Hari demi hari berlalu. Tak terasa sudah satu minggu Kejora menjadi murid SMA Pitaloka. Tepat pada hari ini pelajaran seni budaya berlangsung dengan dua kelas yang sudah menyatu disebuah ruang musik yang cukup besar.
Didepan terdapat panggug mini dengan berbagai alat musik mulai dari drum, piano, gitar dan lain-lain.
Siswi kelas XII IPA 2 banyak yang melirik ke kelas XII IPS 3 karena wajah mereka yang rata-rata tampan dan ada juga yang menatap mereka sinis. Ah! lebih tepatnya kepada Kejora.
"Gua tau gua ganteng. Tapi ngeliatnya gak usah sampai kayak gini juga kali" ucap tak nyaman Sofian. Masih ingat Sofian? ia baru saja kembali dari Paris setelah menemui neneknya.
Lalu tak sengaja tatapannya bertabrakkan dengan perempuan yang memakai behel dengan bibir merah menyala dan perempuan itu mengedipkan matanya. Sofian langsung bergidik ngeri.
"Resiko jadi orang ganteng ini mah" Saif menyugarkan rambutnya.
Yang lain memutarkan matanya malas mendengar perkataan Saif.
"Selamat Pagi anak-anak" Bu Santi berdiri diatas panggung mini dengan mic.
"PAGI PAGI—"
"PAGI PAGI LUAR BIASA TETAP SEMANGAT ALLAHU AKBAR!!"
Sudah dipastikan jika yang paling heboh merupakan kelas XII IPS 3.
"Bagus! Ibu suka semangat kalian!. Saya harap kalian sudah mempersiapkan lagu dan alat musik yang kalian mainkan dan tampilkan yang terbaik. Kalau gitu ibu akan mulai dari XII IPA 2"
Kemudian murid XII IPA 2 maju satu per satu. Sampai dimana giliran Sadewa, ia sekelompok dengan Jaka dan Erik.
Sadewa sebagai vokalis, Erik sebagai gitaris, dan Jaka sebagai drummer. (maaf kalau salah tulisannya).
Mereka membawakan lagu The Overtunes - Sayap pelindung dan pandangan Sadewa tidak pernah lepas dari Kejora. Membuat Anta mengepalkan tangannya.
"Baik selanjutnya dari kelas XII IPS 3"
Setelah yang lain selesai tampil, kini tiba giliran Anta, Langit, Rian, Leon, Saif dan Sofian. Suara merdu mereka menyanyikan lagu One Direction - Night Changes membuat para siswi XII IPA 2 menggigit jari mereka baper.
"Baik sekarang untuk penampilan yang terakhir. Kejora Safira Murthy" Dengan jantung yang berdetak kencang Kejora maju dan menaiki panggung mini. Dihadapannya sudah ada sebuah piano.
Jari-jari lentik Kejora dengan lihai memainkan tuts piano.
Suara lembut nan merdu milik Kejora menghipnotis semua orang yang berada disana. Bahkan Anta dan Sadewa tidak bisa mengalihkan padangannya kepada Kejora.
Langit memandang Kejora sendu, tentu ia tau maskud Kejora menyanyikan lagu itu. Sedangkan Kejora sendiri sudah menahan air mata yang siap jatuh kapan saja.
Kuhampiri jalan yang kita lewati
Setiap hari kita di sini
Ku menanti hadirmu 'tuk kembali
Hanya kenangan yang tersisa di sini
Namun sekarang kau t'lah pergi
Dan kuyakini kau takkan kembaliMungkin hari ini hari esok atau nanti
Berjuta memori yang terpatri dalam hati iniMungkin hari ini hari esok atau nanti
Tak lagi saling menyapa
Meski ku masih harapkanmuKu menanti hadirmu 'tuk kembali
Hanya kenangan yang tersisa di sini (namun sekarang)
Namun sekarang kau t'lah pergi (pergi)
Dan kuyakini kau takkan kembali
KAMU SEDANG MEMBACA
My Indigo Girl [Sudah Terbit]
Teen FictionAntariksa Briwijaya sosok laki-laki yang memiliki tatapan tajam bak elang. Kejora Safira Murthy gadis mungil yang memiliki keistimewaan yang menarik perhatian Antariksa. Dan bukan hanya Antariksa yang tertarik kepada Kejora. Penasaran? "Lo dapat sal...