26. Penculikan

24 6 0
                                    

Akhir-akhir ini Shiera mendapat berbagai teror entah dari siapa, awalnya Shiera mendapat sebuah lukisan yang entah siapa pengirimnya awalnya pula Shiera berpikir lukisan itu hanya untuknya karena Shiera menyukai hal-hal berbau seni namun sepertinya lukisan itu dikirim untuknya untuk memperingati sesuatu.

Didalam lukisan itu ada gambar seseorang yang marah karena diagram batang yang meningkat, Shiera mengartikan lukisan itu sebagai bentuk 'Kesabaran seseorang ada batasnya' begitulah awalnya hingga lama kelamaan banyak sekali lukisan yang tidak jelas bahkan menakutkan yang dikirim untuk Shiera entah dari siapa, "Lo gamau nyari tahu siapa yang ngirim?" tanya Etlana.

"Gak usah lah lagian cuma lukisan doang."

"Tapi Shi lukisannya gak banget."

"Udahlah, Lan mungkin yang ngirim punya seleranya sendiri."

"Lo tuh—"

Shiera bergegas membereskan barang-barangnya agar bisa terlepas dari ocehan Etlana, "Bye! Gue ada kelas." Lalu Shiera bergegas pergi walaupun sebenarnya ia tidak ada kelas—ada sih tapi nanti.

Lalu Shiera melangkahkan kakinya menuju toko penjual roti karena masih pagi ia belum sempat sarapan dirumah namun tiba-tiba kepalanya pening karena sesuatu yang menyengat di hidungnya. Entahlah ketika bangun tiba-tiba Shiera mendapati dirinya di sebuah gudang belakang kampus yang sudah tidak terpakai, kaki dan tangannya diikat dan matanya ditutup mulutnya pun disumpal.

Dalam hati Shiera menjerit, apa salah Shiera, Tuhan?

Shiera mulai menggerak-gerakkan tubuhnya namun ia merasa dibagian lehernya terasa perih—seperti ada luka goresan. "Eeeemmmmhh!!" gertak Shiera namun lemas karena mulutnya disumpal dan lehernya yang perih.

Tiba-tiba ada suara seperti seorang perempuan Berbahasa Jerman yang kira-kira berbicara, "Sudah kubilang jauhi pria itu."

"Dasar wanita bodoh!" serunya pada Shiera.

Dengan sekuat tenaga akhirnya Shiera berhasil mengeluarkan sumpalan didalam mulutnya lalu berkata dalam Bahasa Jerman juga yang sekiranya berarti, "Kau siapa?!"

"Orang yang akan melenyapkan mu," balasnya, sial siapa gerangan sebenarnya wanita gila ini.

"Lepaskan aku!" gertak Shiera tiba-tiba merasa pipinya panas, seputung rokok yang masih menyala menempel di pipinya—sialan—wanita sialan, batin Shiera.

Shiera hanya menahan rasa sakit wanita itu tak membuka tutup mata Shiera, "Kau pengecut karena takut aku tahu siapa kau!" seru Shiera dengan logat Jerman yang ia punya.

"Berani sekali kau bilang aku pengecut?!"

"Kalau kau memang pemberani kau seharusnya tidak memakai cara ini, cara yang sangat murahan!"

"Diam sialan!" Sepertinya wanita itu tidak terima di hujat oleh Shiera lalu ia menempelkan rokoknya yang menyala itu lagi pada bibir Shiera membuat Shiera meringis kesakitan.

Sepertinya wajah Shiera akan menjadi sangat buruk, dalam hati Shiera hanya bisa berdoa pada Yang Maha Kuasa untuk menolongnya dalam hati ia menyebut nama Gemma, Gemma dan Gemma lalu menyebut nama Louis. "Kau mau apa?!" bentak Shiera.

"Ingin pacarmu."

"Aku tidak punya pacar, bodoh!"

"Kasihan sekali Louis tidak dianggap oleh wanita jalang sepertimu."

Astaga, wanita ini meneror Shiera dan menyakiti Shiera hanya karena dia ingin Louis? Sungguh sangat kasihan, sudah bodoh tidak mencari tahu kebenarannya dulu pula—kalau dia memang menginginkan Louis ambil saja dengan senang hati Shiera akan memberinya. "Kau ingin Louis? Ambil saja kuberi bonus sepuluh euro."

"Apa kau sungguh wanita murahan?" tanyanya.

"Apa kau berbicara dengan dirimu?"

Dia menendang bangku yang Shiera duduki membuat Shiera sedikit terhuyung kebelakang untunglah tidak sampai jatuh. "Nyawa kau ada di tanganku, gadis bodoh jadi semuanya tergantung pada dirimu." Lalu wanita itu menekan sikunya pada paha Shiera.

Wanita sialan ini sungguh membuat Shiera geram dan mengapa tidak ada satu orangpun yang menolong Shiera? Memang seharusnya Shiera di Indonesia saja karena jika ia di Indonesia mungkin hal seperti ini jika terjadi akan langsung terhalangi karena ada Gemma—Tuhan tolong beritahu Gemma kalau Shiera sedang sangat tidak baik-baik saja. "Sungguh, kalau kau ingin Louis ambil saja."

"Kau memberi Louis seperti memberi sampah padaku." Memang beginilah jika berbicara dengan orang yang tidak punya otak, katanya ingin diberi ketika sudah diberi ia malah seperti itu, sudah tidak punya otak banyak mau pula.

"Lalu harus seperti apa?"

"Buat Louis agar mencintaiku."

"Kau pikir aku apa?"

"Kau jalang."

Shiera menghela nafas, lama sekali bukan untuk mencari jawaban yang cocok namun ia sedang menyiapkan strategi yang bagus untuk bisa melepaskan diri dari wanita sialan ini. "Kau wanita tolol," balas Shiera yang mendorong dirinya ke depan dan memegang tangan si wanita lalu menjatuhkan dirinya bersamaan dengan wanita itu membuat Shiera menindih wanita itu dengan bangkunya.

Lalu dengan tenaga yang masih tersisa Shiera membuka tutup matanya melihat seorang gadis bule Jerman di hadapannya, "Dasar wanita sialan!" umpat Shiera dalam Bahasa Jerman lalu ia meludahi mata gadis tersebut membuat sang empu mengaduh keperihan.

Bangkunya masih setia menekan tubuh si gadis dan Shiera menggunakan kesempatan itu untuk membuka tali di kaki dan tangannya, "Bahkan kau mengikat tali ini tidak kencang, sepertinya kau orang baik namun otakmu tidak terlalu bagus untuk merencanakan hal jahat."

Setelah semua terlepas Shiera mengikat tangan dan kaki gadis itu agar tidak bisa mengejar Shiera, "Kau disini saja aku harus masuk ke kelas agar bisa lulus dengan cepat."

"Sialan! Lepaskan aku!"

"Lain kali kalau ingin menculik orang kau harus mengajak oranglain agar tidak menghandle sendirian, kau tidak punya uang untuk membayar orang seperti itu,  ya?"

Karena sudah puas Shiera mengambil tasnya yang terjatuh lalu berjalan perlahan menuju keluar, ia menangis karena tenaganya yang sudah hampir habis bahkan tadi ketika berbicara ia harus menahan rasa perih yang amat sangat menyiksa. "Gemma," lirih Shiera ketika ia sudah jauh dari gudang kampus.

Ia di jalan sepi sembari memegangi pipinya yang terasa sakit tak lupa bibir dan menyentuh lehernya yang ada bekas darah, sepertinya wanita itu ingin menggorok leher Shiera namun terlalu takut jadi ia hanya menggores sedikit saja. "Mama, tolong Shiera."

Shiera menangis, tenaganya habis ia menjatuhkan dirinya dan terus menangis memang seharusnya Shiera di Indonesia saja di Jerman ia tidak punya orang seperti Gemma yang selalu ada di saat Shiera membutuhkan pertolongan. "Siapapun, tolong."

"Siapapun, tolong." Shiera sudah lemas lalu tiba-tiba ia pingsan.

Gadis bernama Shiera itu pingsan dengan bekas goresan di lehernya, pipi dan bibirnya membengkak karena disudut oleh rokok, rambutnya acak-acakan, pakaian yang dipakainya pun begitu.

Shiera memang gadis yang kuat dan tentu saja pintar namun tetap saja pingsan bukan sesuatu hal yang tabu untuk Shiera saat ini karena dirinya sudah sangat tersakiti dan tenaganya pun sudah habis—ditambah ia belum makan.

Sepertinya gadis ini, mati.

-

Terimakasih sudah membaca. 🌻


SHIERA & GEMMA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang