Hatiku berkata, 'di antara dua insan yang memiliki beda kepribadian. Sosok mana yang akan engkau pilih?'
Satu. Sosok yang kamu cintai, tapi sering menyakitimu.
Atau dua. Sosok yang selalu memperdulikanmu, tapi kau tak pernah tahu isi hatinya.
HAPPY READING ♡
Di jam istirahat. Aku berada di taman belakang sekolah, bersama dengan Jeno. Kami berdua berdiri sejajar di atas jembatan yang di bawahnya terdapat kolam ikan yang terbuat dari batu-batuan, lengkap di pinggirannya itu di tanami daun kuping gajah yang bergerombol cantik. Menikmati udara pagi yang segar, burung-burung di atas pohon berkicau riuh rendah. Embusan angin membuat hawa terasa begitu sejuk.
Hening di antara kami berdua, hanya memandang pemandangan cantik di sekitar taman. Sesekali, sorot mata Jeno melirik gadis di sampingnya. Senyum di wajah sang gadis itu terukir tipis, raut wajahnya tampak riang gembira hari ini.
"Ra, aku boleh ngomong sesuatu?" ujar Jeno memecahkan keheningan.
Aku menoleh lantas mengangguk kecil. "Boleh. Mau ngomong apa?"
Senyum Jeno merekah. Pandangannya beralih menatap ke depan. "Biasanya, kalo punya sahabat perempuan dari kecil sampai sekarang. Kadang kelamaan, pernah timbul perasaan loh."
Mendengar kalimat dia, membuat sebelah alisku terangkat bingung. "Perasaan apa?"
Huft, ternyata gadis itu tak peka. Jeno menghela napas samar, mencoba sabar dalam dirinya. Berharap sahabat perempuannya itu ada rasa cinta pada Jeno, tapi nyatanya. Dia tak mengerti apa-apa.
"Lupakan. Nggak penting juga dibahas," pungkas Jeno akhirnya. Kemudian pandangannya jatuh ke bawah, menatap hampa aliran kolam ikan yang beriak alun.
Drrrtt drrrtt
Sejenak ponsel di saku rokku bergetar. Membuat atensiku beralih untuk mengambil benda pipih itu di saku rok. Ada sebuah deretan notifikasi yang masuk.
Jaemin
Jam 6 sore datang ke rumahku
Jangan banyak tanya
09.45
ReadMemangnya ada urusan apa?
Setelah membaca isi barisan pesan dari Jaemin. Aku langsung memasukkan ponselku balik ke dalam saku rok, sebelum Jeno tahu kalau Jaemin sedang mengajakku datang ke rumahnya. Entahlah mengapa.
***
"Lo bisa masak, nggak?"
"H-hah? Kamu nyuruh aku masak?"
Jaemin mengangguk singkat dan menatapku datar. Jadi dia mengajakku mampir ke rumahnya, hanya disuruh masak? Tunggu. Kenapa harus aku?
"Tapi, Jaemin. Kenapa harus aku yang masak? Bukankah pembantu di rumah ini—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Poetry Love For Jaemin
Fanfic[TELAH DIBUKUKAN] pemesanan bisa melalui shopee @metabookstore.id ❝Sampaikan puisiku ini untuknya, Jaemin.❞ Aku suka menuliskan segala bait-bait puisi. Apalagi mengirimkan puisi cinta kepada seseorang yang sekian lama kusukai. Nadira Jaemin, namany...