CHAPTER 19 : Under Your Spell

2.4K 196 586
                                    

CHAPTER 19 : Under Your Spell

Malam hari itu suara petir menyambar keras. Mengganggu tidur lelapnya bersama dengan udara dingin yang menusuk kulit. Selimut itu tak cukup tebal untuk menghangatkannya. Dan ketika dia membuka mata, dia menyadari bahwa dia kembali sendirian. Ditemani jendela kamar yang belum tertutup tirai. Sukses memperlihatkan kilatan petir yang segera menyambar.

Satu nama terbesit dipikirannya. Marvel. Dimana pria itu?

Sembab dimatanya terasa sangat mengganggu ketika dia memutuskan untuk keluar dari kamar tersebut. Lampu-lampu ruangan sudah mati namun Michelle dapat mencium aroma pekat dari alkohol dan nikotin.

"Jadi siapa pelakunya?" Ketika suara itu terdengar, Michelle urung mengambil langkah. Dia bersembunyi di balik pilar pembatas. Melihat Marvel duduk bersama Liam di pantry ditemani miras dan kacang polong. "Jika kau tidak yakin itu perbuatan Sean lalu siapa yang melakukannya?"

Michelle cukup terkejut mendengarnya. Apakah orang yang sedang dibicarakan adalah Sean yang ada dipikirannya saat ini?

"Kau tahu, mayat-mayat yang berhasil kau tembak tidak meninggalkan identitas apapun. Dan mereka bukanlah wajah-wajah anggota kita. Tetapi tidak menutup kemungkinan jika Sean menyewa jasa orang lain untuk membalasmu."

"Jika benar itu dia maka dia salah sudah bermain-main denganku." Marvel menegak kembali botol minumannya. "Sejak kecil dia memang kurang mendapat didikan. Dia terlalu banyak bergaul dengan orang-orang sampah di luar sana namun begitu memaksakan diri untuk menjadi pemimpin Crudelta. Sangat ambisius."

"Ini bukan sepenuhnya salah Sean. Tentu saja dia marah, kau mengorbankan adikmu sendiri hanya untuk berlindung dari gadis asing itu."

"Dia bukan gadis asing. Namanya Michelle."

PRANG!

Kedua tangan Michelle seketika membekap mulutnya keras. Katakan dia bodoh karena tidak menyadari adanya sebuah guci antik yang semula berdiri di belakangnya. Melihat benda itu hancur di atas lantai, membuat kecemasan Michelle kian mencuat.

"Michelle." Suara itu tidak ingin dia dengar. Marvel melewati belahan guci dan mendekatinya. "Apa yang kau lakukan disini?"

"Ma-af, a-aku tidak sengaja."

"Tidak apa-apa." Katanya. "Kau baik-baik saja?"

Marvel hendak menyentuh kedua bahunya yang terguncang, Michelle lebih dulu menghindar. Berlari menuju pintu kamarnya tanpa mengatakan apa-apa. Tentu saja dia terlalu terkejut akan fakta yang dia dengar. Sekaligus takut. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Ketika dirinya sudah terjebak bersama Marvel di rumah ini.

Tempat tidurnya sedikit bergoyang. Marvel duduk di sebelahnya namun dia enggan menoleh. Pandangannya hanya tertuju pada bagaimana cara hujan membuat jendela penuh dengan rintikan air.

"Aku ingin lanjut istirahat. Kau bisa keluar."

"Aku tahu kau mendengarnya." Ucap Marvel, tak melepas sedikit pun matanya dari Michelle. "Ada yang ingin kau tanyakan padaku?"

Mungkin itu terdengar aneh. Michelle tidak menyangka Marvel justru menawarinya alih-alih menyembunyikan. Padahal Michelle berencana untuk pura-pura tidak tahu dan menyelidiki sendirian. Tapi sepertinya Marvel sedang tidak ingin membuat benteng perseteruan lagi.

"Katakan apa yang ingin kau ketahui. Aku akan menjawab semampuku."

"Aku dengar temanmu mengatakan bahwa Sean adalah adikmu. Apa Sean yang dimaksud adalah orang yang sama?" Jawaban yang Michelle dapat berupa anggukan kepala. Bahkan Marvel tampak tidak melakukan pertimbangan untuk mengakui. "Ya, Tuhan. Bagaimana mungkin."

Sweet Of BlacknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang