Sandra tidak pernah sebingung ini untuk mengambil keputusan. Bahkan saat keperawanannya ia serahkan kepada orang asing, Sandra tidak terlalu stres memikirkan dampak ke depan. Menyesal, iya. Namun, tidak berlangsung lama. Patah hatinya pun terobati seiring berjalannya waktu. Ia bisa move on dalam hitungan bulan dan bertemu dengan orang baru. Sampai akhirnya seseorang dari masa lalu datang. Menghidupkan kembali kenangan yang mulai meredup dan menghantamnya bak badai katrina.
Danny El Arkan.Tidak jarang Sandra mengingat nama itu sebelum jatuh tertidur dalam mimpi atau sesaat setelah terbangun dari lelapnya tidur. Pemilik nama itulah yang telah menjadi antidote dan menyelamatkan Sandra dari keterpurukan akan patah hati yang berkepanjangan.
Sandra menjalani hidup dengan begitu santai. Selama lima tahun terakhir ia dekat dengan banyak laki-laki. Walau hanya tiga yang berhasil menggaet hatinya. Yang terakhir bertahan lumayan lama. Sudah hampir satu tahun Sandra berhubungan dengan laki-laki yang pertama kali bertemu dengannya di stasiun Tugu. Setahun yang lalu, saat Sandra kembali dari dinas di luar kota.
Panjang umur!
Ponselnya berkedip menampilkan nama "Laksa Syarief" dengan foto profil bergambar kucing. Sandra membutuhkan beberapa deringan sebelum mengangkat telepon dari kekasihnya itu.
"Lo masih di rumah nyokap?" tanya suara berat milik Laksa setelah basa-basi sedikit.
"Masih. Gue balik subuh aja kayaknya sekalian ngantor. Udah nggak kuat nyetir. Pegel banget abis bersih-bersih sisa arisan tadi," jawab Sandra sambil membaringkan tubuh dengan posisi tengkurap memeluk guling.
Dari rumah Sandra yang berada di daerah Depok sebenarnya hanya memakan waktu tidak sampai satu jam untuk sampai ke apartemennya di Fatmawati, tetapi ia sudah terlalu lelah dan memutuskan untuk menginap semalam lagi di rumah orang tuanya.
"Yah, yaudah kalau gitu gue terpaksa makan sendiri," balas Laksa yang Sandra yakini tengah memasang wajah memelas yang dibuat-buat.
"Manja amat makan harus bareng."
"Nggak papa, dong, sama pacar sendiri."
"Bapak Laksa yang terhormat, Anda sudah tiga puluh tahun, ya. Please behave!"
Sandra memang agak geli setiap Laksa mulai membawa-bawa label pacar ke dalam pembicaraan.
"Lo emang pacar gue. Gue nggak salah, kan?"
Sandra tertawa kecil. "Lo nggak geli nyebut kita ini pacaran?"
"Nggaklah! Kenyataannya begitu."
"Ya udah, iya. Makan dulu, gih. Udah mau jam sepuluh, lho, ini."
"Emang kenapa kalau udah jam sepuluh?"
"Sibuk ngapain lo sampai baru mau makan malam jam segini?"
Terdengar kekehan dari ujung telepon. "Biasa, keasyikan nge-game."
Sudah Sandra duga. Laksa dan game adalah satu paket yang tidak akan pernah terpisahkan. "Kebiasaan banget," gerutu wanita itu.
"Besok makan siang bareng?" tawar Laksa setelah beberapa saat sibuk sendiri.
Sandra berpikir sejenak sebelum menjawab, "Boleh. Gue lagi pengen nasi padang."
"Bukan pengen lagi itu, San. Tapi emang makanan wajib lo setiap hari Senin!"
Sandra terbahak. Tidak jarang memang mereka berdua menghabiskan waktu untuk makan siang atau makan malam bersama. Entah sudah nasib atau memang sengaja, seringkali mereka berdua punya waktu longgar di hari Senin, yang mana Sandra tidak akan mau makan siang selain dengan nasi padang. Kecuali kalau sedang benar-benar sibuk dengan pekerjaan dan tidak sempat untuk keluar maupun meng-order lewat ojek online.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEDROOM WARFARE
PoetryFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA^^ (18+ only) "Gimana kalo kita tidur bareng aja?" (Sandra Javinkha) "Kamu serius ngajak saya ML? Memangnya kamu nggak takut partner sex kamu punya penyakit kelamin?" (Danny El Arkan) °°° Arisan membawa petaka! Mengisahkan...