BAB 01. Mana Calon Mantu Mama

7.1K 451 21
                                    

“Minggu depan nggak usah pergi-pergi, ya. Bantu-bantu Mama masak buat arisan.”

Sandra mendongakkan kepala dan sedikit menoleh ke belakang, mengalihkan tatapan dari layar TV yang menayangkan kartun SpongeBob ke arah Farida yang terduduk anggun di sofa, sedang membolak-balik lembar buku resep di pangkuan. “Pakai katering aja, Mam. Nanti aku yang bayar. Ribet amat masak segala.”

“Mama yang mau, kok. Biasanya juga ibu-ibu arisan yang lain pada masak sendiri. Mama juga mau, dong, pamer masakan Mama.” Farida menaikkan kacamata yang melorot ke pucuk hidung lalu menurunkan pandangan dan menatap anaknya yang duduk berselonjor santai di atas karpet dengan bantal kecil yang menutupi paha. Punggung Sandra menempel di sofa, hampir bersentuhan dengan kaki Farida yang menggantung di sebelahnya.

“Mam, aku tahu banget masakan Mama itu paling juara. Masakan Chef Juna aja kalah kalau dibandingkan sama masakan Mama, tapi nanti Mama capek. Terus kalau Mama capek, Mama pasti minta pijet. Kalau Mama pengen pijet, pasti aku yang jadi tukang pijetnya. Iya atau nggak?”

“Kamu, kok, gitu sama Mama? Tinggal bilang kamu nggak mau bantu Mama masak. Kenapa malah ngomel? Nanti Mama minta tolong sama Rena aja.”

Sandra dengan enggan memutar tubuh. Memosisikan diri di depan ibunya dengan kaki tertekuk menjadi bersila. Tangannya ia silangkan di atas lutut ibunya. Kepalanya mendongak, menunggu Farida membalas tatap matanya dari balik lensa kacamata.

“Siapa yang bilang aku nggak mau bantu? Aku, tuh, cuma nggak mau Mama kecapekan. Aku ngomel karena aku sayang sama Mama. Terus ngapain minta tolong ke Rena, sih? Dia kerja! Sibuk!” omel Sandra.

Sandra tidak akan pernah mengerti kenapa mamanya susah menyusahkan diri sendiri. Di rumah sudah ada asisten rumah tangga, tetapi tidak pernah dilibatkan dalam hal masak memasak. Selain membersihkan dapur, paling banter hanya disuruh membuatkan minum untuk tamu.

“Rena sendiri yang menawarkan diri mau bantu Mama, kok. Mama cuma mau nagih aja. Minggu ini Rena nggak sibuk, udah konfirmasi ke Mama. Nih, kamu lihat aja sendiri!”

Farida menyodorkan layar ponsel ke depan muka Sandra yang berisi chat-nya dengan Renaㅡteman dekat Sandra yang paling sering mampir ke rumah.

“Jangan ganggu Rena, Mam. Aku bantu, oke?” ucap Sandra dengan mengulas senyum yang dibuat-buat.

Bukan karena sungkan terhadap Rena. Hanya saja waktu yang Sandra habiskan dengan ibunya kian menipis setelah ia memutuskan untuk pindah ke apartemen yang lebih dekat dengan tempat kerja. Ya, Sandra sedang ingin menikmati waktunya dengan sang ibunda. Berdua saja.

“Rena nggak keberatan, lho, aslinya. Mama juga senang dia main ke sini. Biar makin rame,” ujar Farida lagi. Tampaknya memang begitu ingin Rena datang ke rumah.

Selain karena Rena paling suka belajar membuat kue dengan Farida, ia juga menjadi kawan Farida yang paling klop saat membicarakan drama korea. Namun, mengizinkan Rena ke rumah saat sedang aka nada acara sama saja dengan menambah beban kerja Sandra karena Farida dan Rena seringkali terlarut dalam perdebatan tentang siapa yang lebih pantas bersanding dengan Deok Sun, hingga meninggalkan apa pun yang sedang tertumpu di atas kompor maupun di panggangan.

“Mam, please.” Sandra menahan diri untuk tidak memutar bola mata.

“Iya, iya. Mama nggak jadi minta Rena ke sini, tapi kamu beneran bantu Mama, kan?”

Sandra mendesah. “Iya, Mam.”

Sandra tidak keberatan meng-handle banyak pekerjaan di dapur, tetapi tentu bukan saat akan ada acara arisan, yang mana akan ada lebih banyak macam makanan yang harus dibuat dan dengan porsi yang lebih besar pula.

BEDROOM WARFARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang