HAPPY READING ♡
Menunggumu Kembali
Sekian lama aku menanti
Setiaku menunggumu kembali
Kaulah sosok yang aku tunggu
Aku rindu...Jika tak ada dirimu
Hatiku terasa hampa
Layaknya daun yang gugur
Walau sedang menanti musim semiSedetik, semenit, sejam
Hari berganti hari
Bulan berganti bulan
Dan tahun berganti tahunAku telah mati rasa menunggumu
Waktu telah membawa hatiku padamu
Bahwa sekian lama, aku mencintaimu-Teruntuk Jaemin
Kata demi kata, kalimat demi kalimat. Jaemin merasa tertegun setelah membaca puisi itu yang entah dari siapa pengirimnya.Helaan napas panjang keluar dari mulutnya. Beberapa detiknya, jari-jari Jaemin bergerak, meremas-remas secarik kertas itu kuat-kuat sampai berbentuk oval yang tak karuan, lalu dibuangnya kertas yang diremasnya itu di tong sampah kecil, yang telah disediakan di bawah tepi kaki mejanya. Kemudian, Jaemin bangkit berdiri dan melangkah keluar dari kelasnya. Seolah puisi itu dianggap biasa saja baginya.
Hatiku teriris. Hancur berkeping-keping setelah melihat adegan Jaemin telah membuang secarik kertas yang berisi puisiku itu untuknya. Sakit rasanya.
"Kurang asem," gumam Jeno geram.
"Jeno." Aku langsung menjenggal tangan Jeno ketika ia hendak melangkah. Aku tahu, Jeno pasti mau memprotes Jaemin.
"Tiara, lepasin. Kamu liat kan kelakuan dia tadi? Bukannya puisimu dihargai, tapi malah dibuang."
Aku menatap laki-laki di depanku yang raut wajahnya tampak gusar. "Aku tau, Jen. Tapi, pliss ... jangan marahin Jaemin." Aku menahan air mataku yang sudah menggenang di ujung.
Napas Jeno menggebu keras, dia merasa sangat jengkel melihat kelakuan Jaemin tadi. Ini tidak bisa dibiarkan. Tiara yang dengan tulus membuatkan sebuah puisi untuk seseorang yang ia suka, tapi karyanya malah tak dihargai sama sekali. Jeno paham perasaan sahabat perempuannya, sakit. Sakit sekali. Seolah Jeno ikut larut dalam kepedihannya.
Lalu, Jeno mencengkeram erat kedua pundakku, matanya menatap lekat pada sepasang netraku yang sudah berkaca-kaca. "Tiara ... orang kayak dia nggak bisa dibiarin, meskipun Jaemin suka kamu apa nggak, tapi aku nggak terima dia injak-injak karya kamu. Dia harus diberi pelajaran."
"Jangan, Jen, jangan," pekikku pelan dan menjenggal lagi tangan Jeno. "Aku mohon ... jangan ... kasian Jaemin, barusan kemarin dia keluar dari RS. Aku nggak mau kamu ribut sama dia, biarin Jaemin buang puisi aku, mungkin aku yang salah. Aku yang nggak kasih tau siapa nama pengirim puisi itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Poetry Love For Jaemin
Fanfiction[TELAH DIBUKUKAN] pemesanan bisa melalui shopee @metabookstore.id ❝Sampaikan puisiku ini untuknya, Jaemin.❞ Aku suka menuliskan segala bait-bait puisi. Apalagi mengirimkan puisi cinta kepada seseorang yang sekian lama kusukai. Nadira Jaemin, namany...