CHAPTER 17 : Story Of Berlin

2.3K 194 537
                                    

CHAPTER 17 : Story Of Berlin

Berlin adalah kota penuh kenangan untuk Michelle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berlin adalah kota penuh kenangan untuk Michelle. Masa kecilnya dia habiskan disana. Tepatnya di sebuah rumah mewah yang tidak berpenghuni selama beberapa tahun terakhir. Namun rumah tersebut sangat terawat karena pelayan datang setiap minggu untuk membersihkannya.

Keputusannya untuk datang ke Berlin adalah yang terbaik. Disini dia bisa merasa tenang sembari mengingat memori masa kecilnya yang indah. Alasan lain dia ingin menghindari orang-orang di sekitarnya. Terutama Jeremy. Michelle rasa mereka butuh ruang untuk intropeksi diri satu sama lain.

"Mich." Franz datang menghampiri Michelle ketika dia sedang memberi makan Chessie—anjing kesayangannya. "Jeremy meneleponku lagi dan menanyakan dimana keberadaanmu."

"Aku harap kau tidak memberitahunya."

"Aku tidak akan mengkhianati perintahmu. Tetapi Jeremy tentu akan terus mendesak."

"Maka dari itu lebih baik kau kembali ke Amerika. Aku rasa De La Mort lebih membutuhkanmu dibanding aku."

Franz mensejajarkan posisi mereka membuat Michelle mengalihkan perhatiannya dari Chessie yang sedang menjilati susu di dalam mangkuk. "Jika aku pergi, siapa yang akan menjagamu disini?"

"Aku bukan anak kecil lagi, Franz." Michelle terkekeh, tangannya menepuk pundak Franz. "Aku akan baik-baik saja disini, kau tidak akan bermasalah dengan Daddy. Cukup kakakmu, Hannah, yang aku repotkan dengan segala pekerjaan perusahaan kosmetik yang aku tinggalkan untuk beberapa hari ke depan. Aku tidak ingin merepotkanmu juga. Pergilah."

Dalam beberapa saat pria itu terdiam. Seperti menentukan keputusan yang sangat berat. Akhirnya dia menganggukan kepala. Tangannya meremas kedua pundak Michelle.

"Jika terjadi sesuatu padamu, kau bisa menghubungiku. Aku akan datang secepatnya."

Franz berbalik, menyisakan punggung tegapnya yang tampak belum siap untuk pergi. Sebelum dia berlalu, Michelle kembali menyerukan namanya sehingga dia menoleh dalam waktu singkat.

"Ada lagi yang kau butuhkan?" Tanyanya.

"Titip pesan untuk Jeremy." Kepalanya menunduk menatap kedua tangannya yang terjalin. Bagaimana pun buruknya hubungan mereka kini tidak menutup kemungkinan bahwa Michelle benci melihat Jeremy mengkhawatirkannya. "Katakan padanya bahwa aku baik-baik saja dan akan pulang padanya setelah merasa siap."

"Akan aku sampaikan."

Setelah kepergian Franz, rumah itu terasa sunyi. Memang itu lah yang Michelle inginkan mengingat dia baru saja memerintah seorang pelayan—yang ditugaskan untuk merawatnya selama berada di Berlin—untuk pulang dan kembali datang hanya jika Michelle membutuhkan bantuan.

Dalam balutan sweater abu-abu yang menghangatkan tubuh, Michelle memilih untuk keluar rumah guna membeli makanan di restoran terdekat. Dia tidak buruk dalam hal memasak hanya saja malam ini dia terlalu malas untuk melakukannya. Terlebih lagi dia meninggalkan Chessie sendirian, dimana artinya dia tidak ingin pergi lebih dari setengah jam dan membiarkan anjing manjanya ketakutan.

Sweet Of BlacknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang