Gadis bernama Shiera Platania menyusuri jalanan, pikirannya kacau, ia lelah namun tidak ingin mati. Ia sering sekali berharap hidup seperti lampu, bisa dinyala dan matikan sesuka hatinya-namun itu tidak akan mungkin. "Coffee Latte satu, Kan." Barista itu bernama Arkan, dia teman Shiera.
"Gue bikinin yang lain aja ya?"
Shiera menggeleng, "Coffee latte," tekan Shiera.
"Nanti gue yang diocehin kalo maag lo kambuh, Shi."
"Kan, please."
"Tapi ini kemauan lo ya?" Dan Shiera mengangguk, ia duduk didekat kaca jendela berpikir mengapa ia dilahirkan ke dunia.
Arkan membawa secangkir Coffee Latte pesanan Shiera, "Ini kemauan lo ya, gue udah ngingetin lo."
"Iya." Shiera meneguk coffee itu, perutnya belum ia isi makanan sejak pagi. Shiera mungkin akan panas dingin dan tremor setelah ini—ya walaupun tidak selalu begitu.
"Siapa yang nyuruh lo minum kopi?!" pekik seseorang, Gemma Martin Rodguez, teman karib Shiera sejak dia duduk di bangku SMP—dan dia juga pujaan hati Shiera sudah lama Shiera menyukai Gemma namun Gemma tidak pernah mengetahui hal tersebut.
Shiera diam saja tak menggubris perkataan Gemma. "What's wrong?" tanya Gemma duduk dihadapan Shiera.
"Nothing."
Gemma menghembuskan nafas lalu berkata, "Muka lo kusut banget, rambut lo potong ga rata," kata Gemma lalu ia menarik tangan Shiera, "dan tangan lo luka baik-baik saja hal dusta untuk saat ini."
Shiera baru tersadar rambutnya tak terpotong rata, hanya Gemma yang tahu kalau Shiera sering memotong rambutnya ketika ia sedang stress menghadapi masalah. Entah mengapa Shiera melakukan hal itu. "Ya gitu deh," balas Shiera malas menjelaskan.
"Papa?" Dan Shiera mengangguk.
"Why? Kan nilai lo gak turun."
"Lupain Ge," kata Shiera, "please gue gamau bahas hal ini."
Gemma mengangguk lalu menarik cangkir coffee yang Shiera pegang dan meneguk habis. "Kalo lo tetep keukeh minum ini, lambung lo pasti benci banget sama lo dia bakal bilang 'Ini orang gatau diri banget sih!' mau lo dikutuk organ tubuh?"
Shiera tertawa. "Kebiasaan lo."
"Ge,sebenernya—"
"Kenapa?" Lalu Shiera melihat mata Gemma teralihkan oleh seorang wanita, yang sangat cantik, Shiera mengakui itu.
"Ge?"
"Ya," balas Gemma namun pandangannya tetap teralihkan, Shiera tahu apa yang harus ia lakukan—mengalah—lagi.
Shiera mengangguk, "Gaterlalu penting sih, gue beli kanvas dulu deh." Shiera mengemas barang-barangnya, "gue belum bayar kopinya ntar lo bayarin dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SHIERA & GEMMA | END
Teen FictionShiera dan Gemma, dua orang yang terjebak di zona teman. Salah seorang dari mereka memiliki perasaan lebih menjadi seorang teman, hingga akhirnya salah satu dari mereka harus meninggalkan yang lain-jarak memisahkan hubungan pertemanan itu. Dan sala...