Bel berbunyi. Kau yang membaringkan tubuhmu sembarangan di sofa terganggu dengan bunyinya yang berulang kali. Kau sudah tau, siapa yang datang.
"Oppa, aku tak menerima tamu." Teriak mu di mesin penjawab.
"Aku bukan tamu. Aku calon suami mu."
"Kita sudah putus seperti mau mu."
"Buka atau aku dobrak?!" Ancaman Suga membuat mu tak nyaman.
"Kau ini. Harus dengan kekerasan rupanya." Kau kembali merebahkan tubuh mu di sofa. Suga melihat mu dengan tersenyum kecil. Baginya kau menggemaskan.
"Ganti baju mu."
"Baju ku masih di rumah lama."
"Ini, pake ini!"
"Shiro!"
"Terserah." Suga melihat-lihat semua ruangan.
Tak berapa lama dia kembali ke ruang tamu. Kau masih tengkurap tak aestetik.
"Aku juga akan tidur disini." Badannya rubuh di sisi lain sofa.
"Rumah mu diatas. Pulanglah! Jangan buat aku pindahan lagi. Aku lelah." Keluh mu.
"Maka pindah lah dalam kartu keluarga ku." Matanya terpejam tangannya mendekap dada. Nada bicaranya tenang tapi mampu membuat mu terduduk.
"MIN YOONGI!" Teriak mu sangat kesal. Matanya terbuka menatap mu.
"Nde nyonya Min. Araseo, Mianeo." Setelah mengucapkannya dia memiringkan tubuhnya menghadap sandaran sofa.
"Aish, pria ini!" Kau menyambar baju yang dibawanya lalu masuk keruangan.
Kau tertegun dengan semua hal dalam apartemen ini. Lengkap dan siap di huni. Hanya perlu memindahkan baju saja, pikir mu. Tangan mu yang penasaran membuka pintu di sisi kiri mu.
"Omooooo!" Teriakan spontan mu membuat Suga bergegas menuju arah suara mu.
"Chagi, apa yang terjadi?" Wajahnya panik mendapati mu menoleh padanya dengan mulut ternganga tak percaya.
Ruangan yang kau lihat menjadi alasan utama. Kau kira itu kamar mandi, ternyata ruangan penuh pakaian dan segala hal yang biasa di pakai seorang gadis.
Suga menyenggol mu untuk masuk ke dalam ruangan itu. Di dinding tertempel sticky note kuning.
"Boram-aa, miane..Eomma akan menebus semua satu per satu mulai dari sekarang. Boram-aa hwaiting!""Daebak!" Suga menoleh. Tak ada reaksi dari mu selain meninggalkannya untuk mencari kamar mandi.
"Oppa, ini baju mu?"
"Emm. Tinggalkan disini saja. Aku akan memakainya kalau aku tidur disini."
"Enak saja. Memangnya siapa aku? Aku gadis baik-baik tau!"
"Chagi, jangan mendebat ku." Suga mendekat, kemudian melepaskan cincin yang melingkar di kelingking tangannya lalu memindahkan di jari manis mu.
"Artinya kau sudah punya hubungan spesial. Itu bersamaku. Jadi stop menambah oppa lain selain kami."
"Kau ini bossy. Apa aku setuju?"
"Kau bahkan tak menepis, membuang, menolak, marah atau sekedar berjalan mundur perlahan-lahan."
"Kau suka nonton drama ya?"
"Aku mengantuk. Ayo tidur." Suga lebih dulu berbaring di ranjang dalam kamar itu.
"Sini! Tidur disebelah ku." Kau tak bergeming. Tidur sekamar dan seranjang dengan pria?
"Tak akan semudah itu tuan Min. Walau aku sudah menerima cincin ini, bukan berarti aku mau kau buat aneh-aneh."
"Nyonya Min to be, aku hanya mengantuk. Kita hanya akan tidur. Ayolah cinta ku."
"Enak saja! Keluar dari kamar ku. Keluar dari rumah ku. Oppa, ayolah aku juga pening. Aku ingin tidur. Pulanglah." Kau menarik-narik tangannya untuk bangun lalu mendorongnya berkali-kali sekuat tenaga hingga keluar pintu.
"Kembali lagi besok, oke?" Wajahnya sangat memelas didepan pintu mu. Kau menutup pintu. Suga masih berdiri didepan pintu mu. Wajahnya tiba-tiba tersenyum sangat cerah.
Pria itu tadi diusir, tapi nampak begitu bahagia. Mau tak mau dia naik dengan lift. Dia baru sadar, bahwa dia tak memakai sepatu ataupun sandal ruangan. Lagi dan lagi dia tersenyum sangat puas.
"Min Yoongi! Semua dia tinggal disini. Termasuk cintanya." Gumam mu menatap cincin mungil dengan sebuah permata kecil, sangat tak mencolok. Seperti cincin hadiah Snack.
Tak ada yang kau ingin saat ini. Otak mu bahkan tak bisa bekerja dengan baik. Hanya luapan gembira dan berbunga-bunga yang meluber hingga wajahmu tak bisa tak tersenyum.
Ponsel mu berbunyi.
"Chagi, tidurlah.""Bagaimana aku bisa tidur jika oppa menelpon ku." Wajah mu merona merah. Ada ledakan dahsyat dalam dada mu sekarang. Hanya di telpon kau bisa sangat senang.
"Oke, aku tutup ya, Sarange."
"Nado." Ucap mu lirih dengan wajah merona merah.
"Sampai besok."
Hanya begitu saja. Tapi ombaknya bisa memecahkan karang dalam hati mu. Rasanya seperti benar-benar dilamar oleh Suga. Bukan kah begitu? Tadi dia memang melamar mu dan kau bilang tak mau.
Kau memukul kepala mu sendiri karena menyesal. Untung saja dia tak langsung menyerah. Jika dia menyerah, posisi nyonya Min akan diisi gadis lain.
"Andwe!" Teriak mu menjambak rambut sendiri dengan histeris.
Semua hal yang terjadi di luar dugaan mu. Sepertinya jalan setapak dengan hiasan bunga di tepinya sedang kau lewati. Seluruh kesakitan, terbayar satu per satu. Kebahagiaan itu sedang datang perlahan-lahan dengan sendirinya.
Inikah yang disebut pelangi setelah badai? Inikah yang disebut orang durian runtuh? Apapun itu, kau sangat bahagia. Lepas dari perkara yang sebelumnya. Kau putus atau hanya di gantung sementara oleh Suga, tapi nyatanya jodoh tak akan kemana.
"Oke, Boram. Mulai besok, hidupmu baru. Mulai besok kau bukan lagi anak kuliahan, kau sudah menjadi dokter. Juga kau kekasih Min Yoongi." Ucap mu sambil menutup mata.
Kau merasakan silau di mata mu. Cahaya matahari memancar masuk kamar mu. Kau pikir, mengapa seterang ini? Padahal.....
Mata mu terbelalak. Bagaimana bisa gorden terbuka lebar seperti ini? Kau duduk di ranjang dengan otak berpikir keras. Kau yakin bahwa semalam semua tertutup rapat. Lalu? Siapa yang....
Dari dalam kamar kau mendengar suara perbincangan di luar. Sambil berhati-hati kau membuka pintu kamar mu perlahan. Jantung mu sudah tak bisa pelan berdetak. Pikiran mu kacau. Mungkin saja ada perampok? Atau mungkin?
Kau teringat bahwa password pintu mu masih berupa kartu, seperti pintu-pintu hotel. Jadi? Rumah mu di bobol seseorang? Bagaimana jika kau keluar lalu mereka berbuat jahat pada mu? Kau tarik lagi tangan mu dari tuas pintu.
Kau berlari keranjang mu, meraih ponsel mu dari meja samping ranjang. Nomor telpon Suga yang kau cari. Suara perbincangan itu makin lama makin jelas. Tangan mu dengan cepat memencet tombol panggilan.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di lu---"
"Boram-aa." Panggilan suara yang sangat kau kenal menyeruak masuk rungu mu.
Kau dengan wajah ketakutan dan dungu menatap kearah suara itu.
"Ibu?" Ucap mu tak menyangka.
"Ayo sarapan. Makanan sudah siap." Ibu mu seperti tak terjadi apa-apa kembali menutup pintu kamar mu. Kau masih duduk lemas di ranjang mu. Memikirkan dengan gila peristiwa yang baru saja terjadi.
Apa kau terlalu over thinking hingga otak mu negatif terus? Kau meraih lagi sadar mu kemudian kau keluar kamar masih dengan piyama tidur.
"Annyeong?"
Beku! Kau berdiri tepat didepan pintu kamar mu. Melihat manusia setengah malaikat dihadapan mu sekarang. Senyumnya seperti hamparan bunga warna-warni di Padang. Indah dan segar.
Ibu mu ternyata memperhatikan raut wajah mu saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Cold : Di Pacari Artis
FanfictionKetidaksengajaan membuat segalanya berubah dalam hitungan hari.