CHAPTER 22 : Lost The Ring
"Jeremy, apa yang kau lakukan pada putriku?!"
Riordan berdiri di depan pintu. Kerinduan terhadap putri sematawayangnya membuat dia mengesampingkan pekerjaan dan memilih datang ke lantai tempat putrinya berada setelah mendengar kabar dari Jeremy bahwa Michelle sudah kembali.
"Daddy!" Panggilnya.
Bersamaan dengan itu, cekalan di lengan Michelle melonggar. Dia mengesampingkan rasa nyeri. Memutuskan untuk berlari menuju Riordan kemudian memeluknya erat. Melepas rindu sekaligus mencari perlindungan.
"Kau baik-baik saja, sayang?"
"I'm fine, Dad." Balasnya walau suaranya terdengar sedikit bergetar. Menahan tangis tidaklah mudah. "Aku merindukanmu."
"Aku sangat khawatir ketika mendengarmu pergi tetapi aku lega kau baik-baik saja." Riordan menghusap puncak kepala Michelle. "Bagaimana dengan Berlin?"
"Berlin sangat indah. Masih sama seperti dulu."
Suara langkah sepatu terdengar mendekat. Michelle bisa merasakan Jeremy berdiri tepat di belakangnya, bahkan terlalu dekat. Satu tangan Jeremy berada di pinggangnya, sedangkan satunya lagi menghusap lembut lengan Michelle yang baru saja dia cekal.
Michelle memejamkan matanya. Berusaha meredam rasa takut akibat sentuhan itu.
"Michelle kembali lebih cepat. Tentu dia sangat merindukanmu. Benar, Sweety?" Ucap Jeremy di sebelahnya. Mengintrupsi bahwa Michelle memang harus menganggukan kepala sebagai jawaban.
"Apa yang kau lakukan padanya sebelum aku tiba?" Tanya Riordan tegas.
Jeremy masih memasang senyum. Tidak ada tanda-tanda kekhawatiran. "Kami hanya melepas rindu."
"Tetapi aku mendapat wajah ketakutan dari putriku." Riordan meraih pergelangan Michelle kemudian menariknya lebih dekat. "Apa yang dia lakukan padamu, sayang?"
Dia menyakitiku, Dad. Itu adalah kalimat yang seharusnya Michelle katakan. Namun jika dia berani mengambil tindakan gegabah itu, mungkin besok dia tidak akan melihat Jeremy lagi.
Michelle maju dua langkah—mengecup pipi Jeremy di depan Riordan. "Tentu saja aku melepas rindu dengan tunanganku. Apa yang kau pikirkan, Dad?"
Riordan masih diam. Sedangkan Michelle berusaha memasang ekspresi sebahagia mungkin ketika Jeremy kembali memeluk pinggangnya lebih erat. Hanya untuk meyakinkan Riordan.
"Baiklah. Aku akan memberi kalian waktu." Sahut Riordan membuat keduanya lega. Riordan mengecup puncak kepala putrinya. "Kau tahu ke lantai berapa kau harus datang jika membutuhkan Daddy."
"I know, Dad."
Kemudian Riordan pergi, namun sebelumnya dia melempar tatapan tajam ke arah Jeremy. Michelle terlalu sulit mengartikan ini semua. Kendati terlihat baik-baik saja akan tetapi hubungan keduanya belum membaik seperti semula hingga kini.
Suasana canggung kembali membentang. Michelle menghela napas. Sepertinya dia harus mengalah.
"Aku minta maaf karena aku lupa memakai cincin pertunangan kita." Michelle meraih tangan Jeremy dan mengaitkannya. "Setelah ini aku berjanji akan selalu memakainya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Of Blackness
Action"𝙔𝙤𝙪 𝙢𝙖𝙙𝙚 𝙢𝙚 𝙗𝙚𝙡𝙞𝙚𝙫𝙚 𝙩𝙝𝙚 𝙞𝙢𝙥𝙤𝙨𝙨𝙞𝙗𝙡𝙚 𝙘𝙤𝙪𝙡𝙙 𝙗𝙚 𝙥𝙤𝙨𝙨𝙞𝙗𝙡𝙚." Kelompok Crudelta dipimpin oleh Marvel Ricardson bertujuan untuk balas dendam atas kematian tragis Sang Kakak akibat kekejaman Ketua Mafia Senior De...