CHAPTER 15 : Doom Roses
Kehadiran Marvel di sebuah florist yang mengusung konsep Eropa membuat lonceng utama pada pintu berbunyi. Beberapa kepala mendongak padanya. Terutama sekumpulan gadis remeja berseragam sekolah yang sedang memilih beberapa tangkai bunga tulip berwarna-warni. Marvel dengan sejuta pesona membuat aktivitas mereka terhenti, seolah kedatangan malaikat tampan disiang bolong.
Para remaja itu berusaha cari perhatian ketika Marvel memanggil pemilik toko untuk memesan bunga mawar putih. Dia bersandar sembari melipat tangan, mengabaikan salah satu remaja yang sepertinya sengaja membuka satu kancing kemeja untuk menggodanya. Dalam hati dia berdesis. Anak muda jaman sekarang; menggelikan.
"White roses pesanan anda, Tuan." Pemilik toko—wanita berusia sekitar empat puluh tahun itu datang membawa buket yang Marvel pesan.
"Apa pacarku akan memaafkanku jika aku memberikan bunga ini untuknya?"
"Kau itu perempuan, seharusnya laki-laki yang datang untuk meminta maaf dan memberi bunga. Lagi pula seberapa tampan sih pacarmu itu? Apa setampan pria di ujung sana?"
Marvel geleng-geleng kepala. Sadar bahwa dia sedang menjadi objek pembicaraan. Dia mengeluarkan kartu kredit untuk membayar, tanpa peduli bagaimana para gadis remaja itu semakin berdecak kagum. Tiba-tiba dia memikirkan sesuatu—percakapan yang baru saja dia dengar membuatnya ingin melakukan sesuatu.
"Excuse me." Jentikan jemarinya membuat para gadis remaja itu menoleh dengan wajah memerah. Mereka saling menyenggol bahu satu sama lain untuk menyahuti panggilan Marvel. "Bolehkah aku meminta saran dari kalian?"
"T-entu." Salah satu diantara mereka buka suara, gemetar. "Apa yang bisa kami bantu, Sir?"
"Kira-kira jenis bunga apa yang perempuan inginkan dari pacarnya sebagai permintaan maaf?"
Wajah bersemangat mereka mendadak luruh. Pertanyaan itu sudah menjelaskan bahwa pria tampan yang mereka puja sedari tadi tidaklah single.
"Red roses maybe?"
"Okay. Thanks for your advice."
Marvel melempar senyum—memperlihatkan lesung pipinya yang dalam—seakan mampu membuat para remaja itu pingsan di tempat. Dia berjalan menuju kasir, memesan sebuket mawar merah dengan jumlah lebih banyak. Dia menulis sesuatu pada kartu ucapan sebelum menyelipkannya disana.
"Tolong antar ke alamat tersebut dua jam dari sekarang." Perintahnya pada pemilik florist tersebut.
Marvel menempuh perjalanan sepuluh menit lagi untuk tiba di pemakaman. Hari ini dia berkendara menggunakan motor—seorang diri tanpa kawalan dari anak buahnya. Dia ingin mengunjungi makam Leo guna berkeluh kesah. Karena sejauh ini dia tidak menunjukan tanda-tanda keberhasilan pada rencana balas dendamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Of Blackness
Acción"𝙔𝙤𝙪 𝙢𝙖𝙙𝙚 𝙢𝙚 𝙗𝙚𝙡𝙞𝙚𝙫𝙚 𝙩𝙝𝙚 𝙞𝙢𝙥𝙤𝙨𝙨𝙞𝙗𝙡𝙚 𝙘𝙤𝙪𝙡𝙙 𝙗𝙚 𝙥𝙤𝙨𝙨𝙞𝙗𝙡𝙚." Kelompok Crudelta dipimpin oleh Marvel Ricardson bertujuan untuk balas dendam atas kematian tragis Sang Kakak akibat kekejaman Ketua Mafia Senior De...