Hari demi hari berlalu dengan cepat. Satu bulan telah berlalu sejak acara lamaran Danny dan Sandra dilangsungkan. Dalam satu bulan terakhir keduanya hampir tak punya waktu untuk sekadar mengobrol ringan. Mereka disibukkan dengan pekerjaan yang tak habis-habis, juga diselingi mengurus acara pernikahan yang ternyata amat sangat melelahkan. Dari mulai memilih wedding organizer–yang harus melalui perdebatan panjang antara Sandra dan Danny sebelum akhirnya terpilihkan WO yang dulu pernah mengurusi pernikahan Diana dan Dayu.
Pertemuan dengan WO yang pertama mereka membahas tentang konsep dan tema pernikahan yang mana sudah diputuskan oleh kedua pihak keluarga bahwa mereka akan mengadakan satu kali resepsi yang mengusung adat Jawa. Pertemuan selanjutnya, mereka langsung membahas tentang lokasi pernikahan yang sesuai dengan konsep yang dipilih. Danny dan Sandra sepakat untuk mengadakan resepsi di Auditorium Merauke milik Gedung Dirjen Bea Cukai yang ada di Rawamangun–lagi-lagi keputusan diambil setelah terlibat dalam perdebatan yang panjang dan melelahkan.
Setelah deal masalah sewa gedung, berlanjut menemui vendor yang mengurusi dekorasi, baju pengantin, katering, dokumentasi, dan tetek bengeknya yang membuat Sandra ingin membongkar pasang tulang-tulang di tubuhnya yang protes karena dipaksa untuk bertandang ke sana kemari.
Sandra benar-benar merutuki siapa pun itu yang pertama kali membuat gagasan tentang resepsi. WO yang mengurusi acara resepsinya pernah sesekali bercerita bahwa mau sesederhana apa pun konsep pernikahan seseorang tetap membutuhkan persiapan yang tidak sedikit. Apalagi untuk pernikahan yang lebih mewah dan kemauan klien yang neko-neko. Sandra sama sekali tak bisa membayangkan keribetan yang dialami WO-nya. Ia yang baru sekali mengurus pernikahan saja sudah sangat stres, bagaimana dengan orang-orang yang tidak hanya menikah satu kali? Kenapa mereka mau mencemplungkan diri dalam kegiatan yang menguras emosi ini?
Entahlah, Sandra semakin pusing memikirkannya!
"Lo kok kayaknya lemes gitu, sih, San? Sakit?" tanya Dania saat menemukan Sandra terduduk lesu di kubikelnya, padahal masih sangat pagi.
Rekan kerjaa Sandra yang lain tidak ada yang tampak batang hidungnya. Kalau dilihat dari tas-tas yang sudah ada di kubikel masing-masing, kemungkinan mereka sedang membeli kopi di lantai bawah.
"Gue akhir-akhir ini kurang tidur," keluh Sandra. Punggungnya setengah merosot dari sandaran kursi. Kedua tangannya bertumpu di atas perut.
"Perasaan kerjaan lagi nggak banyak-banyak amat, deh. Ada masalah selain kerjaan, ya? Gue lihat beberapa hari ini lo juga kayak nggak semangat gitu."
Dania menaruh tas di meja lalu mendekat ke arah Sandra dan duduk di kursi milik Andini yang bersisian dengan kubikel Sandra.
Sandra menyisir rambutnya yang masih setengah basah–tak sempat ia keringkan karena sudah hampir terlambat.
"Ada urusan keluarga, jadi ribet ke sana sini sampe nggak ada waktu buat istirahat."
Dania manggut-manggut.
"Waktu makan siang lo juga sering cabut, ya, kayaknya. Anak-anak yang lain pada nggak tahu juga lo sibuk ngapain."
Rekan-rekan di kantor Sandra memang belum ada yang tahu kalau tidak lebih dari satu bulan wanita itu sudah akan melepas masa lajangnya. Bukannya berniat sembunyi-sembunyi, Sandra hanya tidak ingin koar-koar dengan sendirinya. Sejak resmi dilamar oleh keluarga Danny, Sandra sudah tak keberatan lagi kalau orang sekantor tahu bahwa ia akan segera menikah. Namun, ternyata tidak ada yang merecoki atau sekadar bertanya tentang kehidupan asmaranya pasca putus dari Laksa. Orang-orang sibuk dengan maslah masing-masing sampai lupa kalau bergosip adalah pemersatu mereka.
Obrolan singkat itu disela oleh rekan-rekan kerja Sandra yang sudah kembali dari 'ngecengin' mas-mas barista baru yang mempunyai tampang super ganteng dan menyegarkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEDROOM WARFARE
PoetryFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA^^ (18+ only) "Gimana kalo kita tidur bareng aja?" (Sandra Javinkha) "Kamu serius ngajak saya ML? Memangnya kamu nggak takut partner sex kamu punya penyakit kelamin?" (Danny El Arkan) °°° Arisan membawa petaka! Mengisahkan...