09. Pertanyaan Terhadapku

166 59 175
                                    

HAPPY READING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING .◜‿◝ ♡






"Makasih, ya. Kamu udah mau anter aku pulang."

Jaemin menghela napas setelah gadis itu turun dari motor Honda beat-nya berwarna merah-hitam. Gadis itu menatap senyum dengan rasa penuh terima kasih.

"Bisa nggak, sih? Lo nggak perlu sebut 'kamu' ke gue? Emangnya kita pacaran?" Alis Jaemin menukik dalam menatap gadis itu.

Aku menggigit bibir bawahku. Menatap muram wajah lelaki itu yang tampak sinis melihatku.

Jaemin, sebenarnya aku suka sama kamu.

Sejenak, Jaemin jadi teringat. Dia lupa jika gadis itu memang menyukai dirinya. Masa bodoh. Peduli apa Jaemin pada gadis si pencinta puisi itu?

Pikirku, sifatnya Jaemin ini memang sulit ditebak. Tadi marah-marah enggak jelas padaku. Dan sekarang? Jaemin begitu baik, sampai mengantarkanku pulang ke rumah.

Apa jangan-jangan ... Jaemin hanya sekadar kasihan? Well, aku tak mau berpikiran negatif padanya.

"Ng ... iyaudah, aku masuk dulu."

"Tunggu." Jaemin langsung menjenggal tanganku yang hendak berbalik badan untuk melangkah masuk.

Aku menoleh padanya dengan kedua alisku yang terangkat bingung. "Ada apa?"

Jaemin mendengus berat. "Lo kok nggak peka, sih? Gue udah antarin lo pulang, harusnya lo tawarin gue masuk kek, kasih minum kek," ucapnya merasa geram.

Jam 10 begini? Jaemin mau mampir ke rumahku?

"M-maaf ... iyaudah, ayo masuk dulu."

"Nggak usah," sahutnya kesal, "gue pulang dulu." Kemudian, Jaemin menyalakan mesin motornya.

"Jaemin, tunggu."

"Apalagi?!" geram Jaemin frustrasi, di saat ia hendak tancap gas.

Sejenak, aku mengulum bibir rapat-rapat. "Kamu suka puisi?"

Mendengar ucapanku, Jaemin menatapku lamat-lamat dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan.

Lalu, aku bergegas membuka resleting tasku, mengeluarkan secarik kertas dan menyodorkannya pada Jaemin. "Buat kamu. Berharap kamu mau menerimanya, dan ... menyukai puisi dariku." Aku tersenyum semringah menatapnya. Sebenarnya, aku memang malu memberikan puisiku secara pada Jaemin.

Jaemin menatap tanpa ekspresi surat yang kuberi untuknya. Detiknya, ia mengambilnya. Ada rasa bangga dalam hatiku, tatkala Jaemin dengan mudahnya menerima surat dariku.

"Puisi ini, lo yang buat?" tanya Jaemin. kemudian, diangguki kukuh oleh gadis itu. Jaemin mengangguk kecil, kemudian memasukkan surat itu ke dalam saku jaketnya. "Nanti gue baca di rumah."

Poetry Love For JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang