BAB 13. I Want Her so Bad

3.2K 254 6
                                    

Tadi malam, Danny meninggalkan apartemen Sandra dengan perasaan campur aduk. Ia cukup khawatir dengan keadaan Sandra yang jelas sedang tidak baik-baik saja. Bahkan hingga hari berganti, laki-laki itu masih saja kepikiran tentang keadaan Sandra.
Laki-laki itu membolak-balik berkas di depannya dengan fokus yang terbagi dua.

Kemarin ada yang klien dari salah satu perusahaan yang mengajukan gugatan adanya tindak pidana kekerasan yang dilakukan salah satu manajer di perusahaan tersebut. Setelah ditelusuri lebih lanjut masalahnya tidak hanya sampai di situ saja. Perusahaan itu belum membayarkan upah selama beberapa bulan bahkan melakukan kekerasan seksual kepada beberapa karyawan wanita.

Danny seharusnya mempelajari kasus itu semalam agar hari ini bisa mulai menemui klien. Namun, kepalanya sedang terlalu riuh memikirkan keadaan Sandra, sampai melupakan pekerjaannya. Membuat suasana hatinya pagi ini cukup buruk karena jadwal kerjanya menjadi berantakan.

Suara pintu yang diketuk mengalihkan perhatian Danny dari berkas di depannya.  Seorang laki-laki muncul membawa setumpuk berkas dan meletakkannya di meja yang diapit oleh dua sofa panjang untuk menerima tamu. “Bapak sudah buka grup?” tanyanya setelah mengucapkan salam.

“Grup apa?”

“Grup untuk acara Legal Short Course,” jawab laki-laki itu dengan lugas. Laki-laki itu adalah Seno, asisten Danny sejak lima tahun yang lalu.

Danny mengernyit. Tidak tahu menahu tentang grup dan acara yang baru saja disebutkan asistennya. Legal Short Course ini adalah acara seminar hukum yang cukup sering diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Hukum dan Bisnis Indonesia. Danny beberapa kali diminta untuk menjadi salah satu pembicara dan ini sudah ketiga kalinya dalam setahun ini.

“Saya nggak gabung ke grup itu.”

“Bapak sudah dimasukkan ke grup dari semalam. Tolong segera dicek, ya, Pak. Bapak diminta secara khusus oleh Pak Alex untuk menjadi pembicara.”
“Bercanda kamu.”

“Saya sangat serius, Pak,” ucap Seno dengan senyum sopan.

Sejujurnya Danny cukup kesal dengan tingkah semena-mena Alex, founder Alex&Partners Law Firm sekaligus teman kuliahnya itu.

Alex&Partners Law Firm adalah salah satu firma hukum bisnis di Indonesia yang menangani kasus sengketa ketenagakerjaan. Ya, Danny dan Alex merintis firma hukum itu bersama-sama, tetapi mereka sepakat menggunakan nama Alex untuk nama corporate law firm yang mereka bangun sejak delapan tahun lalu itu. Awalnya mereka hanya berkantor di sebuah gedung kecil di daerah Menteng hingga akhirnya bisa menyewa tempat hingga tiga lantai di salah satu gedung yang berada di daerah Sudirman.

Danny yang sedari tadi tampak sedang berpikir akhirnya menjawab, “Tolong bilang Alex, saya nggak bisa. Saya ada sidang.”

Seno mengecek sesuatu di ponselnya dan menimpali, “Acaranya masih satu bulan lagi, Pak. Sudah dipastikan Bapak belum ada jadwal apapun hari itu.”
Alex memang sialan. Paling bisa menjebaknya agar tidak bisa mangkir.

“Tema acaranya membahas tentang legal audit untuk kepentingan merger, akuisisi dan konsolidasi. Itu keahlian Bapak, bukan?” ucap Seno dengan senyum sopan yang kembali terukir di bibir.

Legal audit ini adalah kegiatan pemeriksaan suatu perusahaan yang dilakukan oleh konsultan hukum untuk memperoleh informasi atau fakta yang menggambarkan kondisi perusahaan tersebut.

“Bilang sama Alex kalau yang kerja di sini bukan cuma saya,” kata Danny akhirnya.

“Maaf, kalau itu Bapak bisa bilang langsung, beliau sedang dalam perjalanan kemari.”

Danny sibuk mengumpati Alex dalam hati sampai tidak terlalu mendengarkan ucapan Seno yang sudah undur diri dan meninggalkan Danny menikmati kekesalan seorang diri.

BEDROOM WARFARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang