"Akhirnya kau pulang! Butuh waktu lama ternyata untuk mu memutuskan segera pulang." Ucapannya terdengar meremehkan.
Max ternyata menunggu ku. Kakinya undur untuk memberiku ruang. Dia dibelakang ku ketika kami berjalan menuju 501.
"Dimana putri ku?"
Aku hanya menatapnya. Angan sederhana ku telah dia rusak. Bahkan keinginan segampang itu terasa sulit untuk ku lakukan. Sore ini begitu menyebalkan.
"Apa mau mu?" Tak ku hiraukan pertanyaannya tadi.
"Ayah dan ibu sudah sampai bandara sekarang. Mereka akan kembali ke Jepang."
"Lalu?"
"Kau percaya dengan berita itu?"
Matanya memicing tajam menunggu jawaban ku.
"Jika kau tak keberatan, pergilah! Aku sangat lapar dan lelah."
Mac tersenyum simpul sambil menundukkan kepalanya. Terlihat menyeramkan jika dia begitu.
"Ku temani kau makan."
Mac membukakan pintu mobil yang dikendarai Ichiro setelah sampai di sebuah restoran. Restoran makanan China yang dia pilih.
Mac berjalan dibelakang ku. Jas panjang hitam yang dia kenakan menjadi pusat perhatian karena berbanding terbalik dengan ku. Aku masih memakai pakaian yang sama seperti tadi pagi. Artinya aku begitu kusut dibandingkan dia.
Seperti lelaki sopan pada umumnya, Mac menyeret kursi untuk ku duduki. Makanan telah tersaji diatas meja yang sanggup di habiskan selusin manusia.
"Makanlah, habiskan."
Ku tatap tajam Mac yang geli, seperti meledekku. Tapi, Oke! Aku begitu lapar sekarang.
Ku buka jas ku, ku sing-singkan lengan kemeja lalu makan. Lagi-lagi Mac tersenyum melihat kelakuan ku. Agaknya dia sangat menikmati keadaan ku sekarang.
"Dimana Megumi?" Pertanyaan ku mengusiknya, terlihat jelas dari wajahnya yang berubah mengeras.
"Kau belum menemukannya?" Tebakan ku.
"Dari mana kau tau?"
"Jadi Megumi meninggalkan mu?"
Max menyandarkan punggungnya. Kesan lelah dan banyak pikiran terlihat jelas.
"Jangan jadi seperti ku Boram. Kita tak sedarah, tapi kisah kita mungkin bisa berujung sama."
"Maksudnya?"
"Megumi bukan berasal dari kasta yang sama seperti ku. Kami adalah teman masa kecil. Ayahnya adalah supir pribadi ayah, sedangkan ibunya adalah pembantu di rumah. Kami besar bersama."
"Itu sebabnya tetua melarang mu?"
"Aku berhutang banyak pada Megumi." Air mukanya berubah sendu. Kumpulan air di kelopak mata bawahnya terlihat jelas.
"Ayah membunuh ayah dan ibu Megumi untuk mencegah kami berdua. Tapi Sora saat itu telah ada. Megumi hamil. Ku pikir cara kami akan bisa meluluhkan ayah. Tapi sebuah nyawa ditukar dengan dua nyawa."
Perutku tiba-tiba mual. Rasanya seperti diaduk-aduk. Mulutku menjadi terasa penuh. Aku berlari mencari toilet. Mac yang tadinya tegang menjadi terhenyak mengejar ku.
"Boram-aa, kau tak apa?" Suara Mac mengetuk pintu toilet dengan begitu khawatir.
"Nyonya?" Suara Ichiro dari balik pintu.
Tubuh ku menjadi lemas. Mac memapah ku kembali ke ruangan makan. Ichiro ternyata menunggu di balik pintu.
"Maaf jika ceritaku membuat mual." Mac setengah berlutut disamping ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Cold : Di Pacari Artis
FanfictionKetidaksengajaan membuat segalanya berubah dalam hitungan hari.