"Jadi ke bioskop, kan, guys?" Kemal menarik kedua lengannya ke atas, merenggangkan otot-ototnya yang kaku setelah berkutat dengan pekerjaan selama lebih dari delapan jam. Setelah puas dengan gerakan ngulet-nya, ia mematikan komputer.
Pertanyaan Kemal langsung membuat rekan-rekan kerjanya–Sandra, Aryo, Andini, Mala, dan Dania–yang sejak tadi masih mendekam di kubikel masing-masing itu langsung buru-buru mematikan komputer. Meninggalkan sisa pekerjaan untuk dilanjutkan di rumah masing-masing atau ditinggalkan menumpuk begitu saja hingga hari Senin."Jadi, dong!" teriak Sandra. Wanita itu bergegas merapikan meja yang penuh dengan tumpukan kertas dan memasukkan barang-barang penting seperti ponsel, dompet, power bank, dan MacBook ke dalam tas. Sisa pekerjaannya akan ia tinggalkan. Biar saja hari Senin ia berkutat dengan lebih banyak pekerjaan. Sudah biasa. Ia berencana menghabiskan weekend untuk tidur.
"Tiketnya udah gue beli, ya! Awas aja kalau ada yang tiba-tiba punya acara sendiri," timpal Andini.
"Ayo, kakak-kakak buruan!" Mala yang paling semangat karena gagasan nonton bareng memang usul dari dirinya yang sudaah suntuk dengan pekerjaan.
"Yang nebeng mobil gue siapa, nih?" tanya Kemal saat semua sudah mencangklong tas masing-masing.
Hanya laki-laki itu dan Aryo yang hari ini membawa mobil. Sandra yang biasanya juga membawa mobil itu terpaksa naik ojek online saat berangkat kerjaㅡselama dua hari terakhirㅡkarena mobilnya sempat mogok dan sekarang masih di tempat servis meski sudah selesai diperbaiki.
"Sandra sama Mala bareng Kemal. Gue sama Mbak Dania bareng Mas Aryo," kata Andini memutuskan sendirian yang langsung mendapat pelototan dari Sandra.
"Kenapa bukan elo yang sama Kemal?" Sandra menjawab dengan mata memicing. Enam manusia yang sering menjuluki diri sebagai cungpret alias kacung kampret itu berjalan beriringan ke arah lift.
"Kenapa lo protes dan nggak mau semobil sama Kemal?" Andini membalikkan pertanyaan.
"Gue nggak bilang kalau gue nggak mau. Gue cuma nanya," Sandra membalas dengan sewot. Semobil dengan Kemal artinya ia akan sangat stres selama perjalanan. Kemal itu pengganggu ulung. Nyebelin banget kalau berhadapan dengan Sandra.
"Ya udah terima aja. Sekali-kali kalian akur gitu, lho. Siapa tahu jodoh." Kali ini Dania ikut masuk dalam pembicaraan. Saat kalimat itu terucap kontan membuat Mala dan Andini terkikik. Yang dibalas pelototan kesal oleh Sandra.
Kemal yang berdiri paling depan di dalam lift dengan Aryo langsung menoleh ke belakang dan nyengir. "Gue ikhlas kalau berjodoh sama lo, San."
"Kita semua ikhlas. Biar ngirit ngasih kadonya," kata Aryo dengan selipan canda dalam nada suaranya.
Sandra mendelik hingga matanya membola hampir keluar. "Gue yang ogah."
"Biasanya yang mati-matian nolak ending-nya bakal ngemis-ngemis," ujar Kemal masih dengan cengiran di bibir.
"Jangan ngarep! Gue udah sama Laksa!"
"Sekarang emang iya, tapi nggak ada yang tahu nanti gimana," jawab Kemal sambil mengendikkan bahu lalu menatap ke depan. "Udah terima aja, San. Gue nggak buruk-buruk amat, kok," lanjutnya lalu tertawa senang karena berhasil menggoda Sandra.
Sandra megap-megap kesal sendiri sementara yang lainnya tertawa menikmati obrolan–perdebatan konyol–antara Kemal dan Sandra yang menurut mereka menggemaskan dan lucu.
"Gue yang paling pertama bakal ketawa bahagia kalau kalian beneran jodoh," ucap Mala menambah keriuhan di dalam lift yang membuat Sandra melengos.
Kemudian perjalanan ke parkiran diisi dengan berbagai macam perandaian kalau Sandra dan Kemal benar-benar akan berjodoh di masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEDROOM WARFARE
PoesíaFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA^^ (18+ only) "Gimana kalo kita tidur bareng aja?" (Sandra Javinkha) "Kamu serius ngajak saya ML? Memangnya kamu nggak takut partner sex kamu punya penyakit kelamin?" (Danny El Arkan) °°° Arisan membawa petaka! Mengisahkan...