CHAPTER 07 : The Reason
Michelle melepas scarf yang sedari tadi melilit pada lehernya. Sebelum duduk pada kursi singgasananya. Suhu ruangan sudah mencapai batas terendah namun Michelle masih mengeluh kepanasan. Tumpukan dokumen-dokumen di atas meja menambah rasa pening di kepalanya. Michelle mendengus panjang, mencoba menenangkan diri sebelum mulai memeriksa beberapa laporan penting yang sudah dikirim oleh karyawannya terkait pembuatan produk skincare terbaru yang akan dikeluarkan oleh perusahan kosmetik dan kecantikannya.
"Hai, Mich."
Pintu ruangannya terbuka, Hannah masuk ke dalam membawa beberapa map di tangannya tanpa permisi. Selain menjadi sahabat karib, Hannah juga dipercaya sebagai asisten pribadi Michelle. Menurutnya, tanpa bantuan otak bisnis Hannah, perusahaannya tidak akan berkembang pesat seperti sekarang ini.
"Menjadi sahabat boss bukan berarti kau bebas keluar masuk ruanganku tanpa aturan. Ketuk pintu lebih dulu, Hannah!"
"Ups, sorry. Aku kebiasaan." Hannah menyengir lebar, tidak tampak tersinggung atas ucapan sarkas dari Michelle. Dia menduduki kursi yang berhadapan langsung dengan Michelle, memperhatikan dengan lekat sahabatnya yang sedang serius membaca salah satu dokumen di tangannya. "Ada apa dengan lehermu?"
Oh sial, dia lupa! Panik, Michelle pun mencari letak scarf-nya lantas melilitkan kembali pada lehernya. Sebelum Hannah akan menyemprotnya dengan berbagai pertanyaan.
"Dokumen apa yang sedang kau bawa?" Tanya Michelle, mengalihkan perhatiannya.
"Mich, apa yang sedang kau tutupi dariku?"
"Nope. Aku baik-baik saja." Michelle memutar bola matanya. Walau dia kentara sedang berbohong, tetapi dia hanya ingin Hannah berhenti bertanya mengenai hal itu. Persis seperti pertanyaan Marvel beberapa saat yang lalu. Michelle tetap bersikukuh untuk tidak menceritakannya kepada siapapun karena dia tidak ingin mencoreng nama baik tunangannya di hadapan orang lain.
Michelle merebut berkas yang ada di tangan Hannah ketika gadis itu masih menatapnya penuh curiga. Judul pada halaman depan berkas membuat matanya menyipit. "Pemilihan brand ambassador?"
Hannah mengangguk, mengesampingkan rasa penasaran yang nyatanya masih mengganggu pikirannya. "Kami hanya butuh acc darimu untuk meluncurkan produk skincare yang sudah berbulan-bulan dikerjakan oleh para karyawan. Dan aku pastikan kau tidak akan menolak, maka dari itu kau harus memilih brand ambassador yang tepat."
Michelle membaca lembaran di dalamnya, wajahnya menekuk keras saking seriusnya. Hingga dia berhenti pada profil ketiga kandidat yang Hannah ajukan padanya.
"Nama ketiga model itu sedang melambung naik. Jumlah followers instagram mereka di atas sepuluh juta. Kau bisa pilih salah satu yang menurutmu cocok untuk produk terbaru kita." Jelas Hannah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Of Blackness
Acción"𝙔𝙤𝙪 𝙢𝙖𝙙𝙚 𝙢𝙚 𝙗𝙚𝙡𝙞𝙚𝙫𝙚 𝙩𝙝𝙚 𝙞𝙢𝙥𝙤𝙨𝙨𝙞𝙗𝙡𝙚 𝙘𝙤𝙪𝙡𝙙 𝙗𝙚 𝙥𝙤𝙨𝙨𝙞𝙗𝙡𝙚." Kelompok Crudelta dipimpin oleh Marvel Ricardson bertujuan untuk balas dendam atas kematian tragis Sang Kakak akibat kekejaman Ketua Mafia Senior De...