06. Pertemuan Tak Terduga

219 103 144
                                    

❝Melihat senyumanmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Melihat senyumanmu. Layaknya sinar mentari yang sedang menyapa.❞

HAPPY READING ♡




"YESS! MENANG!!"

Kegirangan sendiri saat Nadira Minhee berhasil memenangkan game online. Sudah hampir jam setengah 12, tapi dirinya tetap saja keasyikan nge-game. Tak ada bosan-bosannya.

Hening, tak ada siapa pun di ruang tengah atas. Dia bermain sendiri sembari ditemani banyak camilan yang berserakan di atas karpet berwarna brown, bermotif bunga-bunga. Awalnya, Minhee sudah ditawarkan makan nasi, minum, pijat, bahkan disuruh tidur oleh para pelayan di rumah ini, tapi dia tetap bersikukuh tak mau. Keasyikan nge-game, sampai para pelayannya dimarahi. Jangan ganggu katanya.

Tap tap tap

Bunyi derap langkah kaki menaiki anak tangga. Minhee mendengar setelah mematikan LED TV lebarnya. Kepalanya berputar, melihat kakaknya yang baru saja pulang. Ya ampun, sudah jam berapa ini? Nadira Jaemin pulang malam, hampir dini hari. Bagus.

"Dari mana, kak?"

"Kepo lo," katanya tanpa menoleh ke arah adiknya. Dia melempar tas hitamnya ke sofa yang tersampir di sisi pundak, beserta jaket merahnya ia lepas.

Minhee menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sisi alisnya terangkat menatap kakak laki-lakinya itu tengah duduk gerah sembari melepas sepatu mahalnya beserta kaus kaki.

Detiknya, pelayan wanita itu datang menghampiri. Mengambil peran untuk memungut tas, jaket, sepatu, dan kaus kaki milik Jaemin. "Jaemin sudah makan? Saya sudah siapkan makan malam yang enak untuk anda."

Jaemin menggeleng, tanpa bertatap muka dengan pelayanan itu, ia berkutat pada ponselnya. "Nggak perlu, bi. Saya udah makan."

"Perlu saya siapkan air hangat untuk Jaemin mandi?"

Jaemin tetap menggeleng.

"Jaemin dari mana saja? Kenapa jam segi-" Tak melanjutkan kalimatnya, namun pelayan itu tercengang saat Jaemin bangkit berdiri dan menatapnya datar.

"Capek aku, bi. Jangan banyak ngomong deh, baru pulang ditanyain, kayak wawancara aja," katanya agak sensitif, kemudian mengentakkan kakinya kesal berjalan menuju ke arah kamar.

"Kak Jaemin!"

Panggilan keras membuat Jaemin berhenti di tempat, lalu memutar badan ke belakang. Menatap malas adiknya.

"Kakak tiap pulang sekolah ke mana aja?" tanya Minhee dingin, "habis sembuh malah pulang malam, pulang malam. Nggak kasian sama kesehatannya kakak?"

Mendengar cemoohan adiknya, Jaemin mendengus berat. "Orang di rumah sini kenapa, sih? Udah tau dari dulu gue ikut main musik, jadi wajar dong gue sibuk," geramnya.

Poetry Love For JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang