CHAPTER 23 : To Be Better

2.1K 181 418
                                    

CHAPTER 23 : To Be Better

Ciuman mereka berhenti ketika Michelle berkata penuh ketakutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ciuman mereka berhenti ketika Michelle berkata penuh ketakutan. "Jeremy datang."

Michelle mendorong dada Marvel kuat. Berbanding terbalik dengan Michelle yang dilanda kepanikan, Marvel tampak bangkit berdiri dengan santai.

"Jika kau ingin, kita bisa mengakhiri pertunangan bodohmu sekarang juga."

"Tidak." Sahutnya. Mata Michelle memicing. "Jeremy tidak boleh melihatmu disini. Pergilah!"

Nyaris menangis ketika pintu kamar itu berhasil dibuka sepenuhnya dari luar. Jeremy datang mengenakan kemeja. Sedangkan jasnya tersampir di tangan kirinya. Secepat itu Michelle menoleh ke arah Marvel—melihat keadaan kamarnya sudah kosong membuatnya merasa lega. Marvel selalu bisa diandalkan.

"Kau tidak ingin menyambut kedatanganku?" Tanya Jeremy dengan kening mengerut.

Tidak biasanya. Karena Michelle akan selalu anutusias ketika menyambutnya sepulang bekerja.

Menyadari hal itu, Michelle bangkit—mengulurkan tangannya untuk memeluk Jeremy sebelum memberi kecupan pada kedua pipinya. Mencoba menetralkan detak jantungnya yang berpacu. Apa jadinya jika dia ketahuan?

"Tentu saja aku senang kau datang." Michelle membantu melepas simpul dasi Jeremy kemudian meletakan bersama dengan jasnya.

"Bagaimana dengan cincin pertunangan kita?" Pertanyaan Jeremy sukses membuat tubuh Michelle kembali kaku. Keterdiaman Michelle membuat Jeremy menyimpulkan sesuatu, "Kau belum juga menemukannya?"

"Aku..—" Michelle melirik ke sekitar. Berusaha mencari alasan. Dia tidak mengeluarkan isi kopernya karena membongkarnya pun percuma. Cincin itu tidak ada disana. "Aku belum mencarinya. Kau tahu, perjalanan membutuhkan waktu panjang. Aku sangat lelah."

"Baiklah. Kau bisa melanjutkannya besok."

Jeremy berucap lembut sembari menghusap puncak kepalanya. Hal yang tidak Michelle sangka sebelumnya. Dia pikir Jeremy akan semakin marah.

"Kau sedang dalam mood yang baik." Michelle tersenyum, cukup lega. Dia bergerak menghusap wajah tampan Jeremy. "Jadi apa yang aku lewatkan?"

"Perusahaanku menang tender. Ini berkat bantuan Daddy-mu. Dia menepati janjinya karena aku berhasil membawamu pulang."

Kembali dikejutkan oleh sesuatu yang tidak terpikirkan olehnya. Michelle mengatup rapat bibirnya, enggan berkomentar. Dia bepikir bahwa kepulangannya adalah sesuatu yang Jeremy nantikan bukan atas dasar rindu. Melainkan meraup keuntungan untuk dirinya sendiri.

Sweet Of BlacknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang