CHAPTER 45 : First Date
Bukan sebuah kencan romantis, Michelle justru meminta dibawa ke lapangan tembak. Dulu Marvel pernah mengajarkannya cara menggunakan pistol hanya saja dia belum benar-benar bisa melakukannya.
Sadar akan kondisi dimana dia juga menjadi incaran, dia seharusnya bisa melakukan bela diri disaat-saat genting. Maka dia pikir latihan menembak adalah pilihan terbaik.
"Ah, sedikit lagi!" Pekik Marvel yang bediri beberapa kaki di sebelahnya. Peluru yang Michelle lepas sedikit meleset padahal bidikannya sudah cukup baik dari sebelum-sebelumnya.
"Kenapa sulit sekali?" Gerutunya nyaris putus asa.
Marvel menghampirinya. Tersenyum melihat wajah Michelle yang berubah cemberut. "Bidikanmu sudah bagus hanya saja kau kurang memberi fokus pada targetmu. Kita coba sekali lagi ya?"
"Aku memang tidak ahli dalam menembak."
"Jadi kau sudah menyerah?" Marvel terkekeh saat Michelle melepaskan pelindung matanya dan berniat untuk menyudahi semua ini. Namun dia menahannya untuk tetap diam di tempat. Di husapnya kepala gadis itu. "Menjadi kekasihku harus pantang menyerah. Kita coba lagi, jika masih gagal, kita harus tetap mencoba sampai berhasil." Marvel memberi kecupan pada bibirnya sebelum kembali memasangkan pelindung mata untuk Michelle. "Setelah ku cium, kau pasti berhasil."
"Tidak ada hubungannya."
"Tentu ada, kau akan jadi lebih bersemangat dari sebelumnya." Cibirnya, "Angkat senjatamu dan arahkan ke target. Tetap fokus sebelum menekan pelatuk."
Ternyata ucapan Marvel benar. Bidikan Michelle langsung tepat sasaran. Setelah mendapatkan keberhasilannya, Michelle enggan menyudahi latihan tersebut padahal sebelumnya dia sudah akan menyerah.
Seakan tak terganggu dengan teriknya sinar matahari pada siang hari itu, Michelle tetap berlatih hingga dia merasa bosan. Marvel sendiri dibuat kewalahan, ajakan untuk beristirahat sejenak tidak Michelle hiraukan.
Satu jam berlalu. Waktu sepanjang itu terasa singkat untuk Michelle. Jika bukan karena dehidrasi mungkin dia enggan untuk berhenti. Marvel mengulurkan sebotol air mineral dingin kepadanya yang langsung ditegak habis dalam waktu singkat.
Sadar jika Marvel yang duduk di sebelahnya sudah tidak mengenakan kaus yang semula menutupi tubuh atletisnya, Michelle langsung dibuat sulit menelan air di dalam mulutnya. Tubuh Marvel berkeringat. Tampak berkilau di bawah cahaya matahari. Paling tidak dia ingin sekali merasakan bagaimana licinnya kulit Marvel.
"Kenapa menatapku seperti itu?" Marvel bertanya dan itu membuat Michelle bersemu. "Ada yang salah denganku?"
"Apa kau sengaja ingin menggodaku?"
"Ya?"
"Kemana pakaianmu?"
Marvel menunduk dan tertawa pelan. "Bajuku basah akibat berkeringat." Lantas dia menggeser posisi duduknya untuk lebih merapat dengan Michelle. "Dan apa yang baru saja kau katakan? Aku menggodamu?"
Michelle menyeringai mulai menyentuhnya dengan cara tidak biasa, dia sengaja memutar telapak tangannya di atas dada Marvel yang licin kemudian turun ke otot-otot perutnya.
"Aku suka bentuk perutmu." Godanya. Kepalanya mendongak dan ekspresi Marvel yang tampak sulit menahan diri semakin membuat Michelle puas. "Pernahkah aku berkata bahwa kau sangat seksi?"
"Kau sudah pandai menggoda. Siapa yang mengajarimu?"
"Kau. Siapa lagi."
Tangan Michelle menahan dada Marvel yang hendak mendekat, berusaha menjangkau bibirnya. "Aku hanya ingin menyentuhmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Of Blackness
Action"𝙔𝙤𝙪 𝙢𝙖𝙙𝙚 𝙢𝙚 𝙗𝙚𝙡𝙞𝙚𝙫𝙚 𝙩𝙝𝙚 𝙞𝙢𝙥𝙤𝙨𝙨𝙞𝙗𝙡𝙚 𝙘𝙤𝙪𝙡𝙙 𝙗𝙚 𝙥𝙤𝙨𝙨𝙞𝙗𝙡𝙚." Kelompok Crudelta dipimpin oleh Marvel Ricardson bertujuan untuk balas dendam atas kematian tragis Sang Kakak akibat kekejaman Ketua Mafia Senior De...