BAB 10. What are We Now?

2.1K 223 4
                                    

Laksa Syarief
Pacaran, yuk!
Biar kayak remaja lagi. Pacarannya malam minggu

Sandra Javinkha
Your place or mine?

Laksa Syarief
Tempat lo aja.
Masih berantakan banget apartemen gue
Is it okay?

Sandra Javinkha
Oke.
Mau nonton dulu nggak?

Laksa Syarief
Boleh. Ada film bagus apa?

Sandra Javinkha
Belum cek hehe
Yang penting nggak horor, kan?

Laksa Syarief
No horror and romance things

Sandra Javinkha
Noted, Sir!

Laksa Syarief
Can't wait to see you

Sandra Javinkha
Me too. Miss you so much

Sandra tersenyum-senyum sendiri saat berbalas pesan dengan Laksa padahal sama sekali tidak ada yang lucu. Mungkin memang selalu begitu saat orang-orang sedang merindu.

Menunggu balasan pesan dari Laksa, Sandra membuka aplikasi Tix ID untuk memesan tiket. Sesuai pesanan Laksa yang menghindari film dengan genre romansa dan horor, Sandra memilih film Joker yang sedang sangat ramai diperbincangkan.

Sandra tertawa kecil saat mendapat balasan sticker pentol melemparkan hati berwarna merah. Gemas sekali.

Wanita itu lalu balas mengirim sticker pentol yang bokongnya bergoyang-goyang imut diikuti tawa. Setelah memandangi layar ponselnya selama beberapa saat hingga tawanya terhenti, benda mati itu ia lemparkan ke atas ranjang dengan sembarangan. Ia bergegas melepas kaos dan celana training-nya lalu masuk ke kamar mandi dengan hanya mengenakan celana dalam dan bra.

Tiga puluh menit adalah waktu yang lebih dari cukup untuk memanjakan diri. Sandra merasa segar menatap tubuh telanjangnya yang menurut dirinya sangat proporsional dan seksi. Ya, Sandra selalu percaya diri untuk menyebut dirinya sendiri seksi.

“Astaga, gue selalu takjub lihat badan gue sendiri. Seksi banget,” ucap Sandra di depan kaca. Mengagumi diri sendiri saat melihat pantulan tubuhnya adalah hobi nomor wahid wanita itu.

“Gue aja bangga apalagi nyokap gue. Pantes aja Mama selalu nyodorin cowok-cowok yang hawt abis, pasti biar mereka nggak minder kalau jalan sama gue,” gumamnya sambil melingkarkan handuk untuk membungkus badan saat dering ponsel terdengar dari kamarnya.

Sandra menyambar ponsel yang sedang ia isi dayanya yang berada di atas nakas. “Halo, Mam. Kenapa?”

Assalamualaikum, Ma. Apa kabar? Mama sehat? Harusnya itu yang kamu tanyakan dulu ke Mama,” omel Farida.

Assalamualaikum, Mam. Apa kabar? Mama sehat?” beo Sandra. Hampir balas mengomel, tetapi kata-katanya tertahan di ujung lidah.

Alhamdulillah, Mama sehat, Nak. Kamu sehat, kan?”

“Sehat, Ma. Kenapa Mama telepon?”

“Memangnya telepon anak sendiri nggak boleh?”

“Boleh, dong, mamaku tersayang yang udah melahirkan anak perempuan paling cantik dan seksi se-Jakarta,” jawab Sandra dengan kepala terangkat. “Mama nggak biasanya nelpon cuma buat basa-basi. Pasti ada maunya. To the point aja, deh, aku mau keluar nih.”

“Mau kencan sama siapa?” tanya Farida dengan antusiasme berlebihan.

“Keluar nggak mesti buat kencan kali, Mam.”

BEDROOM WARFARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang