CHAPTER 29 : Sunday With You
Ketika Marvel membuka mata, dia terkejut karena jam dinding kamarnya sudah menunjukan pukul sebelas siang. Dia menyugar rambutnya ke belakang, melirik tempat kosong di sebelahnya. Suara gemericik air dari arah kamar mandi mengambil sebuah asumsi bahwa Michelle sedang mengguyur dirinya di dalam sana.
Marvel baru bangun namun hormon laki-lakinya tidak dapat dicegah. Ketika dia memejamkan mata, bayangan Michelle yang sedang berdiri dengan tubuh polos di bawah pancuran shower adalah sesuatu yang sangat liar sekaligus indah untuk menyambut pagi harinya.
Celananya terasa semakin sesak. Apa lagi saat pintu kamar mandi terbuka dan Michelle hanya melilitkan handuk hingga setengah paha. Rambutnya basah.
"Hai." Michelle tampak lebih kaku. Mungkin karena malu atau karena permintaan Marvel semalam.
"Hai." Balas Marvel.
Michelle membuka sedikit jendela untuk membiarkan matahari masuk ke dalam. Pemandangan yang sangat indah ketika kedua tangan Michelle bergerak untuk mengeringkan rambut. Serta bagaimana cara sinar matahari bertemu dengan kulit putihnya.
Marvel nyaris gila.
"Kau tidak pergi bekerja?"
"Ini hari minggu, Marvel." Jawabnya membuat wajah Marvel merah akibat malu."Kau memiliki kegiatan?"
"Tidak. Seperti ini sudah sangat menyenangkan."
"Seperti apa?"
Lagi Marvel tidak menjawab. Dia hanya melempar senyum tipis. Dia tidak mungkin mengatakan hal yang tidak akan Michelle percaya. Dia hanya akan dianggap sekedar merayu.
"Aku boleh pinjam bajumu? Bajuku semalam baunya sangat menyengat. Bau alhokol. Aku tidak nyaman, rasanya ingin muntah."
"Boleh. Ada di lemari."
Marvel mengamati Michelle melangkah menuju lemari. Kakinya sedikit berjinjit saat memilih baju. Membuat handuknya ikut terangkat. Bentuk bokong Michelle terlihat sangat seksi. Tangan Marvel masuk ke dalam selimut, menyentuh juniornya yang bereaksi semakin gila.
"Michelle hentikan!" Perintahnya.
"Hentikan?" Tentu saja Michelle langsung mendongak keheranan. Dia merasa tidak berbuat sesuatu yang mengganggu Marvel. "Aku tidak boleh meminjamnya?"
"Kemarilah."
"Aku sedang memilih baju. Tunggu se—"
Tiba-tiba saja Marvel sudah berada di belakangnya. Memutar tubuhnya sehingga bibir mereka menempel. Cengkraman Michelle kian menguat pada handuknya agar tidak terjatuh. Sedangkan bibir Marvel menuntutnya untuk membalas.
"Kau tahu apa akibatnya jika berani menggodaku."
"Aku tidak menggodamu." Bantahnya. Kemudian dia menunduk. Posisi mereka yang begitu rapat membuat Michelle bisa merasa tonjolan di bawah sana. Michelle tersenyum miring. "Do you want me?"
Napas Marvel berhembus berat menerpanya. Dadanya naik turun. Ketika menyentuhnya di tengah, Michelle bisa merasakan debaran. Marvel meraih tangannya sebelum mengecup pipi Michelle dan menjaga jarak mereka.
"Aku mandi dulu."
Setelah itu Marvel menghilang di balik pintu kamar mandi yang tertutup. Tampak tergesa-gesa. Membayangkan apa yang mungkin Marvel lakukan di dalam sana membuat Michelle geleng-geleng kepala. Sungguh, dia tidak sadar sudah menggoda Marvel.
Michelle menarik asal satu kaus Marvel berwarna putih. Ujungnya mencapai setengah pahanya. Kemudian dia duduk di tepi tempat tidur. Awalnya ragu-ragu untuk menyalakan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Of Blackness
Action"𝙔𝙤𝙪 𝙢𝙖𝙙𝙚 𝙢𝙚 𝙗𝙚𝙡𝙞𝙚𝙫𝙚 𝙩𝙝𝙚 𝙞𝙢𝙥𝙤𝙨𝙨𝙞𝙗𝙡𝙚 𝙘𝙤𝙪𝙡𝙙 𝙗𝙚 𝙥𝙤𝙨𝙨𝙞𝙗𝙡𝙚." Kelompok Crudelta dipimpin oleh Marvel Ricardson bertujuan untuk balas dendam atas kematian tragis Sang Kakak akibat kekejaman Ketua Mafia Senior De...