergi.
Tak ada yang bertanya namun terlihat jelas penasaran dari tatapan mereka. Suga memang daebak. Tak akan ada yang sanggup menolak Jungkook.
"Dok, kami menunggu di lobby." Tim ku pamit lebih dulu.
"Jungkook-ie." Pemilik agensi memanggil.
Jungkook mengantarkan ku hingga lantai milik Bangtan.
"HaeNa, Hyung didalam." Jungkook meninggalkan ku didepan genius lab, begitu yang tertulis di pintu.
Pintu dibuka dari dalam, menampakkan pria putih dengan kaos putih berdiri dengan wajah datar. Tangannya menarik ku masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Cold : Di Pacari Artis
FanfictionKetidaksengajaan membuat segalanya berubah dalam hitungan hari.