25. Bandara

34 8 2
                                    

Entah mengapa cerpen yang dibuat Shiera makin banyak penggemarnya membuat Shiera sangat gembira sekaligus masih tidak menyangka karyanya akan di kenal oleh banyak orang.

Shiera sudah membaca ulasan para pembaca sekarang ia di bandara untuk mengantar Gemma-karena hari ini pria itu kembali ke Indonesia. "Ge, kalo nanti lo denger apa-apa tentang gue atau gue punya masalah lo gausah capek-capek nyamperin gue kesini."

"Tapi lo harus cerita ke gue."

"Iya, Gemma."

Masih ada beberapa menit sebelum pesawat Gemma landing jadi mereka memutuskan untuk makan di restoran bandara saja sembari mengobrol santai. "Lo mau denger sesuatu?" tanya Gemma.

"Apa?"

"Bunda minta gue buat ambil keputusan."

"Keputusan?"

"Gue boleh pindah kuliah ke Jerman atau di Indonesia dan nerusin perusahaan penerbit milik Papa."

Ya, keluarga Gemma memang memiliki sebuah perusahaan penerbitan. "Terus pilihan lo apa?"

"Menurut lo, gue harus pilih apa?"

"Lo lebih suka Jakarta atau Hamburg?" tanya Shiera.

"Jakarta."

"Kalo gitu lebih baik di Indonesia."

Gemma menghela nafas entah alasan apa yang membuat Anaya menyuruh Gemma memutuskan pilihan, "Lo tau sendiri Ge, kalo bukan lo siapa lagi yang nerusin perusahaan Papa udah bukan waktunya Bunda lo untuk kerja, Ge."

"Tapi, gue mau jadi menteri."

Shiera mengangguk, "Sembari kejar mimpi lo terusin perusahaan kalo nanti lo kewalahan lo bisa suruh sepupu lo untuk handle tapi yang paling penting lo sebagai anaknya harus bertanggung jawab dulu."

"Tapi gue mau disini."

"Kenapa?"

"Karena mau sama lo."

"Kalo gitu lo ke Jerman bukan karena ngejar pendidikan, Ge please ambil pilihan yang jelas. Jerman masih abu-abu untuk lo jadi mending jangan."

Gemma diam dari matanya seperti ada sesuatu yang mengganjal didalam dirinya. "Tell me, Ge lo kenapa?"

"Gatau tapi gaada lo kayak ada yang kurang, Shi."

"Kan ada Ranin," kata Shiera yang padahal ia pun merasakan hal yang sama seperti yang Gemma rasakan namun mau bagaimanapun Shiera dan Gemma harus tetap melanjutkan hidupnya ada atau tidak satu sama lain.

Sedangkan Gemma hanya menatap Shiera dengan tatapan nanar, "Gaada hal yang mau lo sampein ke gue?" tanya Gemma.

Shiera berpikir sejenak lalu berkata, "Lo di Jakarta baik-baik jangan mikirin hal yang gak seharusnya dipikirin dan kalo ada hal yang salah lo harus nyeritain semuanya ke gue, kita ini sahabat Ge."

"Lo, mau jadi lebih dari sahabat?"

Perkataan itu membuat Shiera terdiam lalu terkekeh, "Lo ngomong apasih, mau jadi musuh, gitu?"

"I know you understand, Shiera."

"Ge, jangan bercanda."

"Be mine, Shi."

Mendengar itu pikiran Shiera seketika berhenti, tidak tahu harus membalas apa namun Shiera langsung tersadar dan berusaha bersikap biasa saja. Jadi, apakah saat ini Gemma sedang menembaknya? Sepertinya iya dan Shiera tidak tahu harus menerimanya atau tidak.

"Shi?"

Setelah Shiera pikir-pikir ia tidak bisa menerima Gemma karena akan menjadi sulit karena jarak dan zona waktu, seperti yang Shiera baca-baca di buku dan internet, pasangan berjarak jarang ada yang berhasil mungkin ada namun satu dibanding semiliyar. "Gabisa, Ge."

SHIERA & GEMMA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang