08. Menuju Berlin

47 14 4
                                    

Seperti kata Louis, Shiera sudah bisa pindah hari ini dan ia sekarang sedang mengemaskan barangnya untuk pergi ke tempat Etlana-dia adalah teman sekamar yang Louis beritahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti kata Louis, Shiera sudah bisa pindah hari ini dan ia sekarang sedang mengemaskan barangnya untuk pergi ke tempat Etlana-dia adalah teman sekamar yang Louis beritahu. "Nanti kalo kamu butuh bantuan kesini aja atau telpon saya soalnya saya kan jarang ada di apartemen," ujar Louis sedari tadi mengoceh.

"Iya Louis bawel banget sih!" sebal Shiera.

Louis langsung mengangguk dan diam, setelah semua barang Shiera selesai mereka turun dan ternyata Louis sudah memesankan Shiera taxi online. "Saya gabisa antar kamu," ucap Louis, "supirnya akan antar kamu, gak jauh kok dari sini." Dia memasukkan barang-barang Shiera ke bagasi dibantu sang supir.

"Makasih ya Lou," ucap Shiera dia memeluk Louis.

Shiera masuk ke dalam taxi tersebut, barang-barang Shiera hanya berisi baju Shiera yang dikemas oleh Bibinya (yang sudah balik dari kampung), karena ia tak sempat mengemasnya sendiri al hasil banyak baju yang Shiera tak gunakan. Taxi itu melaju dengan kecepatan normal tak lama mereka sampai-memang perjalanan mereka tak jauh. "Vielen Dank," ucap Shiera yang mengetahui beberapa kata dalam Bahasa Jerman.

Supir itu mengangguk, Shiera turun dan supir itu membantu Shiera mengeluarkan barang-barangnya dari bagasi.

"Lo pasti Shiera," kata seorang wanita dibelakang Shiera.

"Kak Et-"

"Etlana aja," katanya tersenyum manis menampilkan lesung pipinya. Etlana berkulit sawo matang dengan lesung pipi yang menghiasi wajah manisnya.

Etlana menyuruh Shiera masuk ke dalam, bukan sebuah apartemen melainkan sebuah rumah sederhana yang sangat nyaman. "Ini kamar lo dan ini kamar gue, udah gue rapihin kok tadinya ini kamar gue pake buat barang-barang gajelas cuma sekarang udah gue rapihin jadi lo bisa pake dengan nyaman."

"Mungkin Louis udah cerita tentang gue yang kekurangan uang disini, jadi lo gunain uang lo dengan baik ya."

Shiera mengangguk, "Kayaknya didepan ada tamu deh," ucap Shiera mendengar suara ketukan pintu, "aku bukain dulu ya," lanjut Shiera.

"Pake lo-gue aja," komentar Etlana dan Shiera mengangguk sembari tersenyum.

Ketika membuka pintu disana ada Gemma yang berdiri tegak, ia tersenyum kepada Shiera. "Guten Morgen."

"Udah siang dodol!" balas Shiera memukul lengan Gemma, "kok lo tau gue disini?"

"Guru menggambar lo yang ngasih tau gue."

"Namanya Louis, Ge."

"Iya, guru menggambar lo kan?"

Shiera membuang mukanya lalu Gemma mengeluarkan secarik kertas dihadapan muka Shiera. Itu adalah tiket kereta menuju Berlin. "Wah orang gila lo!"

Gemma terkekeh, "Yok?"

Shiera mengangguk senang, "Pantes lo rapih banget marfuah."

"Anjir marfuah mirip Leonardo Dicaprio gini lo bilang marfuah."

"Emang marfuah siapa sih?" tanya Shiera.

"Tukang cendol yang kadang lewat depan rumah gue!"

Shiera tertawa dia menyuruh Gemma masuk sementara dia ganti baju, "Etlana ini Gemma, Ge ini Etlana."

Setelah itu Shiera masuk ke dalam kamarnya mengambil baju dari dalam kopernya, memoleskan make up tipis pada wajahnya dan setelah itu keluar menemui Gemma. "Ayo," ucap Shiera dia sudah bersiap untuk pergi ke Berlin.

"Kalian mau kemana?" tanya Etlana.

"Ke Berlin."

"Nginep disana?"

"Enggak kok." Setelah berpamitan dengan Etlana, Shiera dan Gemma pergi ke stasiun.

Hari saat itu cerah dan sedang musim panas di Jerman. Mereka naik taxi untuk menuju stasiun, setelah sampai mereka langsung bergegas naik ke dalam kereta. "Mendadak banget sih, Ge," ucap Shiera ketika mereka sudah duduk didalam bangku kereta.

Gemma diam dia malah asik memainkan ponselnya, "Iya gatau gue pingin ke Berlin aja."

"Ngapain sih lo?!" pekik Shiera karena Gemma tak memperhatikannya dia malah fokus memainkan ponselnya.

Gemma melirik ke arah Shiera dan menggeleng, "Ya lo kira gue ke sini untuk apa kalo bukan untuk liburan?" Gemma bertanya kepada Shiera-memangnya pria itu kemari untuk apa? Bukannya ia kemari untuk menemui Shiera?

"Lo kesini buat-buat nemuin gue kan?"

Gemma mengangguk, "Iya tapi itu alasan kedua gue, kita kan abis ujian ya harus ada refreshing dong nah tadinya gue mau ke Amsterdam atau Tokyo tapi setelah gue pikir-pikir lagi mending ke Jerman dan liburan bareng sama lo," jelas Gemma.

Jadi, tujuan utama Gemma ke Jerman bukan untuk menemui Shiera, ternyata ada atau tidaknya Shiera memang tidak berpengaruh dalam hidup Gemma, mungkin pria itu sedih karena ditinggal Shiera yang notebane nya sahabat Gemma-tapi kan teman Gemma banyak-mati satu tumbuh seribu. "Oh," balas Shiera menganggukkan kepalanya saja.

Ternyata Bunga Mawar Kuning yang Gemma berikan kemarin memang bentuk pernyataan kalau mereka memang hanya dua insan yang hanya akan bersahabat, selamanya. "Kita bakal kemana?" tanya Shiera.

"Mauerpark Berlin."

"Tempat apa?"

"Kita bakal tahu apaan kalo udah sampe sana." Shiera mengangguk saja entahlah mood nya menjadi tidak baik karena tahu tujuan sebenarnya Gemma ke Jerman, Shiera tidak berhak marah dan mengomentari Gemma ini-itu jadi sepanjang perjalanan Shiera hanya mendengarkan musik.

Imagination karya Shawn Mendes bergeming ditelinga Shiera, dia memejamkan matanya saja, muak dengan segala realita yang harus menimpanya. Sesekali Shiera melirik Gemma yang senyum-senyum sendiri dengan ponselnya, senyuman pria itu benar-benar indah walau tidak untuk Shiera.

"Shi."

"Shiera." Karena Shiera tidak bangun-bangun juga Gemma meniup kedua kelopak mata Shiera membuat gadis itu terusik dari tidurnya dan bangun.

"Udah sampe," ucap Gemma.

Mereka sudah sampai di Berlin dan Shiera hanya mengikuti langkah Gemma untuk menuju tempat yang Gemma bilang tadi, "Lo kenapa jadi gak bergairah banget sih, Shi?" tanya Gemma.

Shiera menatap Gemma dan menggeleng singkat. "Nyawa gue belom kumpul tadi kan baru bangun tidur," elak Shiera sembari membenahi rambutnya.

"Rambut lo bagus, jangan digunting ya kalo lo ada masalah." Gemma memegang rambut Shiera singkat membuat tubuh gadis itu mematung, "gak baik, Shi."

Shiera mengangguk, "Iya Ge."

"Dan jangan nonjok benda apapun yang bikin tangan lo terluka lagi, jangan self-harm, Shi."

"Iya Gemma lo jadi kayak Bunda!" balas Shiera.

Shiera terus mengikuti langkah Gemma yang membawanya menuju Mauerpark Berlin, tak sadar ternyata mereka sudah sampai, disana indah sekali ada banyak turis dan warga lokal lainnya yang berlalu lalang, mereka tampak bahagia sekali sehingga Shiera berpikir; apa masalah orang-orang itu terlalu mudah untuk dilewati jadi mereka bisa bahagia dengan mudah.

Lalu Shiera berpikir lagi; Tidak, bukan masalah orang-orang yang bahagia itu yang mudah namun mereka yang bahagia adalah yang mensyukuri dan terus menjalani hidup mereka dengan apa adanya dan menerima semuanya-berbeda dengan yang putus asa-hidupnya akan suram dan tidak ada letak kebahagiaan-karena orang putus asa tidak mencari kebahagiaan dia hanya menelan realita terlalu dalam.

"Mereka bahagia-bahagia banget ya."

"Shi, gue bikin peraturan untuk lo."

"Apa?"

"Dilarang sedih kalo lagi sama gue."

-

Terimakasih telah membaca. 🌻

SHIERA & GEMMA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang