Saat ini di kamar inap Sandra hanya tinggal mereka berdua. Farida dan Mutia pulang selepas Maghrib atas permintaan Danny sekitar setengah jam yang lalu. Laki-laki itu kukuh meminta mereka untuk pulang ke apartemen Danny yang letaknya cukup dekat dengan rumah sakit. Agak sulit membujuk mereka agar mau pulang karena kedua ibu itu ingin turut menjaga Sandra dan mereka baru mau pulang setelah Danny mengatakan kalau besok pagi mereka bisa datang lagi.
Danny melakukannya juga atas permintaan Sandra yang tak ingin membuat ibu mereka kelelahan dan ikut sakit. Selain itu juga karena Sandra ingin menghabiskan malam bersama suaminya setelah gagal liburan ke Malang.
"Kamu pengalaman banget ngurus orang sakit, ya, Mas," kata Sandra sebelum menggigit apel yang baru saja dikupas oleh Danny.
Danny ikut menyuapkan sepotong apel ke mulutnya sendiri, mengunyahnya dengan cepat sebelum menjawab, "Sejak umur dua puluh saya bertanggung jawab penuh pada tiga orang di keluarga, Sandra. Tiga-tiganya pernah sakit, dirawat di rumah sakit selama beberapa hari, dan saya sebagai satu-satunya laki-laki di keluarga, tentu saja harus belajar mengurus hal-hal semacam ini. Awalnya, saya juga nggak bisa apa-apa, Sandra. Waktu itu kami masih sangat berduka karena kepergian ayah, lalu ibu sakit. Dayu dan Diana cuma bisa menangis ketakutan karena nggak ingin kehilangan ibu juga."
Sandra berhenti mengunyah. Seperti biasa, Sandra awalnya hanya berniat menggoda suaminya yang telaten dalam segala hal−oh, tentu saja pengecualian untuk pekerjaan rumah tangga. Laki-laki itu bisanya hanya merepotkan Sandra saja−namun, Danny malah memberikan respons yang serius. Sandra memandang wajah Danny yang tengah menatap lurus ke tembok. Sandra pun memutuskan untuk tetap mengunci mulut hingga Danny menyelesaikan cerita−yang tampaknya tidak akan singkat itu.
"Tengah malam, waktu itu hujan sangat deras, saya terpaksa minta tolong ke tetangga sebelah rumah ibu untuk mengantar ke rumah sakit karena saya benar-benar kalut dan nggak mungkin bisa bawa mobil dengan aman. Sampai di rumah sakit, untungnya ibu langsung dapat tindakan. Kata dokter waktu itu, ibu stress, banyak pikiran, dan kurang nutrisi. Dan akhirnya drop.
"Belum juga ibu kembali sehat, gantian Diana yang masuk rumah sakit. Dia demam tinggi dan terus-terusan memanggil-manggil ayah, meminta ayah agar pulang. Keadaan itu berlangsung beberapa hari. Dan kemudian Dayu juga ikut drop. Dia kelelahan karena harus gantian menjaga ibu dan Diana. Saya sangat stres dan nggak berdaya saat itu. Saya merasa menjadi anak dan kakak yang sangat nggak berguna. Saya sampai nggak tahu lagi harus gimana. Keluarga saya yang lain memang datang bergantian untuk membantu menjaga ibu dan adik-adik saya karena saya masih harus kuliah, tapi itu semua nggak membuat keadaan menjadi lebih baik. Hal itu justru semakin membuat saya merasa gagal."
"Mas," lirih Sandra menyela. Ia ingin mengucapkan sesuatu yang mungkin bisa sedikit membantu Danny merasa lebih baik, tetapi ia tak lanjut bicara apa-apa lagi karena gelengan kecil Danny.
"Saya merasa gagal karena nggak bisa menjaga keluarga saya." Kemudian Danny tersenyum miris. "Saya bahkan kepikiran untuk meninggalkan mereka karena saya nggak mampu menanggung beban yang dipikulkan ke pundak saya."
Sandra tak menanggapi apa-apa. Ia hanya menarik tangan Danny dan menggenggamnya erat. Ia tak pernah benar-benar tahu masa-masa sulit itu karena Danny tidak pernah menyinggungnya. Yang hanya pernah berkata bahwa ia dan keluarganya sempat berada di titik terendah setelah kehilangan ayah−yang saat itu bahkan sudah tak tinggal dengan keluarga Danny karena hidup bersama keluarganya yang baru.
"Saya sudah benar-benar akan pergi saat ibu tiba-tiba menangis di depan saya. Beliau menyatakan penyesalannya karena nggak bisa menjaga anak-anaknya dengan baik dan membuat saya menanggung semuanya. Ibu bilang beliau akan berusaha untuk bangkit dan tak akan menelantarkan anak-anaknya lagi. Yang membuat saya merasa hancur adalah saat ibu memohon kepada saya untuk nggak pergi meninggalkannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
BEDROOM WARFARE
PoetryFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA^^ (18+ only) "Gimana kalo kita tidur bareng aja?" (Sandra Javinkha) "Kamu serius ngajak saya ML? Memangnya kamu nggak takut partner sex kamu punya penyakit kelamin?" (Danny El Arkan) °°° Arisan membawa petaka! Mengisahkan...