01. Kabar Baik Tentangmu

898 354 304
                                    

HAPPY READING ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING ♡

Ada beberapa orang yang memuji, jika gadis sepertiku memang cantik. Iya, itu benar. Harusku mengakuinya, gadis cantik lahir di bulan Juni. Gadis berkulit seputih susu nan bibir kecil merah merona, dengan surai panjang legam, tampak indah dengan bulu mata lentiknya, dan memiliki tinggi badan sekitar 165 cm. Ya, itulah aku. Oh, sebetulnya ... masih banyak kok, perempuan di dunia ini yang tak kalah cantik denganku. Hehehe...

Cantik saja, tapi otak tidak?

Percuma.

Meskipun begitu pula, ingatlah, bahwa paras cantik tak harus dipandang dari luar, namun juga dari dalam—hati.

Baiklah, itu saja.

Uhm, ngomong-ngomong aku suka membaca dan menulis. Puisi, apa kamu tahu puisi?

Aku memang tak pandai merangkai kata dalam kalimat yang setiap aku tulis. Tapi aku ingin bisa membuat puisi dengan karyaku sendiri, apalagi menyampaikan segala prosa untuk seseorang yang telah lama aku kagumkan.




Telepati Cinta

Jarang di antara kita
Untuk saling berkomunikasi

Kadang hanya bertukar pandang
Sekali ku tatap wajahmu
Senyumanmu terukir elok

Aku jatuh...
Tenggelam dalam benakku
Bisakah aku menggapai dirimu?

- Teruntuk Jaemin


Brakk!

"Hayo, nulis apa hayoo..."

Tersentak aku kemudian, dan langsung menutup buku catatan kecilku. Sosok pemuda datang dan mengentak kasar mejaku secara tiba-tiba.

Lelaki tampan bersurai legam, berkulit putih susu tampak dengan netra hitam tinta pekat, dan bertubuh tinggi itu duduk di atas mejaku tak sopan.

Kepalanya merunduk lebih dekat ke wajahku. "Buat... puisi untuk Jaemin lagi?" tanya Jeno dengan senyum khasnya, nyaris kedua matanya menyipit.

Aku terpaku saat Jeno menatap kedua netraku lebih dekat. Hei, ini di kelas! Malu kalau jadi pusat perhatian banyak orang! Iya, Leviano Jeno adalah teman dekatku, bisa dibilang sahabat. Ah, iya, dia juga tetangga depan rumahku.

"Minggir," titahku, menyingkirkan muka Jeno dengan telapak tangan kecilku, membuat ia beranjak turun dari meja.

Memasukkan buku catatan kecilku ke dalam tas, dan tak lupa untuk meresletingnya agar tak dicopet oleh teman-teman di kelas. Kemudian, aku beranjak berdiri.

"Eh, mau ke mana?" Jeno menjenggal pergelanganku ketika aku hendak melangkah pergi.

"Mau samperin Winter sama Etta ke kantin."

Poetry Love For JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang