31. Merasuk Pedih

117 29 133
                                    

❝Semoga kamu bahagia dengan orang pilihanmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Semoga kamu bahagia dengan orang pilihanmu.❞ —Jeno

Song Recommended
Aldy Maldini - Biar Aku Yang Pergi


HAPPY READING ♡





Di hari berikutnya setelah pulang rekreasi. Sore ini, Leviano Jeno sedang mengajakku makan mi ayam di tenda biru yang berada di pinggir taman, sejajar dengan stan makanan lainnya. Biasanya di akhir pekan ini, taman di Jakarta sering ramai orang yang iming-iming membeli jajanan di pinggir jalan.

"Yum-yum~~udah lama aku gak makan mi ayamnya Pak Jarwo," ujarku setelah menyeruput mi.

Jeno tersenyum tipis menatap gadis di sebelahnya yang sedang makan. Sembari mengaduk es teh, Jeno mengangkat gelas kaca bening itu dan meneguk tehnya sekali. "Jadi keiinget waktu SD pas kita pulang hujan-hujanan, terus mampir makan mi ayam."

Oh, ya ampun, kilasan masa lalu itu jadi menjerat di benakku seketika. Ah, Jeno ternyata masih mengingat hal itu, membuatku jadi flashback saja. Menatap Jeno yang duduk di sampingku, aku tersenyum geli melihat Jeno makan, padahal tak ada yang lucu di mataku, tapi wajah Jeno saat makan mi ayam jadi teringat masa lalu. Yang dulunya ia sungguh kelaparan dan melahap mi ayamnya dengan rakus sampai berkeringat. Itu di saat hujan padahal.

Kembali dengan kegiatan makan, hening di antara kami berdua. Melahap mi sampai sisa seperempat, rasanya sungguh enak. Warung ini sudah jadi langgananku sejak SD bersama Jeno.

"Eits!"

Mulutku yang sudah terbuka ingin menyeruput mi terakhir, mendadak aku bergeming bingung. Di samping, Jeno menyingkirkan helaian rambutku yang hampir menjuntai mengenai kuah kaldu, sebab aku makan sedikit merunduk. Kemudian, Jeno menyisipkan anak-anak rambutku ke belakang telinga. Terpaku dengan kelakuan manis Jeno, tak lamanya aku menurunkan garpu yang bertengger di jariku. Menegakkan punggung, aku menoleh jengah ke arah Jeno yang masih setia menatapku dengan lekat.

"Untung rambutmu gak kotor." Bibir Jeno perlahan tersenyum samar. Lalu dia mengusap pucuk kepalaku sekali.

Kedua pipiku seketika memanas bersamaan memutar kornea mataku ke samping, agak malu menatap wajah lelaki itu. "T-terima kasih."

"Ihirr, neng Tiara sama mas Jeno romantis banget, sih? Bapak sampai takjub liat kehadiran kalian datang ke sini. Udah cepet gede atuh kalian berdua," celetuk Pak Jarwo yang lagi mengelap meja. Tersenyum lebar menatap dua anak remaja itu. Diam-diam dirinya sempat memerhatikan mereka berdua.

Aku dan Jeno hanya mendengus geli dengan seulas senyum ramah melihat Pak Jarwo.

"Enggak juga kok, pak. Saya sama Jeno cuma teman doang," timpalku, terkekeh kecil.

Pak Jarwo memasang wajah masam. "Hmm ... temen apa temen? So sweet gitu," kelakarnya.

"Ihh bapak ... jangan goda deh," dengusku, ketawa garing.

Poetry Love For JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang