30. Perubahan

37 6 0
                                    

Shiera berada di taman hingga akhirnya Louis datang kearahnya, entah bagaimana ceritanya pria ini bisa menemukan Shiera. "Shi," gumam Louis seperti seseorang yang memohon.

"Gue harus apa, Lou?"

"Ayo pulang Papa kamu khawatir."

Shiera menyinggungkan senyum rasanya mendengar Papa nya khawatir adalah sebuah kebohongan, "Lou gue gak pernah minta apapun ke Papa tapi dia selalu nuntut gue jadi seperti yang dia mau padahal gue bukan lego yang bisa dibentuk apa aja."

Louis berjongkok di hadapan Shiera, "Saya emang bukan orang yang bisa ngertiin kamu seperti Gemma, tapi saya bisa menjaga kamu pakai cara saya, Shi."

"Gue juga bisa menjaga diri gue pakai cara gue, Lou."

"Pulang dulu, yuk?"

Shiera menghela nafas lalu mengangguk ia sebenarnya sudah bosan sekali berdiam lama disini hanya memandang orang-orang sekitar berlalu lalang dengan berbagai perasaan. "Gimana lo bisa nemuin gue?" tanya Shiera ketika mereka sudah ada didalam mobil.

"Karena kamu emang gak pernah bener-bener pergi."

"Lo apaan sih!" ketus Shiera yang lebih memilih untuk tertidur, entahlah balik ke rumah pilihan yang tepat atau bukan.

Tak lama kemudian mereka sampai, "Shi bangun." Louis membangunkan Shiera ketika gadis itu bangun ia melihat kalau sekarang bukan di tempat tinggalnya namun di depan sebuah apartemen.

"Ngapain kesini?"

"Papa kamu—"

"Lou, ngapain kesini sih?!"

Louis menenangkan Shiera dia mengusap bahu Shiera agar tenang setelah gadis dihadapannya tenang dia mulai bicara dengan nada lembut, "Percaya ya sama saya semuanya bakal baik-baik saja kalo emang ada yang gak beres nanti saya yang nanganin, okay?"

Tatapan Louis seperti hipnotis entah mengapa Shiera mengangguk dan langsung mengikuti Louis walaupun hatinya sedikit tidak tenang, "Lou takut." Dirinya memeluk lengan Louis dengan erat.

"Ada saya, tenang aja."

Lalu mereka masuk ke dalam sebuah kamar apartemen disana ada seorang pria paruh baya yang sedang membaca buku dengan tenang, ketika melihat Shiera dan Louis masuk dia menyuruh mereka duduk. "Maafin Papa," lirih pria paruh baya itu yang enggan memandang Shiera.

"Papa baru sadar selama ini selalu nuntut kamu jadi seperti apa yang Papa inginkan, tapi Shiera kamu harus tahu kalau yang Papa lakuin ini demi kamu."

Shiera diam ditempatnya dengan tangan yang masih memeluk lengan Louis ia pun menunduk tidak memandang Grannt. "Orang tua Papa dulu kerja banting tulang cuma buat bayar sekolah bahkan dulu Papa beli makan sebungkus untuk berempat."

Shiera menangis ia pedih mendengar perkataan yang didengarnya tulus itu, "Sejak saat itu Papa ngerti kalau hidup itu keras jadi Papa belajar mati-matian sampe akhirnya bisa dapet beasiswa dan semenjak itu Papa punya pendirian kalau Papa punya anak Papa gamau bikin anak itu kekurangan."

"Tapi ternyata Papa salah, kamu emang gak kekurangan materi tapi kamu kekurangan kasih sayang Papa."

Shiera menangis sejadi-jadinya Louis yang tahu langsung mengusap bahu Shiera mencoba menenangkan gadis yang masih memeluknya erat ini, "Papa gamau menyia-nyiakan uang Papa jadi Papa menyekolahkan kamu sampai ke Jerman, untuk kamu jadi orang hebat."

"Papa gatau kalo selama ini kamu lebih menyukai Jakarta dibanding Hamburg, Papa gatau, Shiera maafin Papa."

Setelah itu Shiera melepas lengan Louis dan beranjak memeluk Papanya mungkin benar apa yang dibilang Louis Papanya egois namun dia tetaplah Papa Shiera dan dilubuk hati yang paling dalam Shiera menyayanginya. "Dan soal Gemma, itu emang Papa yang nyuruh dia gak deketin kamu lagi karena dia udah punya pacar."

SHIERA & GEMMA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang