Sandra bukan pemilik wajah cantik paripurna seperti dewi Yunani. Namun, ia yang paling tahu dan sadar kalau dirinya cantik. Sangat cantik. Ia memiliki bola mata hitam yang jernih, hidung lurus dan mancung, tulang pipi yang menonjol, bibir tebal dan penuh, semua itu terbingkai di wajah ovalnya yang samar-samar terdapat bekas jerawat di beberapa titik.
Tubuhnya tidak terlalu tinggi seperti model-model dengan kaki yang jenjang—hanya sekitar 163 centimeter—tetapi cukup seksi dengan warna kulit kecokelatan yang eksotis. Tidak mengherankan kalau Sandra selalu mendapat gelar body goals dari kawan-kawannya dari sejak sekolah menengah pertama hingga di dunia kerja sekarang.
Rambut hitam pekat sebahu miliknya menambah daya pikat berkali lipat–itu yang selalu diucapkan para mantan dan gebetan yang pernah dekat dengannya. Sandra boleh sombong karena rambutnya sama sekali belum pernah tersentuh cat rambut. Ia terlalu mencintai rambut hitamnya yang menjadi favoritnya setelah bibirnya.
"Gue memang secantik itu." Itu yang selalu Sandra ucapkan kepada dirinya sendiri.
Namun, sayangnya kecantikan yang menguar dari dalam maupun dari luar tubuhnya tidak lantas membuat para-lelaki-yang-katanya-mencintai-dengan-sepenuh-hati itu betah. Sandra hanya seperti tempat singgah yang mewah. Belasan orang sudah sempat mampir ke sana. Namun, lagi-lagi mereka memilih pergi. Dengan alasan bahwa bukan hanya kemewahan yang mereka cari. Padahal Sandra sendiri yakin bahwa dia sudah memberikan kenyamanan yang tidak ternilai. Kemewahan yang ia miliki itu hanyalah bonus. Tetapi para lelaki itu hanya terbutakan oleh kemewahan itu sampai tidak bisa merasakan kenyamanan yang sudah susah payah Sandra tawarkan.
Inilah yang membuat Sandra masih enggan menjalin keseriusan dengan laki-laki. Sudah terlalu banyak dari mereka yang mengecewakan. Bahkan tidak segan menduakan. Awalnya Sandra pikir itu bukan salahnya. Namun, lama-lama pikiran itu tergilas oleh kenyataan.
Laki-laki yang pernah dekat dengannya sudah tidak terhitung lagi. Semuanya lari saat Sandra menginginkan keseriusan. Bahkan Laksa pun kini menghilang. Saat mereka tidak sengaja bertemu di salah satu tempat makan di sekitar kantor mereka beberapa waktu yang lalu, laki-laki itu melengos. Tidak berniat bertegur sapa dengannya. Sandra benar-benar sakit hati saat itu dan akhirnya berusaha menerima kenyataan kalau dirinya dan Laksa memang sudah berakhir.
Itulah mengapa Sandra berkali-kali menolak kehadiran Danny di hidupnya dan tidak bisa langsung percaya dengan Danny yang menawarkan keseriusan itu padanya. Laki-laki itu bahkan hanya mengenal kurang dari satu persen tentang dirinya. Bagaimana cara Sandra bisa percaya?
"Sandra, saya mau bicara sama kamu."
Sandra dipaksa untuk kembali ke kenyataan saat ia dikejutkan oleh suara berat yang langsung ia ketahui milik Danny.
Wanita itu benar-benar syok saat melihat Danny berada di lobi gedung lantai satu tempat Sandra bekerja. Mencegat dirinya yang baru saja keluar dari lift bersama Kemal dan Mala. Bukannya langsung tanggap, pikiran Sandra malah sibuk sendiri memikirkan bagaimana Danny bisa tahu lokasi kantornya. Padahal Sandra sama sekali tidak pernah memberitahu laki-laki itu perihal pekerjaannya.
"San, malah bengong, nih, anak. Sandra!"
Kemal menyenggol Sandra—yang pikirannya kembali berkelana—dengan lengannya untuk mengembalikan fokus wanita itu kepada laki-laki yang berdiri menjulang di depannya.
Sandra yang kemudian sadar akan teguran itu pun mendekat ke arah Danny dengan agak ragu.
"Oh, hai, Danny! Kamu di sini. Kenapa nggak telpon aja?" tanya Sandra kikuk.
"You didn't answer my calls. Kamu juga nggak balas chat dari saya."
"Mau ngomong apa, sih? Penting banget, ya, sampai nyamperin ke kantor?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BEDROOM WARFARE
PoetryFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA^^ (18+ only) "Gimana kalo kita tidur bareng aja?" (Sandra Javinkha) "Kamu serius ngajak saya ML? Memangnya kamu nggak takut partner sex kamu punya penyakit kelamin?" (Danny El Arkan) °°° Arisan membawa petaka! Mengisahkan...