CHAPTER 05 : Good Kidnapper
Bunyi beep pada alat sensor wajah membuat pintu berbahan besi itu terbuka secara otomatis. Marvel melangkah sembari membopong tubuh Michelle yang terlelap dalam dekapannya. Alih-alih membawanya masuk ke dalam salah satu bilik kamar, dia memilih merebahkan Michelle di atas sofa besar berwarna abu-abu dengan alasan tidak ingin membongkar privasinya lebih jauh lagi kepada musuh.
"Brother," Sean datang, masuk dengan mudah karena akses yang dia miliki terhadap tempat ini. Pandangannya tertuju pada seorang gadis bergaun pendek yang terbaring manis diri di atas sofa. Ujung bibirnya melengkung tipis, menyeringai. "Is she our enemy?"
"Yes, she is."
"Apa yang sedang terjadi? Apa dia pingsan?"
"Tidak. Michelle tertidur setelah aku mengajaknya berkeliling naik motor."
Sean mengerutkan kening. Tidak menyangka jika Marvel akan bertindak sejauh itu. Tetapi semuanya terasa logis mengingat Michelle adalah gadis yang sangat cantik dan seksi. Pria bajingan sejenis kakaknya itu tentu akan mencuri kesempatan.
"Beautiful," Sean duduk di dekat Michelle. Dia sedikit menunduk untuk menggerakan jemarinya pada wajah Michelle, menghusap pipinya naik turun. Mulus. "Seandainya dia bukan musuh Crudelta. Aku tidak perlu berpikir dua kali untuk menikahinya."
"Itu tidak akan terjadi, Sean." Sahutnya. Entah mengapa dia benci kelancangan Sean menyentuh Michelle tanpa permisi. Naluri memintanya untuk segera menghentikan. Hingga dia mencekal pergelangan Sean yang berniat menelusuri bagian-bagian yang seharusnya tidak boleh dia sentuh. "Stop it! Kau bisa membangunkannya."
Sean menepis pelan lalu membawa kedua tangannya ke udara sembari melempar senyum. Punggungnya mulai rileks, salah satu kakinya terangkat. Bossy. Persis seperti Marvel.
"Apa kau membawa rekaman CCTV yang aku minta?"
"Ya. Tapi aku yakin hasilnya tidak sesuai dengan keinginanmu."
Sean mengeluarkan sebuah benda berbentuk pipih dan transparan dari dalam sakunya. Benda canggih itu memutar sebuah rekaman CCTV jalanan. Tempat dimana Michelle mendapatkan serangan beberapa saat yang lalu. Semua berjalan normal—cuplikan ketika Marvel memarkirkan motornya di depan toko dan Michelle melompat turun dari jok. Namun setelah Marvel masuk ke dalam toko, layar tersebut berubah hitam, gelap. Sialan. Apa-apaan ini?
"Mereka sudah mensambotase lebih dulu. Ini seperti sudah direncanakan."
"Kau yakin?" Marvel menatap Sean curiga. "Mereka mengenal Crudelta. Karena ketika aku menunjukan tato simbolis kita yang berada di perutku, mereka langsung berlari ketakutan."
"Mereka bukan sekedar preman jalanan. Akan aku selidiki lebih lanjut." Sean menghusap dagunya, berpikir. "Well, kenapa kau begitu panik? Bukankah berita baik jika seandainya kita memiliki kawan untuk menghancurkan De La Mort?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Of Blackness
Actie"𝙔𝙤𝙪 𝙢𝙖𝙙𝙚 𝙢𝙚 𝙗𝙚𝙡𝙞𝙚𝙫𝙚 𝙩𝙝𝙚 𝙞𝙢𝙥𝙤𝙨𝙨𝙞𝙗𝙡𝙚 𝙘𝙤𝙪𝙡𝙙 𝙗𝙚 𝙥𝙤𝙨𝙨𝙞𝙗𝙡𝙚." Kelompok Crudelta dipimpin oleh Marvel Ricardson bertujuan untuk balas dendam atas kematian tragis Sang Kakak akibat kekejaman Ketua Mafia Senior De...