CHAPTER 11 : The Beginning
Derap langkah Michelle nyaring terdengar ketika dia memutari mansion milik Jeremy untuk menemukan dimana pria itu berada. Seorang maid mengatakan bahwa Jeremy suntuk seharian berada di tempat tidur tanpa melakukan kegiatan apapun. Tipikal orang yang giat bekerja dan akan sakit bila diminta berdiam diri lebih lama, itulah keunikan Jeremy yang tidak banyak dimiliki pria lain.
Dia berhenti ketika menemukan Jeremy berdiri di depan sebuah lemari klasik yang banyak dijumpai di museum—menampilkan koleksi pistol dengan berbagai bentuk dan beragam jenis katana yang diletakan secara terpisah. Jeremy sedang membersihkan salah satu pistol menggunakan kain. Mengelapnya hingga berkilau dari ujung ke ujung.
"Seharusnya kau berada di tempat tidur bukan disini, sayang."
Tangan Jeremy terhenti bersamaan dengan kepalanya yang mendongak. Dia tersenyum. "Jika itu denganmu tentu aku sangat bersedia untuk kembali ke tempat tidur."
Jeremy tidak pandai membual namun sekalinya membual dia berhasil membuat semburat merah pada pipi Michelle. Gadis itu melangkah mendekat guna memeluknya, tanpa melukai jahitan di dada Jeremy. Lengan Jeremy turut melingkari tubuh ringkihnya sembari menghusap surai yang tetap lembut walau seharian beraktivitas.
"How was your day?"
"Aku tahu bagaimana rasanya menjadi sebagian dari dirimu. Kau priaku yang hebat, Jeremy." Michelle menemui mata coklat indahnya, akan tetapi sebuah pistol yang masih bertengger pada tangan Jeremy sedikit mengganggunya. "Bisa singkirkan benda itu? Keberadaannya merusak momen romatis kita."
"Colt 1911." Katanya, menatap pistol berwarna emas itu tanpa berniat mengembalikannya ke tempat semula. "Senjata ini lebih mematikan dibanding Desert Eagle."
"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."
"Peluru yang nyaris menembus dadaku semalam berasal dari Desert Eagle. Itu artinya dia bukan orang sembarangan dan aku harus menyiapkan senjata yang lebih mematikan dari miliknya."
Michelle malas membahas hal ini. Momen kebersamaan mereka tidak harus dibumbui dengan percakapan kriminalitas. Tetapi sialnya, kejadian semalam membuat Michelle ingin terjun ke dunia gelap itu dan masih memegang teguh ucapan bahwasanya dia ingin membunuh orang yang telah berani melukai tunangannya.
"Boleh aku meminta satu dari ratusan koleksi pistolmu?"
"For what?"
Telunjuk Michelle mengarah pada dada pria dengan kemeja putih itu. "Untuk melubangi kepala orang yang telah melakukan ini padamu."
Selanjutnya suara kekehan Jeremy menusuk indera pendengaran Michelle. Dia tahu Jeremy pasti sedang menganggapnya bercanda. Hal yang sudah biasa dia rasakan; selalu dianggap tidak berdaya dan disepelekan. Padahal, seandainya Jeremy tahu betapa sakitnya hati Michelle melihat kondisinya semalam, dia pasti akan mempercayai apa yang baru saja Michelle katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Of Blackness
Action"𝙔𝙤𝙪 𝙢𝙖𝙙𝙚 𝙢𝙚 𝙗𝙚𝙡𝙞𝙚𝙫𝙚 𝙩𝙝𝙚 𝙞𝙢𝙥𝙤𝙨𝙨𝙞𝙗𝙡𝙚 𝙘𝙤𝙪𝙡𝙙 𝙗𝙚 𝙥𝙤𝙨𝙨𝙞𝙗𝙡𝙚." Kelompok Crudelta dipimpin oleh Marvel Ricardson bertujuan untuk balas dendam atas kematian tragis Sang Kakak akibat kekejaman Ketua Mafia Senior De...