Epilog

57 7 0
                                    

Beberapa minggu yang lalu adalah hari kelulusan Shiera, gadis itu ternyata sudah sangat menyukai Jerman tentunya untuk sampai tahap ini ia harus melewati berbagai pijakan beberapa perubahan juga mulai terlihat di dirinya.

Sekarang ia berdiri di bandara untuk menjemput sang kekasih yang akan kembali karena baru saja menyelesaikan tugasnya, dia tour world dengan member anggota bandnya. "Hai dude, howdy?" Shiera langsung berseru gembira ketika pria itu tiba.

"I was tired but after seeing you, the feeling disappeared."

"Dasar, gombal!"

Lalu setelah itu mereka berdua siap-siap untuk terbang ke Indonesia. "Are you okay?"

"Kenapa nanya gitu?"

"Kan mau ketemu mantan gebetan."

Shiera terkekeh sebenarnya Shiera kasihan sekali dengan kekasihnya ini karena dia baru saja kembali dan harus mengantar Shiera, sebenarnya Shiera sudah mengatakan untuk besok saja terbang ke Indonesia-nya namun dia menolak dan terus mengatakan dia baik-baik saja.

Setelah mengurus pesawat akhirnya mereka duduk di kursi pesawat, "Boleh bikin tatto satu lagi?"

"Boleh tapi lo gue jorokin dulu ke bawah sana, mau?!"

Dia malah terkekeh, "Kok sama tuan pacar begitu sih ngomongnya?"

Shiera membuang wajahnya—ia malu kalau di bilang seperti itu. "Seharusnya kamu istirahat aja hari ini dan berangkatnya besok."

"Nanti gak on time dong."

"Daripada kamu kecapekan," kata Shiera.

"Emang saya pernah capek?"

Shiera berdecak sebal pria ini sudah sangat bisa membalas perkataan Shiera padahal dulu ia yang selalu menang kalau berdebat dengannya—mungkin Shiera sebenarnya kalah namun pria ini saja yang selalu mengalah untuknya.

Lalu mereka berdua sepanjang perjalanan hanya tidur karena sama-sama kelelahan.

-

Keesokan harinya Shiera sudah siap dengan gaun putih cantik dengan polesan natural di wajahnya membuat dirinya merasa sangat bahagia. "Beautiful, as usual."

Mungkin ini bukan seperti harapan orang banyak namun bertahun-tahun Shiera lewati di Jerman membuatnya banyak berubah, surat terakhir yang ia dapati dari Gemmapun hanya berakhir menjadi sampah yang karena ternyata Gemma memacari Ranin namun surat itu memang sangat tidak penting.

Dan sekarang ia berjalan di atas sebuah karpet merah ditemani sang kekasih seorang lelaki memakai jas hitam memperhatikannya, "Hai, Ge." Shiera menyapa dengan ramah.

Lalu ia menoleh ke samping disana ada seorang gadis yang sekarang sudah resmi menjadi istri Gemma—Ranin. "Lulus?" tanya Ranin.

"Alhamdulillah," balas Shiera.

"Selamat, Gemma, Ranin."

"Thank you guru les menggambarnya Shiera," kata Gemma dan Shiera terkekeh, "lo harus ngamplop yang gede, Lou." Gemma membisik pada Louis.

Louis menyeritkan keningnya bingung, "Gaada yang jual amplop gede, Ge."

"Maksudnya duitnya!"

"Emang kenapa?"

"Karena kalo pas itu gue gak milih nerusin perusahaan, yang ada disamping Shiera itu gue bukan lo."

Louis dengan posesif menarik bahu Shiera agar mendekat kearahnya, "She's my girlfriend."

Gemma tertawa, "Iya gue tahu yang penting she's my wife!"

"Mentang-mentang udah nikah begaya lo!" seru Shiera, "lo berdua gak nonton konser band pacar gue, kan?!"

"Kita gak dikasih tiketnya gimana mau nonton," ujar Ranin.

"Ge, istri lo gak mau ngeluarin modal banget, ya?" Lalu mereka berempat malah terkekeh.

Lalu setelah puas basa-basi mereka turun lalu Shiera pun menyapa Anaya karena sudah lama sekali ia tidak bertemu wanita itu—Anaya menangis melihat Shiera yang sudah tumbuh besar ia pun terus berkata pada Louis kalau dia harus menjaga Shiera dan tidak boleh menyakiti Shiera, "Kamu bakal balik ke Jerman?"

"Iya, aku udah wisuda dan gatau nantinya bakal tinggal dimana."

Anaya mengangguk, "Sayang Bunda tahu kamu punya naskah, mau di terbitin?"

"Hah?" Shiera sedikit terkejut karena walaupun Shiera sudah banyak menulis naskah dan pembacanya pun sudah banyak ia tidak pernah menerima satu penerbitpun karena takut mengganggu waktu kuliahnya—atau karena Shiera di Jerman jadi ia takut tidak bisa bertanggung jawab.

"Kalau emang mau nanti Bunda yang urus karena Bunda tahu cerita yang kamu buat sangat menarik, mau ya sayang?"

Shiera malah menoleh kearah Louis entahlah pria itu yang selalu menuntun Shiera untuk mengambil langkah, "Kalau kamu mau gapapa."

"Aku mau."

"Nanti kirim naskah kamu ke Bunda ya."

Shiera mengangguk, "Aku disini satu bulan kok jadi aku bisa urus penerbitannya."

Setelah itu Shiera pamit pulang karena kasihan pada Louis yang baru istirahat beberapa jam.

Mereka berdua terus berjalan beriringan, Louis terus memandu Shiera ke jalan yang benar Shiera pun sudah lebih tidak egois karena mulai menerima segala nya yang Tuhan berikan.

Ternyata Gemma memang bukan untuk Shiera, ia hanya seorang pria yang tentu saja hatinya bisa untuk siapa saja, lagipula Shiera pun sangat bahagia memiliki Louis karena pria ini sangat baik walaupun sesekali Shiera berdebat dengannya.

Shiera pernah berdoa untuk diberikan yang terbaik untuknya oleh Tuhan dan ternyata ini yang terbaik—Gemma memang baik namun ia hanya akan tetap menjadi Gemma yang tidak lain dan bukan adalah sahabat Shiera. "Kamu gak sakit hati?"

"Kan ada kamu."

Pada akhirnya Shiera dan Gemma hanya terus menjadi dua orang sahabat.

-

Yeay, gapapa kalo mau marah ya marah aja tapi emang bener jarak dalam suatu hubungan tuh susah banget mungkin ada beberapa orang yang berhasil tapi 1:1000 alias kemungkinan berhasilnya kecil banget.

Jadi kalo ada yang deket kenapa harus yang jauh?

Ohiya aku juga nulis cerita baru judulnya MATH VS ART jangan lupa baca juga ya, love you so much! 💛

SHIERA & GEMMA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang